HRW: 300 Laki-laki di Mali Dibunuh Aparat dan Tentara Bayaran Rusia

Warga sipil yang dibunuh disebut sebagai militan

Jakarta, IDN Times - Organisasi hak asasi manusia, Human Rights Watch (HRW), pada Selasa (5/4/22) melaporkan sekitar 300 orang Mali telah dibunuh oleh tentara pemerintah dan tentara bayaran asing. Tentara asing itu diduga kuat adalah Grup Wagner Rusia.

Sebelumnya, Mali melaporkan telah melakukan serangan pada akhir Maret melawan kelompok militan. Serangan dilakukan dengan pasukan darat dan udara. Para militan yang diserang disebut melakukan pertemuan di daerah Moura, Mali tengah.

HRW melakukan penyelidikan dan wawancara terhadap para saksi. Dari penyelidikan tersebut, dalam waktu empat hari tentara Mali dan tentara asing diduga menangkap, mengelompokkan orang-orang, lalu mengeksekusi mereka. Beberapa di antaranya ditembak di kepala.

1. Tentara Mali dan asing membunuh ratusan orang yang diduga militan

HRW: 300 Laki-laki di Mali Dibunuh Aparat dan Tentara Bayaran RusiaIlustrasi. (Unsplash.com/ Filip Andrejevic)

Di Moura, tentara pemerintah dan tentara asing sedang menargetkan kelompok militan Islam yang kerap bertempur untuk menguasai wilayah tersebut.

Militer Mali dalam sebuah pernyataan mengatakan, "operasi ini mengikuti informasi yang sangat tepat yang memungkinkan untuk menemukan lokasi pertemuan antara berbagai (militan) di Moura," kutip Reuters. 

Informasi awal menunjukkan korban sekitar 200 orang. Tapi menurut HRW, operasi yang dilakukan tentara Mali dan tentara asing itu diduga telah menewaskan 300 warga sipil laki-laki. Pembunuhan terjadi antara 27 dan 31 Maret di sebuah kota perdesaan dengan populasi sekitar 10 ribu orang.

HRW melaporkan, "insiden itu adalah kekejaman tunggal terburuk yang dilaporkan dalam konflik bersenjata selama satu dekade di Mali."

Baca Juga: 40 Warga Sipil di Mali Dibunuh Kelompok Jihadis

2. Tentara asing yang ikut operasi militer diperkirakan dari Rusia

Direktur HRW di Sahel, Corinne Dufka, mengatakan bahwa pelecehan yang dilakukan oleh kelompok militan tidak bisa menjadi alasan untuk aksi pembantaian terhadap orang-orang yang ditahan. 

Dufka menuduh pemerintah Mali bertanggung jawab atas pembunuhan tersebut. Tentara asing yang terlibat dalam pembunuhan itu diidentifikasi oleh beberapa sumber sebagai tentara bayaran Rusia.

Para tentara melakukan eksekusi dalam kelompok-kelompok kecil beberapa ratus orang yang telah ditangkap di kota Moura. Mereka dikelompokkan antara empat, enam, atau sepuluh orang kemudian dieksekusi. 

Dilansir Al Jazeera, Dufka mendesak pemerintah Mali menyelidiki pembunuhan massal tersebut termasuk peran tentara asing.

"Agar penyelidikan semacam itu cukup independen dan kredibel, pihak berwenang harus mencari bantuan dari Uni Afrika dan PBB," kata Dufka.

3. Prancis kecam pembunuhan massal di Mali

HRW: 300 Laki-laki di Mali Dibunuh Aparat dan Tentara Bayaran RusiaOperasi Barkhane Prancis di Mali (Twitter.com/Fdesouche.com est une revue de presse)

Mali telah jatuh dalam kekacauan sejak 2012, saat para militan Islam melancarkan pemberontakan di sebelah utara. Para militan itu memiliki afiliasi dengan ISIS dan al-Qaeda, dan menggunakan wilayah Mali yang dikuasai untuk melancarkan serangan ke negara tentangga seperti Burkina Faso dan Niger.

Mali yang kesulitan akhirnya meminta bantuan kepada Prancis untuk memberantas dan mengusir para militan. Prancis meluncurkan Operasi Barkhane untuk menumpas para militan. Tapi sejak kudeta militer terjadi di Mali dan junta menguasai pemerintahan, Prancis memilih untuk mundur dari negara tersebut. 

Mali kemudian disebut menyewa tentara bayaran Grup Wagner Rusia untuk membantu melatih tentaranya. Langkah itu dikritik oleh banyak negara karena Wagner memiliki catatan buruk tentang pelanggaran hak asasi manusia.

Peristiwa pembantaian terbaru, yang diduga melibatkan tentara bayaran Rusia, mendapatkan kecaman dari banyak negara. Prancis termasuk salah satunya. 

Dilansir France24, Kementerian Luar Negeri Prancis mengatakan, "sangat prihatin dengan informasi pembunuhan massal di Moura oleh unsur-unsur angkatan bersenjata Mali disertai tentara bayaran Rusia dari kelompok Wagner, yang dikatakan telah menyebabkan kematian ratusan warga sipil."

Josep Borrell, kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa (UE), menyebut laporan pembunuhan itu sangat mengkhawatirkan.

"Perang melawan terorisme sama sekali tidak dapat membenarkan pelanggaran HAM besar-besaran," katanya.

Baca Juga: Mali: Silahkan Prancis Pergi, Mereka Tidak Berikan Apa-Apa untuk Kami!

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya