Ethiopia Setuju Buka Blokade, PBB Segera Kirim Bantuan Kemanusiaan 

Para pengungsi mengalami trauma 

Addis Ababa, IDN Times – Konflik antara pemerintah federal Ethiopia dengan kelompok penguasa regional Tigray, atau Tigrayan People’s Liberation Front (TPLF) mulai menuju titik terang. Meski begitu, titik terang tersebut belum tentu membuat potensi konflik lenyap begitu saja.

Pada 28 November 2020, Perdana Menteri Ethiopia Abiy Ahmed mengumumkan bahwa pasukannya telah secara penuh menguasai ibukota Tigray, Mekelle. Serangan yang disebut sebagai serangan paripurna untuk menaklukkan benteng terakhir pasukan TPLF, dilakukan karena pemimpin TPLF menolak menyerah setelah diberikan ultimatum dalam waktu 72 jam.

4 November 2020, PM Abiy Ahmed mengumumkan operasi militer dengan ikhtiar menumpas kelompok TPLF yang dianggap pemberontak dengan alibi untuk menegakkan konstitusi. Abiy memutus jaringan telepon dan internet, memblokade jalan ke Tigray dan menolak semua intervensi internasional untuk merundingkan perdamaian. 

PBB telah berulang kali melobi untuk bisa masuk ke wilayah Tigray guna memberikan bantuan kemanusiaan, namun tidak pernah berhasil. Kini, pemerintah federal Ethiopia sepakat dengan PBB untuk membuka blokade, dan segera bantuan kemanusiaan akan dikirimkan ke wilayah utara negara Ethiopia tersebut.

1. Bantuan kemanusiaan akan memiliki akses tanpa hambatan

Ethiopia Setuju Buka Blokade, PBB Segera Kirim Bantuan Kemanusiaan Pengungsian Ethiopia di Sudan. Ilustrasi (twitter.com/UN OCHA Ethiopia)

Tidak ada angka pasti korban meninggal akibat perang antara militer federal Ethiopia dengan pasukan TPLF. Akses transportasi dan telekomunikasi yang ditutup, membuat media internasional tidak bisa melakukan verifikasi secara independen tentang korban-korban yang berjatuhan. Angka yang mampu diajukan dengan agak pasti hanyalah mereka yang melarikan diri dari konflik dan mengungsi di Sudan. Total sekitar 45.000 orang pengungsi.

Pada hari Rabu, 2 Desember 2020, pemerintah Ethiopia dan PBB menyepakati sebuah perjanjian bantuan kemanusiaan untuk wilayah konflik Tigray. Melansir dari kantor berita Reuters, Badan koordinasi kemanusiaan PBB OCHA memastikan “bahwa kemanusiaan akan memiliki akses tanpa hambatan, berkelanjutan dan (jaminan) keamanan ke daerah-daerah dibawah kendali pemerintah federal Ethiopia” (2/12).

Redwan Hussein, juru bicara pemerintah Ethiopia membenarkan kesepakatan tersebut, namun tidak memberikan rincian lebih lanjut tentang keputusan yang sudah disepakati diantara dua belah pihak. Jalur telekomunikasi juga mulai dipulihkan sebagian di beberapa wilayah seperti Dansha, Humera, dan Mai Kadra.

2. Pemimpin Tigray belum menyerah dan masih akan tetap berjuang

Ethiopia Setuju Buka Blokade, PBB Segera Kirim Bantuan Kemanusiaan Pasukan Ethiopia, Amhara dan Fano. (twitter.com/ababegichew)

Meskipun Abiy Ahmed telah mengumumkan klaim kemenangan dan menguasai ibukota Mekelle, namun sebenarnya masih ada bara yang terus menyala. Pasukan TPLF yang mundur dari Mekelle, belum menyerah dan masih akan tetap berjuang. Pertempuran masih berlanjut di setiap front, dua hari usai PM Abiy Ahmed mengumumkan kemenangannya.

Pemimpin TPLF, Debretsion Gebremichael yang berhasil diwawancarai oleh Associated Press melalui sambungan telepon, menyatakan pertempuran “akan berlanjut sampai penjajah keluar” (1/12). Debretsion yakin bahwa pasukannya akan menang dan dia menuduh militer federal telah melakukan genosida kepada orang-orang Tigray. TPLF juga mengklaim masih memiliki beberapa rudal yang menurut pemimpinnya dapat digunakan kapan pun mereka mau.

Pasukan TPLF mundur ke wilayah pegunungan dalam serangan paripurna yang dilancarkan pasukan federal Ethiopia. Dalam klaimnya, meski pasukan TPLF mundur, Debretsion masih berada di dekat Mekelle. Gagasan musyawarah dengan Ethiopia, ditolak berulang kali oleh Abiy Ahmed namun pemimpin Tigray mengatakan “tergantung pada isinya” pembicaraan.

Baca Juga: Konflik Ethiopia: 600 Orang Tewas di May Cadera 

3. Trauma para pengungsi Tigray karena perang

Ethiopia Setuju Buka Blokade, PBB Segera Kirim Bantuan Kemanusiaan Anak-anak pengungsi Ethiopia di kamp Sudan. Ilustrasi (twitter.com/Clementine Nkweta-Salami)

Kekejaman selalu muncul dalam episode peperangan. Apalagi peperangan yang sengit, yang menggeret persoalan etnis, seringkali pembantaian terjadi tanpa pandang bulu. Abiy Ahmed dituduh ingin memonopoli kekuasaan, dengan mendepak para pemimpin-pemimpin berpengaruh di tiap partai penguasa yang berbasis etnis, tapi tak pernah mampu menguasai TPLF etnis Tigray, kelompok yang telah menguasai Ethiopia hampir 30 tahun lamanya.

Dalam operasi militer untuk “menegakkan konstitusi”, seorang penduduk Tigray yang lari dari peperangan untuk mengungsi memberikan pengakuan pilu tentang kesaksiannya saat melihat para korban yang terbunuh. The Guardian mengulik informasi dari salah satu pengungsi, yang kemudian menceritakan kisahnya.

Lelaki paruh baya bernama Gush Tela, berusia 54 tahun, membawa istri dan tiga anaknya mengungsi ke tempat aman ketika militer Ethiopia menyerang daerah Humera. Karena ingin tahu apa yag sebenarnya terjadi, dia kembali mendekati kota dengan sepeda motornya. Dalam perjalanan tersebut, dia melihat pria, wanita, anak-anak, tergeletak sepanjang jalan dengan tubuh penuh dengan lubang peluru.

“Saya melihat banyak orang mati dimakan anjing. Saya melihat banyak orang sekarat di jalan. Banyak hal sulit, sulit diungkapkan, sulit dibayangkan” katanya kepada The Guardian di kamp pengungsian dekat Sudan (2/11). Para pengungsi menderita trauma berat usai menyaksikan korban korban konflik peperangan antara militer federal dengan TPLF.

Menurut PBB, sekitar 2 juta orang di wilayah Tigray saat ini butuh bantuan, dan sekitar satu juta orang mengungsi, termasuk pengungsi Eritrea yang hampir 100.000 orang dan pengungsi Ethiopia di Sudan yang melarikan diri dari konflik berjumlah sekitar 45.000.

Stephanie Dujarric, juru bicara PBB mengatakan “pekerja bantuan melaporkan bahwa orang-orang terpaksa bergantung kepada air yang tidak diolah untuk bertahan hidup setelah kehancuran infrastruktur air” katanya seperti dikutip dari Associated Press (1/12).

Baca Juga: Pasukan Tigray Tolak Menyerah, Militer Ethiopia Mendekati Mekelle 

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya