Imbas Ukraina-Rusia, AS Sebut Finlandia akan Gabung NATO

Finlandia tegaskan tidak bergabung dengan NATO

Jakarta, IDN Times - Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken dalam wawancara pada 13 Januari 2022 mengatakan bahwa Finlandia akan bergabung dengan NATO. Pernyataan itu keluar ketika wawancara membahas ketegangan Ukraina dengan Rusia yang semakin meruncing.

AS telah menyatakan akan memberikan dukungan kepada Ukraina jika diserang oleh Rusia. AS yang memimpin NATO, bersama Uni Eropa (UE) serta G7 telah sepakat akan menjatuhkan sanksi yang berat terhadap Moskow jika melancarkan agresi ke Ukraina.

Finlandia adalah anggota UE. Tapi Finlandia sudah sejak lama menyatakan tidak tertarik bergabung dengan NATO. Finlandia sendiri berbagi perbatasan langsung dengan Rusia sepanjang 1.340 kilometer. Dua negara itu juga memiliki sejarah kelam, di mana Finlandia dan Rusia pernah saling bertempur sehingga menyebabkan ribuan orang tewas.

1. Rusia dinilai melanggar prinsip dasar negara bertetangga

Imbas Ukraina-Rusia, AS Sebut Finlandia akan Gabung NATOAntony John Blinken (Twitter.com/Secretary Antony Blinken)

Dalam transkrip wawancara antara Menlu AS Antony Blinken dengan MSNBC yang dimuat di laman resmi pemerintah, pejabat top AS itu ditanya beberapa persoalan. Di antara yang dibahas adalah Sindrom Havana, mengapa AS terlibat dalam ketegangan Rusia-Ukraina, masalah Afghanistan serta masalah Korea Utara.

Ketika menyinggung persoalan hubungan antara Ukraina dan Rusia yang memanas, Blinken menjelaskan mengapa AS terlibat dalam masalah itu.

Menurut Blinken, ada beberapa prinsip dasar yang dipertaruhkan dalam memanasnya hubungan Ukraina-Rusia. Prinsip-prinsip itu adalah prinsip dasar yang berlaku untuk perdamaian dan keamanan internasional seperti satu negara tidak bisa begitu saja menggambar peta perbatasan negara lain dengan paksa.

Blinken juga menjelaskan "bahwa satu negara tidak dapat mendikte salah satu tetangganya tentang pilihannya, pilihan rakyatnya tentang kebijakan mereka, tentang dengan siapa mereka akan bergaul."

Jika Rusia dibiarkan tetap memaksakan kehendak kepada Ukraina, maka itu akan merusak seluruh sistem internasional. Jika tindakan Rusia ditiru oleh negara lain, maka akan ada langkah sama yang memicu timbulnya konflik dan perang.

Blinken dengan tegas menyatakan ingin menghindari hal itu dan berdiri menentang upaya Rusia menyerang Ukraina. Ukraina sendiri telah lama mengajukan keanggotaan bergabung NATO, tapi sampai saat ini belum diterima.

Meski begitu, AS banyak mengeluarkan bantuan seperti pendanaan dan persenjataan untuk pertahanan Ukraina.

2. Finlandia dikabarkan akan bergabung dengan NATO

Imbas Ukraina-Rusia, AS Sebut Finlandia akan Gabung NATOilustrasi pasukan militer Finlandia (Twitter.com/Puolustusministeriö)

Baca Juga: AS Taruh Rudal di Ukraina, Rusia Ancam Kirim Militer ke Amerika Latin

Upaya mencegah terjadinya konflik besar Ukraina-Rusia, adalah dengan melakukan dialog serta diplomasi.

Rusia mengajukan proposal jaminan keamanan kepada AS, di mana NATO tidak boleh menerima Ukraina sebagai anggota, NATO tidak menempatkan tentara konvensional di negara yang berbatasan dengan Rusia, serta AS menarik senjata nuklir dan rudal dari Eropa.

Pembahasan proposal dari Moskow itu dilakukan dalam tiga tahap pada pekan ini. Namun, tiga kali diplomasi digelar, tidak ada hasil signifikan. Diplomasi itu berakhir dengan jalan buntu.

Dalam kebuntuan tersebut, Swedia yang memimpin organisasi keamanan blok UE (OSCE) memperingatkan bahwa Eropa bisa jatuh dalam perang besar jika fokus perdamaian tidak dikedepankan dalam masalah Ukraina-Rusia.

Di tengah memanasnya masalah tersebut, Finlandia yang juga anggota UE serta OSCE disebut akan bergabung dengan NATO.

Joe Scarborough dari MSNBC bertanya kepada Menlu Blinken "kami mendengar Finlandia dan mungkin negara lain ingin bergabung dengan NATO sekarang."

Blinken membenarkan hal itu. Pertimbangan yang dilakukan oleh AS disebutkan bahwa pintu NATO terbuka jika negara-negara ingin bergabung. Negara-negara tersebut memiliki hak kedaulatan untuk memutuskan mereka jadi anggota, sesuai dengan kriteria dan semua anggota NATO menyetujuinya.

3. Finlandia tegaskan tidak akan bergabung dengan NATO

Sebagai salah satu negara kaya-raya, Finlandia memenuhi semua syarat untuk menjadi bagian dari keanggotaan NATO. Negara itu memiliki prinsip demokrasi yang ditegakkan, pengeluaran militer 2 persen PDB dan diawasi secara ketat oleh sipil, serta minimnya atau bahkan tidak adanya tindakan pelanggaran HAM oleh negara.

Tapi sudah sejak lama Finlandia tidak memiliki minat sama sekali bergabung dengan NATO. Jika ingin bergabung, Finlandia tinggal mengajukannya dan kemungkinan besar pasti akan diterima.

Menanggapi kabar bahwa negaranya akan bergabung dengan NATO, Menteri Luar Negeri Pekka Haavisto pada Jumat mengatakan "Finlandia tidak berdiskusi dengan NATO untuk bergabung. Finlandia juga tidak memiliki proyek seperti itu yang akan datang," ujarnya dikutip Reuters.

Berbicara dengan para Menlu UE di Prancis, Haavisto juga menambahkan bahwa "kebijakan keamanan Finlandia tetap tidak berubah." Itu berarti Finlandia memang tidak pernah memiliki niat untuk gabung dengan NATO meski negara itu menjadi bagian dari blok UE yang bersekutu dengan AS atau NATO.

4. Meski semua syarat terpenuhi, mengapa Finlandia tidak bergabung dengan NATO?

Imbas Ukraina-Rusia, AS Sebut Finlandia akan Gabung NATOjet tempur F-35 (Pixabay.com/WikiImages)

Ada sejarah panjang yang tidak dapat dirinci dalam sekejap, alasan mengapa Finlandia yang memenuhi semua syarat sebagai anggota NATO tidak pernah mendaftarkan diri.

Finlandia dan Rusia telah terlibat sejarah yang buruk sejak Perang Dunia Pertama. Finlandia dibantu Kekaisaran Jerman bertempur dengan Kekaisaran Rusia yang dimenangkan pihak Finlandia.

Permusuhan itu berlanjut menjelang Perang Dunia Kedua, di mana Finlandia dibantu NAZI bertempur dengan Soviet. Perang itu berhenti ketika NAZI Jerman dan pasukan Finlandia dikalahkan oleh Soviet.

Setelah itu ketika Soviet runtuh pada awal tahun 1990-an, NATO melebarkan ekspansi pengaruh di Eropa dan negara-negara bekas komunisme. Finlandia dan Swedia hampir bergabung dengan aliansi atlantik utara.

Tapi menurut Erkki Bahovski dari ICDS (International Centre for Defence and Security), pada tahun 1990-an, jika Finlandia dan Swedia bergabung NATO maka dua negara itu yang akan memikul tanggung jawab keamanan Laut Baltik.

Saat itu Finlandia merasa, jika Baltik diserang maka hanya dua negara itulah yang membela. Jadi aliansi atlantik utara tidak memberi keuntungan bagi mereka jika anggota NATO lain tidak membantu.

Kini, meski berkembang opini bahwa Finlandia semakin dekat dengan keanggotaan NATO, hal itu sepenuhnya tidak salah, tapi juga tidak sepenuhnya benar. Menurut Hanna Ojanen dari European Council on Foreign Relation, jajak pendapat warga Finlandia menghasilkan 51 persen menentang hal tersebut.

Masyarakat Finlandia tidak mau pasukan militernya terseret dalam arus perang tidak jelas seperti Perang Irak pada 2003. Jika Finlandia gabung NATO, Rusia pasti akan bereaksi dengan keras.

Selain itu, ada juga pengaruh eksternal yaitu Swedia. Ada kemungkinan jika Swedia bergabung NATO, maka Finlandia juga. Tapi dua negara itu sampai saat ini belum memiliki indikasi bergabung dengan aliansi atlantik utara.

Hal lainnya adalah, blok UE pasti akan membela anggotanya jika mendapatkan invasi dari negara asing. Jika Rusia menyerang Finlandia, maka seluruh negara UE pasti bakal membela Finlandia.

Meski tidak menjadi anggota NATO, Finlandia sendiri telah menjalin hubungan dengan organisasi tersebut sejak tahun 1994. Finlandia juga telah banyak membeli peralatan tempur NATO. Akhir tahun 2021, Finlandia sudah sepakat memborong 64 jet tempur F-35 yang terbaru.

Baca Juga: Klubing Hingga Pagi, PM Finlandia Akui Langgar Karantina

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya