Ethiopia: Lebih dari 200 Tewas dalam Konflik Etnis

Dua etnis yang terlibat saling tuduh memulai serangan

Jakarta, IDN Times - Bara konflik di Ethiopia kini menyala kian meluas. Di region Oromia, lebih dari 200 orang tewas dalam konflik yang terjadi pertengahan bulan Agustus ini.

Konflik itu terjadi di wilayah Wellega Timur, Oromia, yang berjarak sekitar 408 kilometer sebelah barat ibukota Addis Ababa. Pasukan etnis Oromo terlibat konflik dengan orang-orang etnis Amhara.

Dalam sembilan bulan terakhir, Ethiopia telah dilanda perang yang mematikan khususnya di wilayah utara, di region Tigray. Tigrayan People's Liberation Front (TPLF) atau pasukan etnis Tigray berperang melawan pasukan pemerintah federal Ethiopia dan sampai saat ini belum selesai.

Konflik baru di region Oromia semakin membuat negara ini terguncang oleh gelombang konflik etnis lain, yang kian mengancam stabilitas negara.

1. Pasukan Oromo menolak tuduhan memulai serangan

Ethiopia: Lebih dari 200 Tewas dalam Konflik EtnisPengungsi Ethiopia yang melarikan diri dari perseteruan yang sedang terjadi di daerah Tigray, menunggu untuk mendapatkan makanan di kamp Um-Rakoba, di perbatasan Sudan-Ethiopia, di negara bagian Al-Qadarif, Sudan, Senin (23/11/2020). ANTARA FOTO/REUTERS/Mohamed Nureldin Abdallah/foc/cfo/aa.

Ethiopia adalah negara terpadat kedua di Afrika setelah Nigeria. Negara itu memiliki sejarah peradaban yang panjang dan luhur.

Ketika menjadi negara modern, Ethiopia berdiri didasarkan atas konsep etno-nasionalisme. Tiap etnis hampir tinggal di wilayahnya masing-masing meski hal ini bukan patokan pasti.

Oleh sebab itu, konflik internal antar etnis selalu jadi tantangan tersendiri. Region etnis yang satu dengan region etnis yang lain kadang terlibat konflik yang mematikan.

Seperti laporan terbaru yang disampaikan oleh Komisi Hak Asasi Manusia Ethiopia atau Ethiopian Human Rights Commission (EHRC).

Dilansir Reuters, komisi tersebut menjelaskan Oromia Liberation Army (OLA) dari etnis Oromo menyerang orang-orang etnis Amhara "berdasarkan etnis mereka." Sebanyak 150 orang tewas dalam insiden tersebut.

Meski begitu, dalam sebuah pernyataan OLA mengatakan "ketika pasukan kami tiba, para pejuang Amhara inilah yang mulai melibatkan mereka dalam baku tembak." OLA menolak tuduhan telah memulai serangan terlebih dahulu yang menewaskan penduduk sipil.

2. Etnis Amhara menuduh pasukan Oromo memulai serangan

Ethiopia: Lebih dari 200 Tewas dalam Konflik EtnisTsegy Kiday, 34 tahun, seorang ibu tunggal dari lima anak yang terlantar, menggendong putrinya yang berusia 14 bulan Mebrihit Hintsa, yang menderita kekurangan gizi akut parah di Nebelet, wilayah Tigray, Ethiopia, Minggu (11/7/2021). Gambar diambil (11/7/2021). ANTARA FOTO/REUTERS/Giulia Paravicini/FOC/sa

Ada beberapa etnis yang berpengaruh secara politik di Ethiopia, negara yang berada di Tanduk Afrika ini. Paling besar adalah etnis Oromo dengan porsi 34,5 persen dari total penduduk. Selanjutnya etnis Amhara 26,9 persen, Somali 6,2 persen, dan Tigray 6,1 persen.

Oromo dan Amhara memiliki sejarah panjang yang saling bersaing dan bersitegang. Dengan dua etnis terbesar, mereka banyak berpengaruh secara politik.

Dilansir Associated Press, pernyataan dari EHRC itu muncul setelah Asosiasi Amhara-Amerika minggu ini mengatakan setidaknya 135 orang Amhara tewas dan ratusan rumah hancur dalam serangan pada 18 Agustus. Mereka menuduh pelakunya berasal dari OLA.

Akibat serangan tersebut, perempuan dan anak-anak melarikan diri ke daerah tetangga dan dan terjadi eksodus penduduk yang berusaha berlindung dari ancaman kekerasan. Orang-orang Amhara kemudian melakukan serangan balasan.

Dilansir Al Jazeera, menurut EHRC "Pada hari-hari berikutnya, beberapa warga melakukan serangan pembalasan berbasis etnis, menewaskan lebih dari 60 orang." Total mereka yang tewas dari kedua belah pihak berarti sekitar 210 orang

Salah satu warga Amhara memberi kesaksian "Begitu mereka datang mereka melepaskan tembakan. Kami mencoba membela diri dan membalas tembakan," katanya kepada Reuters.

3. Konflik Ethiopia bisa memengaruhi kebijakan perdagangan dengan AS

Ethiopia: Lebih dari 200 Tewas dalam Konflik EtnisPM Ethiopia, Abiy Ahmed. (Twitter.com/Abiy Ahmed Ali)

Insiden konflik di Wellega Timur itu sampai saat ini masih diselidiki oleh pihak-pihak yang berwenang.

Zelalem Sori, juru bicara pemerintah Wollega Timur mengatakan "Kami masih mencoba menilai jumlah orang yang tewas, mereka yang melakukan serangan dan apa yang sebenarnya terjadi."

Konflik yang terus terjadi di Ethiopia, terutama di region Tigray, telah berkembang menjadi konflik yang meluas di region Amhara dan Afar. Pelanggaran kemanusiaan terjadi, baik itu dari TPLF maupun dari pasukan federal Ethiopia.

Pemerintah Amerika Serikat pada hari Rabu mengatakan konflik dan pelanggaran kemanusiaan itu dapat mempengaruhi manfaat perjanjian perdagangan African Growth and Opportunity Act (AGOA).

Dilansir Reuters, Katharine Tai bertemu yang menjadi Perwakilan Dagang AS telah bertemu Mamo Mihretu yang menjadi Kepala Negosiator Perdagangan Ethiopia secara virtual.

Dalam sebuah pernyataan, "(Tai) mengangkat pelanggaran yang sedang berlangsung terhadap hak asasi manusia yang diakui secara internasional di tengah konflik yang sedang berlangsung dan krisis kemanusiaan di Ethiopia utara, yang dapat memengaruhi kelayakan AGOA di masa depan jika tidak ditangani."

Namun Dina Mufti, juru bicara Kementrian Luar Negeri Ethiopia mengungkapkan bahwa "Masalah AGOA diajukan untuk mengintimidasi kami."

AGOA, melansir Office of the United States Trade Representative (USTR) adalah perjanjian yang melonggarkan lebih dari 1.800 produk dari negara-negara Afrika, yang dapat diekspor ke Amerika dengan bebas bea masuk.

Negara-negara Afrika yang masuk dalam pakta AGOA harus mematuhi kesepakatan seperti membuat kemajuan berkelanjutan menuju pembentukan ekonomi berbasis pasar, supremasi hukum, pluralisme politik, dan hak atas proses hukum.

Selain itu, negara-negara Afrika tersebut harus menghilangkan hambatan terhadap perdagangan dan investasi AS, memberlakukan kebijakan untuk mengurangi kemiskinan, memerangi korupsi dan melindungi hak asasi manusia.

Pada tahun 2020 lalu, ekspor barang Ethiopia ke pasar Amerika Serikat senilai lebih dari setengah juta dolar AS. 

Baca Juga: Ethiopia Akan Buat Media Sosial Lokal

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya