Ethiopia Akan Buat Media Sosial Lokal

Pengembangan platform media sosial dengan tenaga ahli lokal 

Addis Ababa, IDN Times - Ethiopia adalah negara dengan jumlah penduduk terpadat kedua di Afrika setelah Nigeria. Ethiopia berada di kawasan strategis Tanduk Afrika yang strategis. Dalam hampir 10 bulan terakhir, negara itu diguncang konflik di bagian regional utara, yakni Tigray.

Di tengah konflik yang telah membunuh ribuan orang dan membuat jutaan lainnya mengungsi, pemerintah Ethiopia mengabarkan bahwa mereka akan mengembangkan media sosial lokal. Mereka akan bersaing dengan Facebook dan produknya, Twitter serta Zoom dan media sosial lainnya.

1. Facebook dituduh hapus akun dan postingan yang 'menyebarkan kenyataan Ethiopia' sebenarnya

Di tengah konflik antara pasukan pemerintah federal Ethiopia dengan para pejuang Tigray People's Liberation Front (TPLF) yang telah berlangsung sejak November 2020, kedua belah pihak juga saling serang di media sosial. Mereka saling tuduh dan saling klaim tentang kerugian dan keuntungan selama konflik tersebut.

Dilansir Al Jazeera, pada hari Senin (23/8) Shumete Gizaw yang menjabat Direktur Jenderal Badan Keamanan Jaringan Informasi pemerintah mengatakan Facebook telah menghapus posting dan akun pengguna yang katanya "menyebarkan kenyataan sebenarnya tentang Ethiopia."

Kezia Anim-Addo yang menjadi juru bicara Facebook Afrika sejauh ini belum mau berkomentar tentang tuduhan yang dilayangkan pemerintah Ethiopia itu.

Ada kemungkinan bahwa perang di media sosial antara Ethiopia dan Tigray juga menjadi salah satu pemicu mengapa negara yang dipimpin oleh Perdana Menteri Abiy Ahmed itu berkeinginan untuk mengembangkan jaringan media sosial lokal.

2. Pengembangan platform media sosial dengan tenaga ahli lokal

Baca Juga: Banjir di Ethiopia Menewaskan 7 Orang

Perkiraan jumlah penduduk Ethiopia pada pertengahan tahun 2021 ini adalah sekitar 116,4 juta orang. Pengguna internetnya, menurut Datareportal sebanyak 23,96 juta. Dari jumlah tersebut, mereka yang aktif menggunakan media sosial ada 6,7 juta orang.

Itu berarti, jumlah total pengguna media sosial Ethiopia sekitar 5,8 persen dari total populasi. Dengan jumlah koneksi selular mencapai 44,86 juta, Ethiopia memiliki peluang besar untuk terus meningkatkan sektor bisnis teknologi komunikasinya.

Rencana pengembangan media sosial yang dikabarkan oleh Ethiopia, sampai sejauh ini belum ada rincian mengenai garis waktu kapan akan resmi diluncurkan dan berapa anggaran yang disediakan.

Namun alasan pengembangannya, melansir kantor berita Reuters, "alasan di balik pengembangan teknologi dengan kapasitas lokal jelas, Mengapa menurut Anda China menggunakan WeChat?" kata Shumete Gizaw.

WeChat adalah aplikasi populer berkirim pesan di China yang memiliki pengguna lebih dari satu miliar. Aplikasi yang dimiliki Tencent Holdings itu, disebut oleh banyak ahli dianggap sebagai alat yang kuat oleh otoritas China untuk memantau populasi masyarakatnya.

Shumete juga bersesumbar bahwa Ethiopia memiliki orang-orang lokal dengan keahlian untuk mengembangkan platform. Dia juga mengatakan tidak akan mempekerjakan orang luar untuk membantu dalam pengembangan tersebut.

3. Pembatasan internet dan media sosial di Ethiopia

Ethiopia Akan Buat Media Sosial LokalIlustrasi (Unsplash.comJeremy Zero)

Pengumuman Ethiopia yang akan membangun platform media sosial lokal dan akan jadi rival Facebook, Twitter, Zoom dan lainnya tersebut, terjadi tiga bulan setelah pemerintah  melakukan pembatasan media sosial.

Saat itu, pemerintah Ethiopia menurut Reuters, membatasi akses secara signifikan ke Facebook, WhatsApp dan Instagram pada pertengahan bulan Mei. Itu dilakukan menjelang pemilu yang kemudian dimenangkan oleh Abiy Ahmed dan pembatasan dilakukan karena terlalu banyaknya kabar menyesatkan yang beredar.

Di sisi lain, Facebook sendiri pada bulan Juni lalu menghapus akun-akun palsu yang diduga memiliki kaitan dengan jaringan informasi negara, INSA.

Pada tahun 2020, Ethiopia juga disebut telah memadamkan jaringan telekomunikasi di daerah regional Tigray, ketika mereka bentrok dengan TPLF. Pemadaman jaringan tersebut sampai saat ini masih belum dipulihkan secara sempurna.

Karena pemadaman jaringan telekomunikasi itu, hingga kini media-media internasional yang melaporkan konflik Tigray-Ethiopia, tidak bisa secara rinci melakukan konfirmasi secara independen berapa jumlah pasti korban yang meninggal dalam konflik.

Pada tahun 2019, NetBlocks, sebuah lembaga yang mengawasi jaringan internet dan berbasis di London, juga pernah melaporkan Ethiopia membatasi akses ke jaringan internet, termasuk media sosial.

Tindakan itu dilakukan untuk mengendalikan upaya gerakan untuk menggulingkan pemerintah Negara Bagian Amhara agar tidak menyebar ke negara bagian lain. Ethiopia saat itu hampir terputus dengan dunia internet selama lebih dari 100 jam.

Baca Juga: Tak Ada di Negara Lain, 8 Hewan Ini Hanya Bisa Ditemui di Ethiopia

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya