Dokter Perempuan Afghanistan Meninggal di Serangan Bom

Serangan terpisah juga sebabkan tujuh pekerja meninggal

Kabul, IDN Times - Serangan-serangan kecil yang sepertinya ditargetkan terus terjadi di Afghanistan, khususnya di wilayah timur. Dalam aksi kekerasan yang terbaru, sebuah bom meledak menyasar seorang dokter perempuan.

Peristiwa itu terjadi di kota Jalalabad, provinsi Nangarhar pada hari Kamis pagi (4/3). Serangan bom dilakukan setelah beberapa hari sebelumnya, yakni pada hari Selasa (2/3), serangan juga dilakukan terhadap awak media perempuan yang pulang dari bekerja.

Tiga awak media tersebut masing-masing bernama Mursal Wahidi, Sadia Sadat dan Shahnaz Raufi. Mereka semua meninggal karena serangan tembakan.

1. Serangan bom magnet

Dalam beberapa bulan terakhir, para tokoh politik, aktivis HAM, ulama, hakim, dan jurnalis menjadi daftar orang-orang yang menjadi target pembunuhan oleh para militan. Serangan dilakukan untuk menciptakan teror, sehingga banyak orang akan bersembunyi atau keluar dari Afghanistan karena ketakutan.

Dalam serangan di Jalalabad yang terbaru, dokter perempuan itu meninggal karena bom magnet yang dipasang di kendaraan yang ia tumpangi. Melansir dari laman Al-Arabiya, juru bicara pemerintah provinsi Nangarhar, Attahullah Khogyani, menjelaskan bom yang meledak tidak hanya membunuh sang dokter, tapi juga melukai seorang anak yang berada di dekatnya.

Khogyani tidak menyebutkan identitas sang dokter perempuan, namun ia mengatakan bahwa dokter tersebut bekerja di bangsal bersalin rumah sakit swasta. Pemerintah Afghanistan dan AS menyalahkan Taliban atas insiden. Mereka menuduh serangan dilakukan dalam taktik untuk menanamkan rasa takut sambil meminimalisir jumlah korban dalam skala besar. Taliban membantah tuduhan tersebut.

2. Serangan bom diklaim oleh kelompok yang berafiliasi dengan ISIS

Dokter Perempuan Afghanistan Meninggal di Serangan BomSerangan bom di Afghanistan timur. (Twitter.com/Asian OSINT)

Konflik yang paling terlihat di Afghanistan adalah kelompok pemerintah dengan kelompok Taliban. Karena itu, dua kekuatan utama tersebut saat ini sedang melakukan pembicaraan damai di Doha, Qatar. Namun, sejauh ini proses pembicaraan tersebut berjalan melambat.

Meski Taliban dan pemerintah Afghanistan adalah dua kekuatan utama, tapi ada kekuatan lain yang acap kali mengirimkan teror-teror mematikan yakni mereka dari kelompok ISIS dan kelompok kecil yang berafiliasi dengannya.

Melansir dari laman Arab News, pada serangan bom hari Kamis, kelompok yang bernama Daesh dan berafiliasi dengan ISIS mengklaim adalah pelaku serangan tersebut. Mereka juga kelompok yang mengaku telah melakukan aksi kekerasan terhadap tiga awak media perempuan pada hari Selasa.

Menurut pernyataan SITE Intelligence Group, kelompok ekstrimis Daesh melakukan serangan berdasarkan bahwa "korban bekerja sebagai elemen intelijen Afghanistan yang murtad."

Baca Juga: 3 Pekerja Media Wanita Afghanistan Dibunuh Milisi

3. Serangan terpisah membuat tujuh orang meninggal

Dokter Perempuan Afghanistan Meninggal di Serangan BomIlustrasi Pistol (IDN Times/Mardya Shakti)

Provinsi Nangarhar adalah provinsi di Afghanistan timur yang berbagi perbatasan dengan Pakistan. Provinsi tersebut memiliki sistem keamanan yang rapuh dan sering kacau oleh serangan-serangan ekstrimis karena jadi benteng utama ISIS.

Serangan lain yang secara terpisah dari serangan bom, juga telah dilakukan terhadap para pekerja pabrik dan membuat sedikitnya tujuh warga sipil meninggal dunia. Kelompok bersenjata menembaki para pekerja itu. Melansir dari laman Associated Press, Jenderal Juma Gul Hemat, kepala polisi provinsi di Nangarhar mengatakan telah menangkap empat tersangka penembakan.

Farid Khan, juru bicara kepolisian setempat menjelaskan bahwa para pekerja yang jadi korban penembakan, semuanya berasal dari komunitas minoritas Syiah Hazara. Dalam serangan penembakan, belum ada kelompok yang mengklaim bertanggung jawab. Meski begitu, ISIS telah lama menyatakan perang terhadap Syiah dan sering menargetkan Hazara.

Belum dapat diketahui mengapa aksi kekerasan di Afghanistan mengalami peningkatan dalam beberapa bulan terakhir. Namun disinyalir, ada spekulasi bahwa pemerintahan Joe Biden akan melakukan peninjauan untuk menarik pasukan AS dari Afghanistan pada bulan Mei esok yang telah ditanda tangani oleh Donald Trump tahun lalu.

Baca Juga: PBB Kecam Pembunuhan Aktivis dan Jurnalis di Afghanistan

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya