Inggris Tolak Tangguhkan Penjualan Alutsista ke Saudi

Italia dan AS sudah tangguhkan penjualan sebelumnya 

London, IDN Times – Arab Saudi sejauh ini adalah negara yang memiliki pengaruh dalam konflik di Yaman. Negara tersebut telah dikritik karena ikut andil dalam menyebablan krisis kemanusiaan. PBB sendiri mengatakan bahwa krisis kemanusiaan di Yaman adalah krisis kemanusiaan terburuk di era modern.

Pekan lalu, Joe Biden membuat keputusan untuk menghentikan dukungannya ke Saudi dalam operasi di Yaman. Keputusan itu telah membuat banyak pihak memberikan sambutan yang baik. Namun keputusan AS itu rupanya tidak diikuti oleh sekutunya, Inggris. Inggris menolak bergabung untuk menangguhkan penjualan senjata ke Saudi.

1. Posisi rancu Inggris

Inggris Tolak Tangguhkan Penjualan Alutsista ke SaudiKrisis Yaman adalah krisis kemanusiaan terburuk menurut PBB. (Twitter.com/UNDP SDG Integration)

Arab Saudi mewakili 40 persen volume ekspor senjata Inggris antara tahun 2010 dan 2019. Karena itu, banyak aktivis kemanusiaan yang melontarkan kritiknya kepada Inggris, karena senjata yang dijual tersebut telah menjadi salah satu penopang utama dalam konflik di Yaman.

Melansir dari laman The Guardian, ketua komite pertahanan dari konservatif, Tobias Ellwood, mengatakan agar Inggris menyelaraskan diri sepenuhnya dengan sekutu keamanan terdekatnya dalam keputusan ekspor senjata. Menurutnya, penangguhan penjualan senjata AS ke Saudi dirancang untuk menciptakan kondisi pembicaraan damai.

Inggris sebenarnya memiliki peran dari PBB di Yaman sebagai aggota dewan yang memimpin negosiasi dan rancanagan undang-undang untuk Yaman yang lebih baik. Lisa Sandy, sekretaris luar negeri Inggris mengatakan “Inggris tidak bisa menjadi pembawa damai dan pedagang senjata (sekaligus) dalam konflik ini.”

Perang saudara di Yaman telah melibatkan beberapa pihak dan membuat konflik di negara tersebut pelik untuk dirampungkan. Pasukan pemerintah Yaman didukung oleh Arab Saudi yang memimpin pasukan koalisi melawan milisi kelompok Houthi yang dituduh didukung oleh Iran.

Yaman kemudian menjadi wilayah perang proksi antara Saudi dengan Iran dan membuat penduduk di negara tersebut menderita. Sekitar 80 persen penduduk Yaman saat ini terancam kelaparan dan membutuhkan makanan serta obat-obatan dari luar.

2. Ekspor senjata disertai dengan perizinan yang ketat

Inggris Tolak Tangguhkan Penjualan Alutsista ke SaudiJames Cleverly, Menlu Inggris. (Instagram.com/jamescleverly)

AS sendiri mulai memberikan dukungan logistik dan intelijen kepada Saudi di Yaman mulai tahun 2015. Pada akhir jabatan Donald Trump, AS memasukkan kelompok Houthi ke dalam daftar kelompok teroris sebagai bagian dukungannya untuk Saudi. Keputusan tersebut telah mendapatkan banyak kritik karena akan berakibat semakin buruknya bencana kemanusiaan di Yaman.

Kini Biden telah memutuskan untuk menghapus Houthi dari kelompok teroris demi alasan kemanusiaan. AS juga membuat keputusan menarik dukungannya untuk Saudi. Keputusan itu diharapkan akan diikuti oleh Inggris dan rancangan perdamaian bisa disusun di Yaman.

Namun Menteri Luar Negeri James Cleverly mengatakan “lisensi penjualan senjata Inggris dikeluarkan dengan hati-hati untuk memastikan bahwa mereka (Saudi) tidak menyebabkan pelanggaran hukum kemanusiaan” katanya seperti dikutip dari The Guardian.

Cleverly menilai bahwa keputusan AS adalah keputusan mereka dan Inggris juga bertanggung jawab atas keputusannya sendiri. Sejauh ini, perseteruan penjualan senjata Inggris ke Saudi terjadi di tubuh parlemen Inggris. Pihak oposisi mengutuk keras ekspor senjata yang dilakukan pemerintah untuk Saudi.

Baca Juga: Inggris Bakal Tarik Pajak Perusahaan yang Untung Selama Pandemik

3. Italia telah secara permanen menghentikan penjualan senjata ke Saudi

Inggris Tolak Tangguhkan Penjualan Alutsista ke SaudiItalia tangguhkan penjualan rudal ke Saudi. Ilustrasi (Wikimedia.org/Hemant.rawat1234)

Pada akhir Januari 2021, Italia telah lebih dulu memutuskan untuk menangguhkan penjualan senjatanya ke Saudi sebelum dilakukan oleh Amerika Serikat. Penangguhan yang dilakukan oleh Italia termasuk diantaranya ribuan rudal.

Melansir dari laman Al Jazeera, Luigi Di Maio, Menteri Luar Negeri Italia mengatakan “Hari ini saya mengumumkan bahwa pemerintah telah mencabut otorisasi yang sedang dijalankan untuk ekspor rudal dan bom pesawat ke Saudi dan Uni Emirat Arab.” Di Maio juga menambahkan bahwa komitmen perhormatan kepada hak asasi manusia tidak bisa dipatahkan.

Penangguhan yang dilakukan oleh Italia akan berdampak pada dibatalkannya ekspor senjata sebanyak lebih dari 12.700 pucuk. Selain itu, penjualan yang diblokir adalah bagian dari total 20.000 rudal dengan nilai lebih dari 400 juta euro atau Rp6,7 triliun.

Langkah yang dilakukan oleh Italia itu telah dipuji oleh banyak pihak termasuk Italy’s Peace and Disarmament Network, sebuah kelompok perdamaian dan pelucutan senjata. Kelompok tersebut juga menilai bahwa penjualan senjata Italia memiliki kontribusi untuk memperburuk situasi kemanusiaan yang sudah serius di Yaman.

Baca Juga: Jokowi Ingin Wujudkan Industri Alutsista Serba Digital

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya