Disergap Kelompok Bersenjata, 15 Militer Niger Tewas

Penyergapan terjadi saat militer sedang operasi evakuasi

Niamey, IDN Times - Burkina Faso, Chad, Mali, Mauritania dan Niger adalah lima negara di Afrika Barat yang berbagi perbatasan dengan masalah yang hampir serupa, yakni mereka berhadapan dengan kelompok militan jihadis yang memiliki afiliasi dengan al-Qaeda dan ISIL. Lima negara tersebut bergabung dalam kelompok G5 untuk menahan aksi kekerasan yang dilancarkan kelompok militan tersebut.

Beberapa insiden mematikan sering terjadi antara para militan dengan pasukan militer. Seperti yang terjadi pada Sabtu (31/7), di kota kecil Torodi, sebelah barat daya ibukota Niamey, sebanyak 15 personel militer Niger tewas disergap oleh kelompok bersenjata militan. Beberapa di antaranya terluka dan ada yang sampai saat ini belum ditemukan.

1. Proses evakuasi personel militer yang terkena bom rakitan

Pada hari Minggu (1/8), Kementrian Pertahanan Niger mengatakan bahwa sebanyak 15 personel militernya tewas karena disergap oleh kelompok bersenjata di Torodi, sebuah kota kecil yang termasuk dalam wilayah Tillaberi, sebuah daerah yang berbatasan dengan Burkina Faso dan Mali.

Melansir laman Reuters, pasukan militer tersebut sedang dalam operasi evakuasi setelah rekan-rekan mereka terluka terkena serangan bom rakitan. Penyergapan dilakukan sekitar pukul 11:00 siang pada hari Sabtu (31/7) oleh kelompok bersenjata.

Selain kehilangan 15 orang personel militer, Kementrian Pertahanan Niger juga menyampaikan bahwa ada tujuh personel yang terluka dan enam personel lainnya masih belum ditemukan.

Operasi pencarian luas di daerah tersebut untuk "menangkap teroris" segera dilakukan dengan dukungan pesawat militer, kata Kementrian Pertahanan, seperti dikutip France24.

Beberapa wilayah Niger, seperti halnya Mali dan Burkina Faso, sering mendapati serangan reguler oleh kelompok militan. Kelompok tersebut telah tumbuh lebih kuat meski ada ribuan pasukan regional yang dikerahkan, termasuk pasukan pimpinan Prancis dan pasukan perdamaian PBB.

2. Sebanyak 24 militan dan 16 personel militer Niger tewas dalam dua kejadian terpisah

Disergap Kelompok Bersenjata, 15 Militer Niger TewasPasukan militer Niger. (Twitter.com/Sky Daily)

Personel militer Niger kerap melakukan patroli perbatasan bersama negara tetangga seperti Mali karena memiliki ancaman yang sama, yakni serangan dari kelompok militan. Pada bulan Mei lalu, ketika pasukan Niger sedang dalam perjalanan kembali dari patroli perbatasan dengan Mali, mereka disergap oleh kelompok militan bersenjata.

Melansir laman Associated Press, serangan itu terjadi di Tillia, bagian utara wilayah Tahoua. Dalam penyergapan tersebut, 16 personel militer Niger tewas, dan satu personel hilang.

Dalam kejadian terpisah, militer mampu mencegat kelompok bersenjata yang akan melancarkan serangan di desa Baibangou, sebuah desa sekitar 100 kilometer utara ibukota, Niamey. Sebanyak 24 anggota militan tewas ditembak karena mereka mencoba melarikan diri setelah ditangkap.

Baca Juga: 137 Orang Tewas saat Serangan Kelompok Bersenjata di Niger

3. Sisi lain dalam konflik Sahel

Konflik di Sahel antara para militan dengan lima negara di Afrika barat sejak tahun 2012 tersebut telah lama diselidiki oleh Human Rights Watch (HRW). Menurut HRW, di satu sisi ketika pasukan pemerintah yang mendapatkan dukungan dari Barat, khususnya Prancis dan Amerika, tapi di sisi lain pasukan pemerintah juga melakukan kekejaman di luar hukum.

Tindakan pasukan pemerintah tersebut, telah memicu banyak penduduk sipil bergabung dengan militan, bukan tanpa motivasi agama seperti jihad, namun dengan dasar balas dendam.

Melansir laman resmi HRW, sejak akhir 2019, Human Rights Watch, PBB, dan lainnya telah mendokumentasikan lebih dari 600 pembunuhan di luar hukum oleh pasukan keamanan Burkina Faso, Mali, dan Niger selama operasi kontra-terorisme.

Investigasi menemukan banyak dugaan pelanggaran lainnya, gagal memberikan keadilan bagi para korban dan keluarga mereka.

Corinne Dufka, direktur HRW untuk kajian Sahel, telah melakukan serangkaian penelitian yang menemukan beberapa hal mengejutkan. Pasukan pemerintah membunuh penduduk sipil, yang kemudian anak atau keponakan korban bergabung dengan militan jihadis untuk melancarkan balas dendam kepada pasukan pemerintah.

Corinne Dufka menulis "saya tahu lebih dari 15 pria, dari Burkina Faso dan Mali, yang juga bergabung dengan barisan Islam bersenjata setelah melihat orang yang dicintai dieksekusi oleh pasukan keamanan."

Menurut Dufka, "pemerintah di Sahel menghadapi ancaman yang sah saat serangan kelompok bersenjata Islamis terhadap warga sipil meningkat dan menyebar lebih dalam ke Afrika Barat. Tetapi ketika aparat keamanan secara serampangan membunuh tersangka atas nama keamanan, itu sama kontra-produktifnya dengan melanggar hukum."

Baca Juga: Puluhan Warga Sipil Tewas dalam Serangan bersenjata di Niger

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya