Iran Disebut Kirim Rudal Buat Rusia via Milisi Syiah di Irak

Rusia dikabarkan menerima rudal Bavar-373

Jakarta, IDN Times - Rusia diduga berhasil mendapatkan pasokan senjata dari milisi Irak, yang didukung oleh Iran, melalui jaringan perdagangan bawah tanah. Moskow saat ini kesulitan memperoleh senjata di pasar konvensional imbas sanksi dari negara-negara Barat, yang menentang keputusan Kremlin menginvasi Ukraina. 

Perang Rusia di Ukraina telah berlangsung selama lebih dari satu bulan. Pasukan Rusia yang disebut mulai kewalahan dikabarkan mulai kekurangan pasokan senjata, khususnya rudal.

Milisi Irak dikabarkan telah memasok beberapa senjata ke Rusia pada akhir Maret lalu. Kelompok itu dikabarkan memasok rudal antitank, peluncur roket, RPG dan rudal pertahanan Bavar-373, salah satu rudal buatan Iran yang disebut lebih unggul dari rudal S-400 buatan Rusia.

1. Kelompok milisi Irak anti-AS

Iran Disebut Kirim Rudal Buat Rusia via Milisi Syiah di Irakilustrasi pasukan Rusia (Twitter.com/Минобороны России)

Selain menjatuhkan sanksi kepada Rusia, Amerika Serikat (AS) dan sekutunya mewanti-wanti agar tidak ada satupun negara yang membantu operasi militer di bawah komando Presiden Vladimir Putin itu.

Alhasil, negara mitra Rusia pun harus berpikir dua kali untuk memberikan bantuan senjata, termasuk China. Tapi, Iran dikabarkan telah membantu senjata ke Rusia lewat milisi yang didukungnya di Irak.

Dikutip dari Times of Israel, beberapa jenis senjata yang telah dikirim menurut informasi intelijen adalah RPG, rudal anti-tank, sistem peluncur roket rancangan Brasil Astros II, serta sistem rudal Bavar 373.

Sosok milisi Irak yang didukung Iran adalah Hashd al-Shaabi (Popular Mobilization Forces, PMF). Mereka adalah milisi Syiah yang pernah bertempur melawan pasukan Irak dukungan AS.

Pada 1 April lalu, al-Shaabi juga diduga mengirim sistem peluncur roket Astross II.

Salah satu sumber dari Hashd al-Shaabi mengatakan, "kami tidak peduli ke mana senjata berat itu pergi, tapi apa pun yang anti-AS akan membuat kami bahagia."

Baca Juga: Joe Biden Sebut Rusia Lakukan Genosida di Ukraina

2. RPG, rudal antitank, dan peluncur roket dikirim ke Rusia

Sejauh ini belum ada komentar dari pemerintah AS tentang dugaan pengiriman senjata jaringan Iran ke Rusia. Sementara itu, Pentagon belum bisa memberikan tanggapan lebih sampai informasi tersebut itu diverifikasi. 

Meski begitu, beberapa informasi intelijen menyebutkan beberapa senjata telah sampai di Ukraina dan sudah digunakan pasukan Rusia untuk berperang.

Dilansir dari Al Arabiya, kelompok milisi Syiah Hashd al-Shaabi mengirim RPG dan rudal antitank ke Iran melalui penyeberangan perbatasan Salamja pada 26 Maret. Kemudian, dua peluncur roket Astros II rancangan Brasil dikirim pada 1 April. Rudal ini dibuat oleh Iran yang mendapatkan lisensi dengan sebutan Sajil-60.

3. Pengiriman pasokan senjata ke Rusia lewat Laut Kaspia

Iran Disebut Kirim Rudal Buat Rusia via Milisi Syiah di IrakIlustrasi kapal kargo. (Pexels.com/Tom Fisk)

Rusia diperkirakan mengerahkan sekitar 125 batalion pasukan untuk menyerang Ukraina. Itu sekitar 75 persen dari total pasukan yang dimiliki oleh Rusia. Tapi, 29 batalion dari jumlah itu diperkirakan telah hancur karena perlawanan pasukan Ukraina. 

Pakar urusan maritim yang berbasis di Istanbul, Yorus Isik, menyebut saat ini Rusia sangat membutuhkan rudal dalam menjalani perangnya di Ukraina.

Dikutip dari The Guardian, Isik mengatakan, "yang dibutuhkan Rusia di Ukraina saat ini adalah rudal. Ini membutuhkan keterampilan untuk diangkut karena (sifatnya yang) rapuh dan mudah meledak, tetapi jika Anda berkomitmen untuk melakukannya, itu jadi mungkin."

Dia juga menjelaskan, secara teknis pengiriman senjata itu dapat dilakukan. Menurutnya, aktivitas pengiriman dengan kontainer biasa dapat dilakukan dan tidak akan dicurigai, meski ditangkap oleh citra satelit.

Pengiriman senjata itu melintasi Laut Kaspia dari pelabuhan Bandar Anzali Iran ke Astrakhan, sebuah kota Rusia di delta Volga.

Mohaned Hage Ali, seorang rekan di organisasi pengamat keamanan Carnegie Middle East Center, mengatakan bahwa sistem peluncur roket yang dikirim bisa mengubah dinamika perang secara drastis.

"Persenjataan canggih semacam itu (sistem peluncur roket) akan membuat perbedaan besar di lapangan di Ukraina. Hashd al-Shaabi mengontrol sebagian besar wilayah perbatasan dengan Iran, yang akan membuat transaksi ini lebih mudah," kata Ali.

Dia juga memberikan penjelasan lebih lanjut tentang implikasi perang Ukraina di Suriah. Menurut analisisnnya, jika rezim Moskow tidak stabil, maka Damaskus yang bergantung dukungan udara Rusia akan goyah, sedangkan Iran juga diketahui telah membantu rezim Damaskus dalam mengirim ancaman ke Israel dari Suriah.

Baca Juga: Bertemu PM Modi, Biden Minta India Kurangi Impor Migas dari Rusia

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya