COVID-19: Inggris Laporkan Kematian Tertinggi

Ribuan orang terancam kehilangan pekerjaan 

London, IDN Times – Pemerintah Inggris melaporkan korban meninggal harian akibat COVID-19 sebanyak 143 kasus pada Selasa, 13 Oktober 2020. Jumlah tersebut adalah jumlah kematian tertinggi sejak bulan Juni lalu.

Kantor berita Reuters melaporkan bahwa laporan kematian tertinggi itu disampaikan saat Inggris sedang melakukan kebijakan pembatasan yang jauh lebih ketat dari pada sebelumnya (14/10). Pembatasan lebih ketat dilakukan di daerah Inggris bagian utara, yang menjadi titik fokus pencegahan.

Inggris terus melakukan kebijakan pencegahan yang semakin ketat mengingat gelombang kedua COVID-19 di negara tersebut semakin parah. Perdana Menteri Boris Johnson mencoba untuk menghindari penguncian nasional dengan memberlakukan pembatasan di bagian wilayah tertentu.

1. Tiga fase tingkatan pembatasan COVID-19 di Inggris

COVID-19: Inggris Laporkan Kematian TertinggiInggris terapkan pembatasan baru untuk mencegah COVID-19 yang semakin meluas. Ilustrasi (unsplash.com/Gary Butterfield)

Ingris melaksanakan pembatasan baru, khususnya di bagian utara. Pembatasan ini akan jauh lebih ketat dibanding sebelumnya. Para pekerja dan pebisnis di bidang seperti pub, restoran, bar dan perhotelan adalah yang akan terkena dampak terbesar.

Ada tiga fase pebatasan berdasarkan infeksi, yakni fase menengah, tinggi dan sangat tinggi.

Wilayah yang masuk fase tingkat menengah (tingkat 1) akan menerima kebijakan pencegahan standar seperti jaga jarak, tidak boleh berkerumun tapi tetap memberi kesempatan pub dan tempat hiburan lain buka hingga pukul 10 atau 11. Sebagian besar Inggris terdampak pembatasan ini.

Sedangkan wilayah fase tingkat tinggi (tingkat 2), wilayah tersebut akan dilakukan penerapan penguncian lokal. Orang tidak boleh berkerumun di dalam atau di diluar. Pertemuan seperti rapat di luar ruangan hanya dibatasi 6 orang saja, tidak boleh lebih.

Fase tingkatan sangat tinggi (tingkat 3) berlaku lebih ketat yaitu, orang-orang disarankan untuk tidak melakukan perjalanan kecuali hal yang sangat penting. Bar dan pub harus tutup, sedangkan restoran tetap boleh buka bagi yang menyediakan makanan pokok.

Melansir dari laman berita The Guardian, kota Liverpool masuk dalam pembatasan tingkat 3 atau sangat tinggi. Meskipun tindakan dan keputusan ekstra itu diterapkan, namun toko, sekolah atau universitas masih diperbolehkan untuk buka (12/10).

2. Kebijakan baru dibuat dengan tujuan untuk menyelamatkan nyawa

COVID-19: Inggris Laporkan Kematian TertinggiBoris Johnson tidak ingin lakukan lockdown tapi khawatir lonjakan pasien baru terus meningkat (twitter.com/Melissa)

Menurut Pusat Pengendali dan Pencegah Penyakit Eropa atau ECDC, kematian akibat virus corona di Inggris sudah mencapai 42.825 orang yang meninggal per Senin, 12 Oktober 2020. Menurut kantor berita Reuters, Boris Johnson mengatakan “Kita harus bertindak untuk menyelamatkan nyawa” (13/10).

Dia juga menjelaskan, jika sampai COVID-19 menerpa pada titik yang paling parah, maka Inggris tidak hanya akan menderita kehilangan banyak nyawa, tapi juga membuat pihak pekerja profesional kesehatan tidak bisa melakukan perawatan lain selain penanganan COVID-19 karena banyaknya kasus yang akan terjadi.

Meski ikhtiar yang dilakukan oleh Boris Johnson adalah baik, tapi tetap saja ada orang yang mengkritik kebijakan tersebut, seperti akan terjadi kenaikan biaya hidup ketika penguncian terjadi, juga kebijakan tersebut dianggap sebagai “represi atas kebebasan”.

Baca Juga: Industri Hiburan Inggris Ajukan Gugatan Hukum Menolak Lockdown

3. Perusahaan mode di Inggris sedang menghadapi kebangkrutan akibat pandemi

COVID-19: Inggris Laporkan Kematian TertinggiPuluhan ribu pekerja terancam, buntut kebangkrutan perusahaan akibat pandemi. Ilustrasi (unsplash.com/Melinda Gimpel)

Kelompok perusahaan mode di Inggris sedang terancam bangkrut. Ada lebih dari 24.000 orang yang terancam kehilangan pekerjaan karena kebangkrutan. Dua perusahaan besar di bidang mode yakni Edinburgh Wollen Mill dan EWM Group.

Melansir dari laman berita CNN, Edinburgh Woollen Mill yang menjual sweater dan mantel memperingatkan akan melakukan pemutusan hubungan kerja besar-besaran. Hal itu dilakukan untuk menyelamatkan bisnis mereka dari kehancuran (13/10).

Dampak pandemi juga menghantam EWM Group, yang juga pemilik merek Peacocks dan Jaeger. Perusahaan tersebut sedang mempertimbangkan untuk menjual sebagian perusahaan yang mempekerjakan 24.000 pegawai.

Perusahaan di Inggris yang menghadapi kebangkrutan dapat menunjuk administrator untuk memberi perlindungan terhadap kreditor. Akan tetapi, jika kendali diserahkan pada administrator, maka prosesnya dapat menyebabkan bisnis ditutup dan puluhan ribu pegawai akan kehilangan pekerjaannya.

Baca Juga: Hati-hati, Penyintas Sembuh dari COVID-19, Bisa Terinfeksi Corona Lagi

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya