Kanada: 182 Kuburan Tak Bertanda Ditemukan di Bekas Sekolah Asrama

Pembunuhan massal terhadap masyarakat adat atau pribumi 

Ottawa, IDN Times - Dalam satu bulan terakhir, Kanada diguncang dengan penemuan kuburan tak bernama di bekas sekolah asrama. Sekolah asrama tersebut digunakan oleh pemerintah Kanada untuk mendidik anak-anak suku Indian (first nations) dalam program asimilasi dari akhir tahun 1800-an hingga tahun 1970-an. Tiga perempat dari sekolah asrama itu dikelola oleh gereja Katolik.

Dalam penyelidikan terbaru, sebuah tim komunitas pribumi telah menemukan 182 kuburan tak bernama di Kanada barat, tepatnya di dekat Sekolah Misi St. Eugene dekat Cranbrook, British Columbia. Temuan terbaru ini membuat perasaan komunitas pribumi Kanada kian sedih dan menderita.

Komunitas pribumi Kanada telah berulangkali mendesak Paus Fransiskus sebagai pemimpin tertinggi gereja Katolik untuk meminta maaf secara resmi atas keterlibatan para imam dan biarawatinya. Namun hingga saat ini desakan permintaan maaf itu tak kunjung terpenuhi.

1. Kuburan tak bernama diduga berisi jenazah anak usia 7 hingga 15 tahun

Dengan menggunakan radar tembus tanah, para ahli yang melakukan penyelidikan untuk mencari tahu anak-anak korban sekolah asrama Kanada menemukan kuburan tak bertanda. Pada hari Rabu (30/6), Lower Kootenay Band, salah satu kelompok pribumi Kanada mengatakan menemukan 182 kuburan.

Melansir laman Al Jazeera, dalam penyelidikan terbaru itu, mereka menemukan apa yang diyakini sebagai sisa-sisa anak-anak pribumi antara usia tujuh hingga 15 tahun. Sisa jenazah anak-anak itu diyakini adalah anggota pribumi dari Ktunaxa Nation, Lower Kootenay, dan kelompok tetangga pribumi lainnya.

Jason Louie, ketua dari Lower Kootenay mengatakan setelah penemuan kuburan tak bertanda itu bahwa "Anda tidak akan pernah bisa sepenuhnya mempersiapkan diri untuk hal seperti ini."

Temuan ratusan kuburan tak bertanda itu telah mengantarkan anggota komunitas pribumi Kanada ke dalam rasa sakit dan penderitaan baru, karena mengetahui fakta yang menyedihkan tentang anak-anak mereka yang jadi korban sekolah asimilasi.

2. Pembunuhan massal terhadap masyarakat adat atau pribumi

Baca Juga: Gelombang Panas di AS dan Kanada, Ratusan Meninggal

Sekolah asrama Kanada yang didanai oleh pemerintah dalam program asimilasi anak-anak masyarakat adat atau pribumi terdiri dari ratusan sekolah. Lebih dari 150.000 anak-anak pribumi dipaksa untuk berada di sekolah asrama tersebut dan dipisahkan dari keluarga mereka.

Dalam proses program asimilasi di sekolah asrama, diketahui terjadi banyak kekerasan fisik terhadap anak-anak tersebut. Ada juga wabah influenza, gondok, campak, cacar air, dan TBC yang berulang. Dari ratusan sekolah asrama yang ada, pihak gereja Katolik disebut mengelola sekitar 139 sekolah asrama.

Penemuan kuburan tak bertanda yang mengejutkan di dekat sekolah asrama ini dimulai dari Kamloops Indian Residential School di BC. Ada 215 sisa jenazah yang terkubur menurut alat pemindai tembus tanah. Setelah itu, melansir Al Jazeera, sebanyak 751 kuburan tak bertanda ditemukan di Marieval Indian Residential School di Saskatchewan minggu lalu.

Kini ditemukan lagi 182 kuburan tak bertanda di Sekolah Misi St. Eugene dekat Cranbrook, British Columbia.

Melansir laman Associated Press, Jason Louie dari Lower Kootenay mengatakan "ini adalah pembunuhan massal terhadap masyarakat adat. Nazi dimintai pertanggung jawaban atas kejahatan perang mereka. Saya tidak melihat perbedaan dalam menemukan para imam dan biarawati serta saudara-saudara yang bertanggung jawab pembunuhan massal ini untuk dimintai pertanggungjawaban atas bagian mereka dalam upaya genosida terhadap masyarakat adat."

Pemerintah Kanada telah secara resmi mengakui bahwa terjadi kekerasan fisik dan seksual yang merajalela di sekolah-sekolah asrama, dengan siswa dipukuli karena berbicara bahasa ibu mereka. Perdana Menteri Justin Trudeau meminta bendera Kanada dikibarkan setengah tiang untuk berduka.

3. Rencana pergi ke Vatikan untuk mendesak Paus Fransiskus meminta maaf

Kanada: 182 Kuburan Tak Bertanda Ditemukan di Bekas Sekolah AsramaPerry Bellegarde (berkemeja biru), Ketua Nasional Majelis Pribumi Kanada. (Twitter.com/Perry Bellegarde)

Dengan penemuan ratusan kuburan tak bertanda di dekat sekolah asrama yang dikelola oleh gereja Katolik di Kanada, komunitas masyarakat adat atau pribumi telah berulangkali menginginkan permintaan maaf secara resmi dari pemimpin tertinggi gereja Katolik Roma. Namun hal itu sampai saat ini belum terpenuhi.

Pada hari Selasa (29/6), sekelompok pemimpin kelompok pribumi Kanada mengatakan akan mengunjungi Vatikan akhir tahun ini. Mereka berkeinginan untuk mendesak permintaan maaf kepausan atas peran Gereja Katolik Roma di sekolah-sekolah asrama.

Rencananya perjalanan itu akan dilangsungkan pada 17-20 Desember tahun ini untuk bertemu dengan Paus Fransiskus.

Meski begitu, melansir laman Associated Press, pemimpin salah satu kelompok pribumi Kanada mengatakan tidak ada jaminan bahwa delegasi Pribumi yang melakukan perjalanan ke Vatikan akan menyebabkan Paus Fransiskus meminta maaf.

Sejauh ini, Ketua Nasional Majelis Pribumi Perry Bellegarde mengatakan “gereja Anglikan telah meminta maaf. Gereja Presbiterian telah meminta maaf. United Church telah meminta maaf." Akan tetapi permintaan maaf dari kepausan tertinggi belum dilakukan.

Melansir laman berita Kanada, CBC News, Bob Chamberlin, mantan wakil presiden Union of BC Indian Chiefs mengatakan "ini adalah sesuatu yang berat di hati orang-orang First Nations dan tetap ada dalam pikiran kita saat kita menjalani hari-hari kita."

Akan dibutuhkan layanan kesehatan mental karena lebih banyak penemuan kuburan tak bertanda akan semakin membuat trauma para penyintas sekolah asrama.

Baca Juga: 2 Gereja di Area Suku Pribumi Kanada Dibakar

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya