Dalam Sepekan, Lebih dari 160 Migran Tewas di Mediterania

Korban migran tewas di Laut Mediterania meningkat pada 2021

Jakarta, IDN Times - Menurut organisasi migrasi PBB (IOM), dalam sepekan terakhir ini lebih dari 160 migran tewas di Laut Mediterania. Perahu yang mengangkut para migran terbalik dan tenggelam.

Para migran berangkat dari Libya, salah satu pusat penyelundupan dan pemberangkatan migran dari Afrika. Mereka yang tewas terdiri dari dua kapal terpisah, yang mencoba menyeberang di jalur tengah Laut Mediterania.

Dengan kematian ratusan migran tersebut, menambah daftar panjang korban yang meninggal ketika mencoba menyeberangi Mediterania. Dalam satu tahun terakhir, korban meninggal karena tenggelam telah mencapai sekitar 1.500 orang.

1. Sebanyak 164 migran tewas dan 8 berhasil selamat dalam dua kecelakaan perahu

Libya adalah salah satu titik utama pemberangkatan dan penyelundupan migran yang ingin mencapai tanah Eropa. Biasanya, para migran itu menyeberang dengan perahu karet atau perahu kayu yang penuh sesak dengan penumpang.

Pada tanggal 17 dan 18 Desember 2021, dua kapal pembawa migran terbalik di jalur tengah Mediterania. Kecelakaan pada tanggal 17 menyebabkan 102 orang tewas.

Dilansir Al Jazeera, juru bicara IOM Safa Msehli menjelaskan, penjaga pantai berhasil menyelamatkan delapan orang yang akhirnya di bawa ke pantai. Pada 18 Desember, perahu pembawa migran lainnya tenggelam dan penjaga pantai menemukan 62 jenazah.

Penjaga pantai Libya yang terus melakukan patroli berhasil mencegat perahu ketiga yang membawa 210 migran yang ingin menuju Eropa. Perahu ketiga itu berhasil digiring untuk kembali ke pantai.

2. Migran yang tewas saat menyeberangi Mediterania meningkat dibandingkan tahun 2020

Dalam Sepekan, Lebih dari 160 Migran Tewas di MediteraniaIlustrasi Pengungsi (IDN Times/Mardya Shakti)

Baca Juga: Hungaria: Mobil Pembawa Migran Gelap Kecelakaan, 7 Tewas

Dalam beberapa bulan terakhir, pihak berwenang Libya telah melakukan tindakan keras terhadap para migran di ibu kota Tripoli. Mereka menangkapi para migran yang dituduh ilegal dan dimasukkan ke dalam kamp penampungan.

Pada tahun 2021 ini, The Guardian melaporkan pihak berwenang Libya telah mencegat dan mengembalikan migran kembali ke nagara itu sebanyak 31.500 orang. Data itu meningkat jika dibandingkan dengan satu tahun sebelumnya, yang hanya 11.900 migran yang dicegat.

Tindakan keras pihak berwenang Libya juga telah memicu peningkatan penyeberangan ilegal menuju Eropa. Peningkatan itu juga menyebabkan meningkatnya jumlah perahu yang terlibat kecelakaan.

Tahun 2020, sekitar 980 migran tewas ketika berusaha menyeberang, sedangkan tahun 2021 ini meningkat menjadi sekitar 1.500 orang.

Kekacauan Libya setelah kematian Muammar Gaddafi telah membuat kelompok penyelundup manusia mendapatkan keuntungan. Mereka mengambil kesempatan dengan membawa orang-orang yang putus asa ke dalam perahu karet dan perahu kayu yang tidak aman, menyeberangi Laut Mediterania yang berbahaya menuju Eropa.

Sebagian besar para migran yang ingin mencari kehidupan lebih baik di Eropa berasal dari negara-negara konflik dan miskin di Afrika dan Timur Tengah serta Asia Selatan.

3. Migran di Libya banyak yang mendapakan perlakuan buruk seperti penyiksaan dan rudapaksa

Dalam Sepekan, Lebih dari 160 Migran Tewas di MediteraniaIlustrasi (Unsplash.com/Julie Ricard)

Pada bulan Desember tahun 2021 ini, ada delapan insiden kecelakaan perahu migran di Laut Mediterania. Kecelakaan terjadi di tiga jalur yang biasa digunakan, yakni jalur barat, jalur timur dan jalur tengah.

Dalam data publikasi resmi yang disampaikan oleh IOM, dari delapan insiden kecelakaan tersebut, ada 198 orang yang tewas atau hilang. Di antara hampir 200 orang itu, jumlah anak-anak sekitar 20 orang.

Banyak dari perahu migran yang berhasil dicegat dan digiring kembali ke pantai Libya. Tapi, para migran itu sebagian dimasukan ke dalam kamp penampungan yang penuh sesak dan dinilai tidak manusiawi.

Dilansir Associated Press, banyak migran di penampungan mengalami kerja paksa, pemukulan, penyiksaan dan rudapaksa. Pelecehan sering terjadi dilakukan kepada keluarga migran dengan memeras uang sebelum mereka meninggalkan Libya.

Pada bulan Oktober lalu, PBB telah memerintahkan penyelidik untuk mengungkap dugaan pelanggaran tersebut. Pelecehan dan perlakuan buruk terhadap migran, dapat dimasukkan dalam kejahatan terhadap kemanusiaan.

Baca Juga: Sandiaga Ajak Hungaria Kerja Sama di Sektor Pariwisata dan Film

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya