COVID-19: Italia Capai Kematian Tertinggi dalam 6 Bulan Terakhir 

Para dokter mendesak untuk memperketat aturan 

Roma, IDN Times – Gelombang kedua virus corona di Eropa, telah membuat negara Italia mencapai rekor baru kematian harian tertinggi selama enam bulan terakhir. Menurut Menteri Kesehatan Italia, 353 orang dilaporkan meninggal dalam waktu 24 jam pada Selasa (3/11). Angka tersebut adalah angka tertinggi sejak 6 Mei 2020 lalu.

Italia saat ini menderita dan mejadi negara paling parah ke empat terkena serangan virus corona di Eropa. Menurut data Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Eropa, ada 731.588 orang yang dikonfirmasi positif terinfeksi virus corona. Total kematian akibat virus tersebut adalah 39.059 orang.

Italia, meski infeksi virus corona menempati urutan ke empat di Eropa, akan tetapi kematian akibat virus tersebut lebih tinggi dari pada Prancis dan Spanyol yang berada di posisi pertama dan kedua. Jumlah kematian Italia berada di bawah Inggris dengan angka kematian yang mencapai 46.853 orang meninggal.

1. Dokter mendesak agar aturan diperketat

COVID-19: Italia Capai Kematian Tertinggi dalam 6 Bulan Terakhir Para dokter di Italia mendesak pemerintah untuk memperketat aturan agar lonjakan infeksi COVID-19 menurun. Ilustrasi (unsplash.com/SJ Obijo)

Penyebaran infeksi virus corona di Eropa telah mencapai titik yang sulit dikendalikan. Hal itu terbukti dari beberapa negara di wilayah benua biru yang tadinya telah bersiap menghadapi gelombang kedua, kini akhirnya memilih untuk melakukan penguncian nasional kedua, seperti Prancis dan Jerman.

Di Italia, para dokter justru yang mendesak pemerintah agar memperketat aturan namun sejauh ini belum ada respon nyata. DilansirThe Guardian, para dokter mengatakan kepada pemerintah agar bertindak lebih agresif dalam menahan sebaran infeksi virus corona yang meningkat (3/11). Lonjakan infeksi yang terus terjadi menciptakan kekhawatiran baru, akan terjadinya “tsunami” virus corona di rumah sakit. 

“Kekhawatiran kami adalah gelombang kedua ini tidak hanya akan menjadi badai, tetapi menjadi tsunami yang dapat membanjiri sistem kesehatan nasional” kata Filippo Anelli, presiden dokter Italia mengungkapkan kekhawatirannya. Karena itulah para dokter mendesak pemerintah untuk bertindak lebih agresif.

Akan tetapi pemerintahan Gueseppe Conte sedang melakukan langkah-langkah “penguncian ringan”. Hal itu dipilih untuk menghindari kelumpuhan negara. Wakil menteri kesehatan Sandra Zampa mengatakan akan merundingkan kesepakatan dengan presiden regional untuk melakukan penguncian total di wilayah yang terkena serangan paling buruk dan paling beresiko.

Baca Juga: Presiden Aljazair Abdelmadjid Positif COVID-19 

2. Ingin meniru strategi Jerman

COVID-19: Italia Capai Kematian Tertinggi dalam 6 Bulan Terakhir Perdana Menteri Gueseppe Conte. (Instagram.com/giuseppeconte_ufficiale)

Italia tak menginginan negaranya lumpuh. Italia lebih menginginkan sebuah kebijakan yang jauh lebih ringan dari pada pemberlakuan penguncian nasional yang kaku. Apa yang ingin diberlakukan oleh pemerintah Gueseppe Conte adalah sebuah pembatasan seperti yang dilakukan oleh negara tetangganya, Jerman.

“Ini tidak akan menjadi penguncian wilayah yang kaku, tetapi mirip dengan model Jerman yang ringan”, kata Zampa. Cara tersebut dipilih untuk menghindari penguncian nasional yang dapat melumpuhkan negara seperti penguncian sebelumnya pada musim semi.

Melansir dari kantor berita Reuters, perdana Menteri Gueseppe Conte pada 2 November 2020 berbicara di depan parlemen bahwa langkah-langkah lebih keras diperlukan untuk menanggapi virus corona gelombang kedua, termasuk membatasi perjalanan di wilayah yang terdampak paling parah (2/11). Namun, Conte menolak memberlakukan penguncian nasional.

Penguncian nasional tentu saja akan berdampak pada rusaknya perkembangan ekonomi. Selama pidatonya di parlemen, kebijakan jam malam yang akan dimulai pada jam 9 perlu untuk dibahas lebih lanjut. Conte sendiri sedang menghadapi tekanan dari semua sisi. Para dokter mendesak penguncian lebih ketat diberlakukan, para pemimpin regional berusaha melawan kebijakan tersebut, sedangkan para pebisnis menuntut kompensasi lebih karena usaha mereka yang tutup.

3. Pasien di perawatan intensif rumah sakit hampir mencapai batasnya

COVID-19: Italia Capai Kematian Tertinggi dalam 6 Bulan Terakhir Ilustrasi corona (IDN Times/Arief Rahmat)

Infeksi virus corona di Italia selama satu bulan terakhir, telah meningkat sebanyak 10 kali lipat. Pada hari Sabtu, 31 Oktober, infeksi baru hampir mencapai 30.000 kasus. Jumlah pasien di ruang perawatan intensif di rumah sakit-rumah sakit di Italia juga terus mengalami lonjakan.

Menurut kantor berita Reuters, jumlah pasien yang dirawat di ruang intesif rumah sakit telah mencapai 2.000 orang pada hari Senin, 2 November (2/11). Padahal kapasitas ruang intensif sekitar 2.500 menurut para dokter. Jumlah infeksi baru pada hari yang sama, turun dari sekitar 30.000 kasus menjadi 22.253 kasus.

Tempat kebugaran, bioskop, dan teater sudah ditutup di seluruh Italia. Bar dan restoran juga sudah diatur agar tutup pada jam 6 sore. Rumah tangga tidak diperkenankan menerima tamu lebih dari enam orang. Meski Conte mengatakan akan membuat batasan yang lebih ketat, akan tetapi belum dijelaskan secara detail kapan akan berlaku secara efektif.

Rencananya, angkutan umum akan diatur hanya boleh membawa penumpang sebanyak 50 persen dari sebelumnya 80 persen. Penutupan pusat perbelanjaan pada akhir pekan akan ditutup, dan pengetatan aturan di wilayah yang paling terdampak dan beresiko juga diberlakukan.

Baca Juga: [UPDATE] Penambahan Kasus Positif COVID-19 di Prancis Lampaui India 

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Ernia Karina

Berita Terkini Lainnya