Kepala UE Minta AS Ekspor Vaksin COVID-19

Prancis dan Jerman juga mendesak AS untuk ekspor vaksin

Lisbon, IDN Times - Wabah global virus corona telah menjadi musuh bersama. WHO memperingatkan jika sebuah negara dapat mempercepat kampanye vaksinasi kepada rakyatnya dan negara lain masih kesulitan untuk mendapatkan vaksin, maka ancaman virus corona masih bisa saja terjadi.

Karena itu, keberadaan vaksin yang cukup banyak sangat dibutuhkan saat ini. Uni Eropa meminta kepada Amerika Serikat dan negara lainnya untuk mengekspor vaksin COVID0-19 untuk membantu mempercepat vaksinasi global. Namun perdebatan terjadi pada persoalan hak paten vaksin virus corona.

1. Ekspor dan berbagi vaksin akan menyelesaikan wabah dengan cepat

Kepala UE Minta AS Ekspor Vaksin COVID-19Ursula von der Leyen, Presiden Uni Eropa (Twitter.com/Ursula von der Leyen)

Kepala komisi Uni Eripa Ursula von der Leyen melakukan konferensi pers pada hari Jumat (7/5). Dalam kesempatan tersebut, dia mendorong negara-negara produsen vaksin virus corona untuk mengekspor pasokan vaksin guna membantu mempercepat memerangi pandemik virus corona.

Melansir dari kantor berita Reuters, von der Leyen menilai bahwa dengan menghilangkan hambatan ekspor dan berbagi vaksin yang sudah dipesan dapat segera membantu memerangi pandemik dengan cepat.

Ursula von der Leyen juga meminta kepada Amerika Serikat untuk mengekspor vaksin yang mereka produksi. Selama ini vaksin yang dibuat oleh AS masih terkesan hanya digunakan untuk negara tersebut. 

Beberapa waktu lalu, AS telah menjanjikan akan mengekspor sekitar 60 juta dosis vaksin AstraZeneca tapi masih terbatas kepada negara tetangga yakni Kanada dan Meksiko.

Menurut Ursula, strategi jangka pendek dan menengah dalam memerangi pandemik adalah "Pertama-tama berbagi vaksin. Kedua ekspor vaksin yang sedang diproduksi. Dan ketiga, investasi peningkatan kapasitas produksi vaksin."

2. Prancis dan Jerman meminta AS untuk menghentikan larangan ekspor vaksin dan bahan-bahan vaksin

Kepala UE Minta AS Ekspor Vaksin COVID-19Presiden Prancis Emmanuel Macron (twitter.com/Diplomatic Agent)

Selama ini sudah ada sekitar 1,25 miliar dosis vaksin telah diberikan ke seluruh dunia. Namun angka tersebut masih jauh dari cukup. Sebanyak 29 negara termiskin di dunia baru mendapatkan vaksin virus corona kurang dari 1 persen dari jumlah tersebut.

Sementara negara produsen vaksin seperti Inggris telah memberikan vaksin terhadap 67 persen populasinya dan Amerika Serikat telah memberi 56 persen dosis vaksin kepada masyarakatnya.

Melansir dari laman BBC, Presiden Prancis Emmanuel Macron meminta kepada Amerika Serikat secara khusus untuk menghentingan kebijakan larangan ekspor vaksin dan bahan-bahan pembuat vaksin.

Macron berpendapat "100 persen vaksin yang diproduksi di Amerika Serikat ditujukan untuk pasar Amerika. Inggris juga membatasi ekspor vaksin produksi mereka."

Kanselir Jerman Angela Merkel juga mendesak Amerika Serikat untuk mengekspor vaksin produksinya. Melansir dari France24, Merkel mengatakan "sekarang setelah sebagian besar populasi Amerika telah divaksinasi, saya berharap kita dapat melakukan pertukaran komponen secara gratis dan membuka pasar vaksin."

Baca Juga: Vaksin Moderna Jadi Vaksin Kedua yang Disetujui FDA

3. Perdebatan hak paten vaksin virus corona

Desakan UE dan negara-negara anggotanya kepada Amerika Serikat agar mengekspor vaksin dan bahan-bahan vaksin itu terjadi dalam pertemuan puncak KTT pemimpin Eropa, di Portugis pada hari Jumat (7/5).

Dalam pertemuan itu, Amerika Serikat sebelumnya mengajukan proposal agar perusahaan farmasi mengabaikan paten vaksin virus corona agar produksi vaksin meningkat dan dapat memerangi pandemik lebih cepat.

Namun beberapa negara Eropa seperti Jerman, Swiss dan Inggris menolak usulan pengabaian hak paten itu. Perdebatan pun terjadi dan pihak Eropa berpendapat bahwa pengabaian paten bukanlah solusi darurat untuk memerangi pandemik.

Melansir dari laman Deutsche Welle, Emmanuel Macron menegaskan bahwa "tidak tepat bila mengatakan bahwa (pengabaian paten) adalah keadaan darurat. Daruratnya adalah untuk menghasilkan lebih banyak (vaksin) dan meningkatkan solidaritas."

Selain itu, hak paten adalah salah satu yang mendorong investasi pada sebuah perusahaan. Hak paten memberi perusahaan monopoli jangka pendek atas produksi untuk menutupi biaya pengembangan dan mendorong investasi.

Jika hak paten dilepaskan, perusahaan farmasi lain yang ingin memproduksi vaksin masih harus membutuhkan berbagai perizinan yang membutuhkan validasi produksi selama berbulan-bulan. Karena itu, saat ini yang mendesak adalah peningkatkan kapasitas produksi vaksin.

Eropa sejauh ini adalah blok yang paling banyak mengekspor vaksin. Pemimpin UE Ursula van der Leyen mengatakan Eropa "telah mengekspor hampir setengah dari sekitar 400 juta dosis yang telah diproduksi ke sekitar 90 negara di seluruh dunia."

Di sisi lain, WHO ikut mendukung gagasan Amerika Serikat. Bahkan Paus Fransiskus mengatakan pada hari Sabtu (9/5) bahwa dunia telah terinfeksi "virus individualisme", menempatkan "hukum kekayaan intelektual" di atas cinta dan kesehatan umat manusia."

Proposal pengabaian hak paten itu pertama kali diajukan oleh Afrika Selatan dan India pada Oktober tahun lalu. Mereka mencari negara-negara untuk bergabung dengan usulan tersebut.

Baca Juga: Kekurangan Vaksin, UE Desak AstraZeneca Distribusi Vaksin

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya