Jair Bolsonaro Serang Sistem Pemilu Elektronik Brasil

Bolsonaro ingin sistem pemilu kembali ke kertas suara

Brasilia, IDN Times - Presiden Brasil Jair Bolsonaro menyerang sistem pemilu elektronik di negaranya. Ia mengklaim bahwa pemilu elektronik berpeluang besar terjadi penipuan. Klaim tersebut ia ajukan tanpa dasar.

Presiden Bolsonaro menginginkan pemilu kembali menggunakan kertas suara karena menurutnya itu bisa dihitung ulang dan bisa diaudit sehingga dapat meminimalisir kecurangan.

Sekelompok mantan hakim dan hakim aktif Mahkamah Agung kemudian membela sistem pemilu elektronik Brasil yang telah dilakukan sejak tahun 1996 tersebut. Menurut para hakim, Brasil telah menghapus sejarah kecurangan pemilu dengan menerapkan sistem pemilihan elektronik.

1. Serangan dan ancaman Presiden Jair Bolsonaro

Jair Bolsonaro Serang Sistem Pemilu Elektronik BrasilIlustrasi Pemilu (IDN Times/Arief Rahmat)

Presiden Brasil saat ini, Jair Bolsonaro, adalah salah satu politisi Brasil yang tidak terlalu sepakat dengan sistem pemilu elektronik. Meski begitu, Bolsonaro, sebenarnya telah terpilih untuk berbagai jabatan publik setidaknya enam kali dengan pemilu elektronik.

Sejak dua bulan terakhir, Presiden Bolsonaro menyerang sistem pemilu negaranya dan mengatakan bahwa sistem tersebut memiliki potensi kecurangan. Ia bahkan melontarkan gagasan ancaman akan membatalkan pemilu jika sistem pemilihan tidak diganti ke kertas suara.

Melansir laman Associated Press, "saya tidak keberatan menyerahkan pemerintah tahun depan, kepada siapa pun, tetapi dengan suara yang jujur, bukan dengan penipuan. Mereka bilang saya tidak punya bukti penipuan. Anda juga tidak punya bukti bahwa tidak ada penipuan!” kata Bolsonaro pada 1 Juli 2021.

Sejak memasuki tahun 2021, popularitas Presiden Bolsonaro terus mengalami penurunan tajam. Hal ini terkait dengan penanganan wabah virus corona yang dianggap buruk dan seputar dugaan skandal korupsi vaksin yang ada di pemerintahannya.

Kemungkinan besar, pemilu tahun 2022 mendatang Bolsonaro tidak akan bisa menang melawan penantangnya. Dia kemudian mengajukan sebuah Rancangan Undang-Undang (RUU) untuk menggunakan kertas suara guna menggantikan sistem pemilu elektronik yang telah berjalan sejak tahun 1996.

Bolsonaro bahkan mengancam, jika sistem pemilu elektronik tetap dilakukan pada 2022 harus dijalankan secara bersih tanpa penipuan dan jika tidak, dia akan membatalkan pemilu tersebut.

Menurut Robert Kaufman, seorang profesor ilmu politik di Universitas Rutgers, yang telah lama melakukan penelitian pada demokrasi dan kediktatoran di Amerika Latin, ia menjelaskan bahwa “strateginya (Bolsonaro) tampaknya adalah jika dia dapat mengaburkan hasil pemilu dengan mengklaim bahwa itu curang atau dicurangi, maka dia memiliki peluang yang lebih baik untuk membatalkan hasilnya.”

Laman France24 menyebut Jair Bolsonaro seperti Donald Trump, mantan Presiden AS yang menyerang sistem pemilu sebelum pemilihan dilakukan.

Oliver Stuaenkel dari Getulio Vargas Foundation, sebuah think tank Brasil mengatakan "komentar Bolsonaro pada pemilu adalah bagian dari strategi untuk mengikis kepercayaan pada sistem pemilu dan untuk memfasilitasi kemungkinan tantangan hasil jika dia tidak menang," jelasnya.

2. Ribuan pendukung Bolsonaro turun ke jalan

Baca Juga: Cegukan Lebih 10 Hari, Bolsonaro Masuk Rumah Sakit

Presiden Jair Bolsonaro telah menyerang sistem pemilu elektronik Brasil dan menyebutkan potensi kecurangan suara lebih dari 20 kali dalam dua bulan terakhir. Pada hari Minggu (1/7), ribuan pendukung setia Bolsonaro turun ke jalnanan di Sao Paolo dan Rio de Janeiro.

Melansir Deutsche Welle, sekitar 3.000 orang berbaris di pantai Copacabana untuk mendukung gagasan Presiden Bolsonaro. Banyak diantara mereka yang unjuk rasa tidak mengenakan masker.

Beberapa pengunjuk rasa yang ikut turun ke jalanan tersebut mengatakan bahwa pemungutan suara dengan kertas "dapat dihitung ulang secara terbuka agar ada transparansi yang lebih, karena ada kecurigaan penipuan."

Sedangkan peserta unjuk rasa lainnya mengatakan "memilih secara elektronik berpeluang terjadi penipuan" dan menggunakan "kertas suara tidak rumit, orang akan beradaptasi."

Bulan lalu, salah satu hakim Mahkamah Agung Brasil, yang juga presiden Pengadilan Tinggi Pemilu Brasil bernama Luis Roberto Barroso, bersikeras bahwa pemungutan suara elektronik aman. Ia menyebut penggunaan kertas suara dapat membuka proses manipulasi.

Namun Jair Bolsonaro, menurut France24, membalas argumen dan menyebut Roberto Barroso "bodoh."

3. Para hakim mengklaim pemilu elektronik bebas dari penipuan

Pada hari Senin, 2 Agustus 2021, sebanyak 18 hakim aktif dan mantan Hakim Agung Pemilu, berkumpul untuk memberikan pernyataan secara terbuka bahwa sistem pemilu elektronik bebas dari kecurangan.

Dalam penyataan bersama para hakim, melansir kantor berita Reuters, mereka menyatakan bahwa "sistem pemungutan suara elektronik tunduk pada audit sebelum, selama dan setelah pemilihan." Semua langkah tersebut dipantau oleh partai politik, jaksa, polisi federal, universitas dan Asosiasi Pengacara Brasil.

Para hakim memberikan serangan balik kepada gagasan Bolsonaro yang ingin mengembalikan sistem pemilu ke penggunaan kertas suara. Menurut para hakim, jika Brasil kembali ke penghitungan manual 150 juta surat suara yang dicetak, kemungkinan penipuan akan lebih tinggi.

Reporter Al Jazeera, Monica Yanakiew yang melaporkan dari Rio de Janeiro pada hari Minggu (1/8), mengatakan bahwa tidak pernah ada bukti untuk mendukung klaim potensi penipuan dari Jair Bolsonaro.

Ia mengatakan “apa yang mereka katakan adalah bahwa (Bolsonaro) mencoba membangun narasi seperti yang dilakukan Donald Trump di Amerika Serikat bahwa akan ada kecurangan dalam pemilihan presiden tahun depan, dan jika dia kalah, maka dia akan memiliki hak untuk tidak menerima hasilnya.”

Bolsonaro, seorang presiden dari kelompok sayap kanan, pernah secara terbuka mengagumi mantan Presiden AS, Donald Trump. Bolsonaro bahkan pernah dijuluki "Trump dari Tropis."

Salah satu pesaing Bolsonaro tahun depan kemungkinan adalah mantan Presiden Brasil, Luis Inacio Lula da Silva. Dia adalah wakil dari kelompok sayap kiri, yang dalam beberapa jajak pendapat, akan menang jika mencalonkan diri menjadi Presiden Brasil melawan Jair Bolsonaro. Sampai saat ini belum ada kabar apakah da Silva bersedia mencalonkan diri kembali sebagai presiden.

Baca Juga: Tuntut Bolsonaro Mundur, Ribuan Demonstran Turun ke Jalan

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya