Ethiopia Tolak Semua Upaya Mediasi Damai dengan Tigrayan

“Perang di Tigray tidak bisa diubah”, katanya 

Addis Ababa, IDN Times – Konflik yang terjadi di Ethiopia semakin kusut. Perang yang terjadi antara pemerintah federal dengan pemerintah regional Tigray terus berlanjut hingga saat ini. Tidak ada angka pasti berapa jumlah korban tewas dalam pertempuran, namun diperkirakan telah mencapai ratusan.

Operasi militer yang dijalankan oleh pemerintah federal terus berlangsung. Senin, 16 November 2020, angkatan udara pemerintah federal membombardir ibukota Tigray, Mekelle. Sejak serangan udara mulai diperintahkan pada 4 November, ada banyak laporan kekejaman yang terjadi karena perintah Perdana Menteri Ethiopia, Abiy Ahmed, tersebut.

Konflik antara pemerintah federal dengan pemerintah regional Tigray dikhawatirkan akan semakin meluas dan mengancam stabilitas kawasan tanduk Afrika yang strategis. Dalam beberapa klaim, pemerintah federal mengatakan sudah merebut kota utama dan jalan menuju ibukota Tigray.

1. Menolak segala upaya mediasi

Ethiopia Tolak Semua Upaya Mediasi Damai dengan TigrayanPM Abiy Ahmed (instagram.com/pmabiyahmed)

Sejauh ini, tekanan internasional agar Ethiopia melakukan pembicaraan untuk mengakhiri konflik, tidak pernah digubris oleh Abiy Ahmed. Kantor berita Reuters mengabarkan bahwa Abiy Ahmed telah menolak semua upaya internasional agar melakukan pembicaraan dan konflik tidak meluas sampai ke negara tetangga Eritrea (16/11).

Redwan Hussein, juru bicara satuan tugas krisis pemerintah Tigray mengatakan kepada wartawan bahwa “operasi (militer) hanya akan berumur pendek”. “Kami mengatakan ‘beri kami waktu’. Ini tidak akan memakan waktu sampai selamanya” katanya.

Redwan juga tidak pernah meminta Uganda atau negara lain untuk menengahi konflik. Hal itu dikatakan karena sebelumnya Presiden Uganda, Yoweri Museveni, mengajukan banding untuk melakukan negosiasi kepada Menteri Luar Negeri Ethiopia, Demeke Mekonnen.

Melansir dari laman Al Jazeera, Museveni menulis dalam media sosial yang kemudian menghapusnya, “Harus ada negosiasi dan konflik dihentikan, jangan sampai itu menyebabkan hilangnya nyawa yang tidak perlu dan melumpuhkan perekonomian” (16/11).

2. Perang di Tigray tidak dapat diubah

Ethiopia Tolak Semua Upaya Mediasi Damai dengan TigrayanPerang di Tigray tidak dapat diubah karena bertujuan menegakkan supremasi hukum. Ilustrasi. (Pexels.com/Somchai Kongkamsri)

Sudah 12 hari sejak pertama kali Abiy Ahmed memerintahkan operasi militer untuk “menundukkan” wilayah dan pemimpin regional Tigray. Sejauh ini, beberapa klaim sepihak dari pemerintah federal mengatakan bahwa pasukannya telah merebut kota Alamata di Tigray dan pasukan TPLF (Tigrayan People’s Liberation Front) melarikan diri.

Melansir dari laman The Guardian, pengumuman bahwa Alamata telah “dibebaskan” oleh pasukan federal sebenarnya tidak serta merta memperkuat pesan bahwa pemerintah telah melakukan kemajuan pesat (16/11). Mengapa? Karena untuk mencapai Alamata, pasukan federal hanya bergerak sejauh 9,6 kilomter saja. Sedangkan dari Alamata ke Mekelle, ibukotaTigray yang jadi pusat kekuatan, jaraknya masih sekitar 180 kilometer. 

Sekitar 25.000 penduduk Ethiopia telah lari dan menjadi pengungsi di Sudan. Pemerintah yang dipimpin oleh Abiy Ahmed sendiri mengatakan bahwa perang dengan Tigray tidak bisa diubah. Perang tersebut, mengutip dari The Guardian, bertujuan “untuk menegakkan supremasi hukum” karena Tigrayan dianggap telah bertindak menentang dan melawan konstitusi pemerintah pusat.

Baca Juga: Konflik Ethiopia Meluas, Roket Hantam Negara Tetangga Eritrea 

3. Operasi militer dikhawatirkan meluas dan melibatkan kekuatan regional lain

Ethiopia Tolak Semua Upaya Mediasi Damai dengan TigrayanBandara di negara tetangga Eritrea jadi target serangan roket yang diluncurkan oleh TPLF. Ilustrasi. (Pexels.com/Marina Hinic)

Perang yang dilancarkan oleh militer federal Ethiopia untuk melawan pasukan militer Tigray telah dikhawatirkan akan meluas. Tigrayan sebelumnya menuduh bahwa pemerintah federal bekerja sama dengan negara tetangga Eritrea untuk menyerang mereka. Tuduhan tersebut sempat dibantah oleh pemerintah federal.

Jason Burke, jurnalis dari The Guardian melaporkan bahwa bandara Eritrea di ibukota Asmara telah terkena serangan roket yang diluncurkan oleh pihak TPLF (15/11). Serangan TPLF ke wilayah negara tetangga tersebut diakui dan memang dibenarkan oleh pemimpinnya yakni Debretsion Gebremicahel.

Serangan tersebut dilakukan karena bandara Eritrea dijadikan sebagai tempat pasukan Ethiopia menerbangkan pesawat untuk menyerang wilayah Tigray. “Selama pasukan di sini bertempur, kami akan mengambil target militer yang sah dan kami akan menembak. Kami akan melawan mereka di semua lini dengan segala cara yang kami miliki” kata Gebremichael.

Martin Plaut, seorang pengamat Eritrea di London mengatakan bahwa serangan roket tersebut telah membuat konflik menjadi masalah internasional. “Ini sekarang menjadi konflik internasional”, kata Plaut. Penolakan Abiy Ahmed terhadap segala upaya mediasi global agar melakukan langkah damai, dari PBB, Eropa dan bahkan Paus, menyebabkan konflik akan semakin jatuh ke jurang yang dalam.

Baca Juga: Roket Jatuh di Eritrea, Ketegangan di Ethiopia Makin Meningkat

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya