Kisah dari Afghanistan: Jual Anak agar Keluarga Bisa Makan

Jalur putus asa untuk memberi makan keluarga

Jakarta, IDN Times - Sejak Taliban mengambil alih Afghanistan pada Agustus 2021, kehidupan masyarakat negara itu anjlok. Sebagian besar masayarakat jatuh miskin. Menjual anak yang masih sangat muda dalam ikatan pernikahan, jamak dilakukan agar sebuah keluarga tetap bisa makan.

Sebelum dikuasai Taliban, Afghanistan banyak mendapat bantuan pendanaan dari luar negeri. Tapi usai kelompok itu berkuasa, semua bantuan berhenti mengalir. Ekonomi limbung dan rakyat terancam kelaparan.

Meski sudah ada larangan pernikahan paksa yang diumumkan oleh Taliban, tapi masih banyak warga Afghanistan yang melakukan praktik menjual anak dalam ikatan pernikahan. Langkah yang dilakukan itu menunjukkan kehidupan warga negara yang sudah putus asa.

Berikut ini kisah tragis yang dilakukan oleh keluarga Afghanistan, dengan berbagai pilihan sulit untuk menghidupi keluarga yang sangat membutuhkan makanan.

1. Menjodohkan gadis yang sangat muda untuk mendapatkan uang

Kisah dari Afghanistan: Jual Anak agar Keluarga Bisa MakanIlustrasi (Twitter.com/OCHA Afghanistan)

Di beberapa wilayah Afghanistan, mengatur pernikahan gadis yang sangat muda adalah hal yang biasa. Ini terutama di wilayah barat yang bernama Herat. Sebuah keluarga yang miskin bersedia menjual anak mereka agar anggota keluarga lain tetap bisa makan.

Dikutip dari Associated Press, Asuntha Charles, direktur organisasi bantuan World Vision di Afghanistan mengatakan "hari demi hari situasinya memburuk di negara ini, terutama anak-anak menderita. Hari ini saya sangat sedih melihat keluarga bersedia menjual anak-anak mereka untuk memberi makan anggota keluarga lainnya,"

Praktik menjodohkan anak gadis yang masih sangat muda, biasanya berumur 10 tahun atau bahkan kurang. Keluarga mempelai pria akan membayar uang untuk mengunci kesepakatan. Gadis yang dijodohkan tersebut dapat tinggal bersama orang tua sampai sekitar 15 tahun.

Beberapa keluarga bahkan mengizinkan calon mempelai pria untuk mengambil gadis yang sangat muda itu, karena banyak yang sudah tidak mampu membeli bahan makanan pokok untuk memenuhi kebutuhan perut.

2. Mengorbankan satu untuk menghidupi yang lain

Kisah dari Afghanistan: Jual Anak agar Keluarga Bisa MakanWarga Afghanistan antre untuk mendapatkan bantuan. (Twitter.com/UNHCR Afghanistan)

Keruntuhan ekonomi Afghanistan setelah Taliban berkuasa telah berdampak pada kehidupan masyarakat. 55 persen rakyat Afghanistan saat ini terancam hidup miskin dan kelaparan.

Perang, kekeringan dan wabah virus corona telah jadi kombinasi dahsyat untuk merontokkan kehidupan masyarakat, yang selama puluhan tahun telah terlibat pertempuran itu.

Banyak keluarga yang sudah miskin, membuat pilihan putus asa dengan menjodohkan anak gadisnya yang masih sangat muda.

Dalam salah satu kisah, seorang gadis bernama Benazir berusia 8 tahun sudah dijodohkan oleh keluarganya. Benazir bahkan belum paham betul apa itu perjodohan dan pernikahan. Keluarganya mendapatkan uang sekitar 2.000 dolar atau Rp28,4 juta.

Dilansir NBC News, ayah Benazir, Murad Khan, adalah seorang buruh harian yang sudah tidak bekerja selama berbulan-bulan. Padahal dia harus menghidupi istri dan delapan anaknya.

"Kami adalah 10 orang dalam keluarga. Saya mencoba untuk menjaga 10 orang tetap hidup dengan mengorbankan satu," kata Murad Khan. Lelaki itu adalah warga Shaidai, sebuah komunitas di tepi pegunungan Herat, Afghanistan.

Baca Juga: Protes Warga Afghanistan pada Dunia: Biarkan Kami Makan!

3. Jumlah keluarga yang menjual anak-anaknya semakin meningkat

Kisah dari Afghanistan: Jual Anak agar Keluarga Bisa MakanAnak-anak Afghanistan (Twitter.com/OCHA Afghanistan)

Dalam perkiraan PBB, hampir 23 juta warga Afghanistan menghadapi tingkat kelaparan eksrem. Sekitar sembilan juta di antaranya berisiko kelaparan saat musim dingin berlangsung.

Kombinasi bencana kekeringan, pembekuan bantuan asing dan eprang telah mendorong warga Afghanistan yang sudah miskin ke tepi jurang tanpa harapan. Menjanjikan anak gadis lebih awal untuk menikah dengan imbalan uang, dipandang sebagai penyelamat bagi keluarga.

Di provinsi Badghis, seorang gadis bernama Parwana dinikahkan oleh orang tuanya kepada lelaki berusia 55 tahun. Parwana masih berusia 9 tahun. Kakak Parwana yang berusia 12 tahun telah dinikahkan beberapa bulan yang lalu, kutip CNN.

Keluarga Parwana selama empat tahun hidup dalam pengungsian. Bantuan asing saat itu masih lancar. Tapi ketika Taliban berkuasa dan bantuan asing berhenti, orang tua Parwana segera limbung. Mereka tak memiliki sumber daya untuk memberi makan keluarga.

Mohammad Naiem Nazem, aktivis hak asasi manusia di Badghis menjelaskan "hari demi hari, jumlah keluarga yang menjual anak-anak mereka semakin meningkat. Kurangnya makanan, kurangnya pekerjaan, keluarga merasa mereka harus melakukan ini."

4. Penolakan yang sulit

Tidak semua keluarga miskin Afghanistan sepakat menjual anaknya untuk memberi makan anggota keluarga yang lain. Salah satunya adalah Aziz Gul, penduduk Herat. Suaminya telah menjual Gul Qandi, putrinya yang masih berusia 10 tahun untuk menikah dengan seorang pria berusia sekitar 21 tahun.

Keputusan itu dilakukan atas dasar alasan yang sama: uang panjar ikatan pernikahan untuk memberi makan anggota keluarga lain. Tapi Aziz Gul menentang keputusan suaminya. Baginya, lebih baik mati dari pada menjual anak gadis sangat muda dalam ikatan pernikahan.

Dilansir Associated Press, Aziz Gul pada akhirnya memilih berjuang. Dia mengumpulkan semua saudara laki-lakinya dan tetua desa untuk membantu perceraian putrinya. Uang perceraian itu sekitar seribu dolar atau Rp14 juta.

Suami Gul kemudian melarikan diri karena takut istrinya akan mengadukan ke pihak berwenang. Taliban baru-baru ini telah mengumumkan pelarangan pernikahan paksa.

Aziz Gul mengatakan "aku sangat putus asa. Jika aku tidak dapat menyediakan uang untuk membayar orang-orang ini (keluarga mempelai pria) dan tidak dapat menjaga putriku di sisiku, aku telah mengatakan bahwa akan bunuh diri."

"Tapi kemudian aku berpikir tentang anak-anakku yang lain. Apa yang akan terjadi pada mereka? Siapa yang akan memberi mereka makan?," jelas Aziz Gul.

5. Dalam beberapa bulan mendatang, jutaan anak Afghanistan terancam kekurangan gizi akut

Kisah dari Afghanistan: Jual Anak agar Keluarga Bisa MakanAnak-anak Afghanistan (Twitter.com/UNICEF Afghanistan)

Cerita seperti Parwana, Gul Qandi atau Benazir telah semakin meningkat sejak Afghanistan diambil alih oleh Taliban. Meski Taliban telah mengumumkan bawah pernikahan anak di bawah 15 tahun itu ilegal di seluruh negeri, tapi praktik itu telah umum dilakukan selama bertahun-tahun, khususnya di perdesaan.

Dilansir CNN, PBB memperkitakan lebih dari 3 juta anak Afghanistan di bawah usia 5 tahun menghadapi kekurangan gizi akut dalam beberapa bulan mendatang. Harga pangan saat ini melonjak dan pihak perbankan kehabisan uang serta para pegawai selama berbulan-bulan tidak dibayar.

Lebih dari 600 ribu penduduk Afghanistan tahun ini telah mengungsi karena pertempuran. Banyak yang tinggal di tenda atau gubuk pengungsian. Terputusnya bantuan dari luar, membuat mereka yang mengungsi semakin menderita.

Pejabat Taliban yang saat ini berkuasa, menurut Al Jazeera, telah menyadari masalah yang dihadapi warganya. Mereka mengatakan sebagian masalah itu dampak dari konflik lebih dari 40 tahun serta menuduh salah urus pemerintahan sebelumnya.

Taliban telah berulang kali meminta Washington untuk mencairkan aset dana bank sentral yang dibekukan sekitar 9 miliar dolar atau sekitar Rp128 triliun di New York. "Kami bermaksud untuk meringankan masalah ini. Kami tahu apa yang dihadapi orang-orang," kata juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid.

Baca Juga: Protes Warga Afghanistan pada Dunia: Biarkan Kami Makan!

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya