Kapal Tenggelam, 43 Migran Tewas di Lepas Pantai Libya

Libya seringkali menjadi pintu gerbang para pencari suaka

Tripoli, IDN Times – Sebuah kapal yang berlayar dari kota Zawiya pada Selasa dni hari (19/1) dengan tujuan untuk mencari suaka di Eropa, tenggelam setelah beberapa jam berlayar. Zawiya terletak sekitar 47 kilometer arah barat ibukota Tripoli, Libya.

Negara Libya seringkali menjadi pintu gerbang para pencari suaka yang ingin mencapai pantai Eropa. Tempat tersebut menjadi favorit setelah Libya kolaps usai Moammar Khadafi digulingkan dan pemerintahan jadi kacau-balau.

Rute pelayaran laut Mediterania dari Libya, menjadi salah satu rute favorit para penyelundup manusia. Namun para penyelundup tersebut sering meluncurkan kapal perahu karet tipis atau kapal nelayan reot yang diisi dengan penuh sesak penumpang. Kecelakaan seringkali terjadi.

Peristiwa tenggelamnya kapal migran tersebut, adalah peristiwa tragis para pencari suaka pertama di tahun 2021 ini. Dalam beberapa tahun terakhir ini, ada puluhan ribu migran dari Libya yang ingin ke Eropa. Banyak di antaranya dicegat oleh pejaga pantai untuk dikembalikan lagi ke negara-negara asal mereka di Afrika.

1. Sebanyak 10 orang berhasil diselamatkan oleh tim penyelamat

Kapal Tenggelam, 43 Migran Tewas di Lepas Pantai LibyaIlustrasi tenggelam. (Unsplash/Nikko Macaspac)

Ada peningkatan kelompok para pencari suaka yang terjadi, khususnya di Italia. Pada tahun 2020 lalu, Italia yang menjadi salah satu tujuan para migran pencari suaka, melaporkan setidaknya 31.000 kedatangan terjadi di negaranya. Pada tahun 2019, ada sekitar 10.000 migran. Lonjakan terjadi tiga kali lipat hanya dalam waktu satu tahun.

Libya yang sering dijadikan sebagai negara transit para migran untuk mencari suaka di Eropa, seringkali melaporkan kapal tenggelam yang menyebabkan banyak korban jiwa. Ditambah konflik di Libya yang belum selesai, telah memaksa orang-orang tersebut semakin terdorong untuk melarikan diri lewat laut.

Melansir dari laman Al Jazeera, setidaknya ada 43 orang tewas dalam kecelakaan pelayaran para migran tersebut. Tim Penyelamat berhasil mengevakuasi dan menyelamatkan sepuluh orang. Mereka dibawa kembali ke pantai Libya. Cuaca yang buruk di Laut Mediterania menjadi alasan kapal tersebut karam.

Oleh UNHCR, lembaga PBB yang mengurusi migrasi, rute pelayaran Mediterania sangat berbahaya. UNHCR memperkirakan, dari enam orang yang meninggalkan Afrika Utara lewat rute tersebut, satu di antaranya meninggal.

2. Semua korban tewas adalah pria

Kapal Tenggelam, 43 Migran Tewas di Lepas Pantai LibyaIlustrasi ilegal migran para pencari suaka. (Instagram.com/we_are_not_numbers)

Krisis di negara-negara Afrika, khususnya Afrika barat seperti Pantai Gading, Ghana, atau Gambia telah membuat banyak penduduknya menderita kelaparan. Negara salah urus membuat rakyat menderita. Akhirya mereka memutuskan untuk mencari suaka ke Eropa, dengan mimpi mendapatkan kehidupan yang lebih baik.

Mereka datang ke Libya yang biasanya menjadi pos favorit transit untuk kemudian menyeberangi Mediterania menuju Eropa. Namun di Libya, di pusat-pusat penahanan para migran, seringkali pelecehan terjadi. Selain itu, pusat penahanan tersebut juga jorok dan kadang jauh dari layak tinggal.

Melansir dari laman Associated Press, para migran yang baru saja kapalnya tenggelam di lepas pantai Libya, semua yang tewas adalah pria. Informasi itu didapat dari 10 korban yang selamat, yang masih mampu bertahan dengan berpegangan pada bangkai kapal yang mengapung.

PBB telah menyerukan rencana baru pendekatan yang mendesak dan terukur di Mediterania terhadap arus migran. “Banyak yang jadi korban dan dieksploitasi oleh pedagang dan penyelundup, ditahan untuk tebusan, disiksa dan dianiaya,” kata PBB dalam sebuah pernyataan.

International Organization for Migration (IOM) melaporkan bahwa pada tahun 2021 ini, sudah ada 78 orang yang menjadi korban. Sebagian besar di antaranya tewas di Mediterania. Jalur Mediterania terbagi menjadi tiga, yakni barat, tengah dan timur. Dari tiga jalur tersebut, pada tahun 2020, ada 1.366 migran yang meninggal.

Baca Juga: Italia Ikut Bebaskan Dua Nelayan WNI yang Ditangkap di Libya 

3. Upaya membendung penyeberangan ilegal

Kapal Tenggelam, 43 Migran Tewas di Lepas Pantai LibyaUni Eropa gelontorkan jutaan euro untuk menahan arus penyeberangan migran ilegal. Ilustrasi (instagram.com/graffikgallery)

Eropa yang telah menjadi salah satu tujuan favorit para migran untuk mencari suaka, lembaga organisasi Uni Eropa (UE) yang menaungi negara-negara tersebut, telah berinisiatif untuk membendung arus para migran. Salah satu upaya yang dilakukan oleh UE adalah dengan memberikan bantuan jutaan euro kepada Libya.

UE telah menyalurkan bantuan sebesar 327 juta euro atau sekitar 5,5 triliun rupiah kepada Libya lewat lembaga-lembaga PBB. UE juga dilaporkan telah menggelontorkan dana sebesar 90 juta euro atau sekitar 1,5 tirilun rupiah kepada Libya untuk melatih para penjaga pantai negara tersebut agar menghentikan arus penyeberangan.

Namun, sebuah penyelidikan yang dilakukan oleh Associated Press pada akhir tahun 2019, bantuan UE lewat PBB atau langsung ke Libya, justru telah memicu jaringan bisnis yang berkembang pesat ke jaringan milisi, pedagang manusia dan para penjaga pantai yang mengeksploitasi para migran.

Para milisi telah melakukan serangkaian kejahatan seperti menyiksa dan memeras para migran dan meminta tebusan ke PBB. Banyak migran juga menghilang dari pusat penahanan para pencari suaka. Mereka dijual oleh para pedagang manusia.

Milisi juga bekerja sama dengan beberapa unit penjaga pantai yang mendapat pelatihan dari UE, untuk menjauhkan migran dari pantai, dan mengembalikan beberapa migran ke pusat penahanan yang telah disepakati dengan kelompok milisi.

Para kelompok milisi yang terlibat dalam bisnis tersebut juga mendapatkan jutaan euro untuk memberi makan dan membantu para migran dalam kontrak dengan PBB, di mana perusahaan-perusahaan pemenang kontrak dipimpin oleh anggota milisi.

Baca Juga: Turki Kecam Kapal Jerman yang Inspeksi Kapal Turki di Pesisir Libya

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya