Koalisinya KO di Parlemen, Macron Reshuffle Kabinet
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Presiden Prancis Emmanuel Macron pada Senin (4/7/2022) melakukan perombakan kabinet setelah koalisi partainya kalah dalam pemilihan parlemen.
Partai koalisi Ensemble milik Macron gagal meraih mayoritas suara di parlemen, yang dapat berujung pada gagalnya Undang-Undang (UU) yang akan dibuat.
Emmanuel Macron memang memenangkan pemilihan presiden dengan mengalahkan Marine Le Pen. Tapi dengan kehilangan suara mayoritas parlemen, nasib dinamika politik Prancis menjadi kacau.
Baca Juga: [UPDATE] Waspada! Kasus Harian di Prancis Melonjak Lebih dari 100 Ribu
1. Menteri yang terkena skandal pemerkosaan dibuang
Kehilangan mayoritas parlemen meski memenangkan pemilihan presiden, tidak dapat membuat jabatan Emmanuel Macron aman. Macron dipaksa untuk menjalin koalisi dengan partai lain untuk bisa mendominasi parlemen.
Namun sejauh ini, partai-partai oposisi mengatakan tidak akan melakukan kesepakatan koalisi apa pun secara formal dengan koalisi milik Macron.
Pada Senin, Macron melakukan manuver dengan merombak kabinetnya. Mantan Menteri Kesehatan Olivier Veran, dikutip dari The Guardian, kembali ke lingkaran kabinet untuk menjadi juru bicara pemerintah. Ketika Veran menjabat, saat itu gelombang COVID-19 sedang membadai dan menggila di Prancis.
Damien Abad yang ditunjuk sebagai Menteri Solidaritas untuk merawat orang-orang disabilitas, dibuang oleh Macron. Abad baru-baru ini terseret skandal kasus tuduhan pemerkosaan dan sedang dibawah penyelidikan. Abad membantah tuduhan tersebut.
Baca Juga: Presiden Emmanuel Macron Tolak Penguduran diri PM Elisabeth Borne
2. Perubahan penting dalam kabinet Macron
Perombakan penting lain yang dilakukan Presiden Macron adalah diangkatnya Christophe Bechu, walikota kota Angers Loire. Dia diangkat menjadi Menteri Lingkungan untuk menggantikan Amelie de Montchalin yang mengundurkan diri karena kalah dalam perebutan kursi di parlemen, kutip Al Jazeera.
Laurence Boone, kepala Organisasi untuk Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD), diangkat menjadi Menteri Eropa. Dia menggantikan Clement Beaune yang memainkan peran kunci dalam negosiasi dengan Inggris mengenai Brexit.
Peran kunci seperti jabatan Perdana Menteri dan Menteri Keuangan sejauh ini tetap tidak berubah.
Baca Juga: Ini Isi Pembicaraan Vladimir Putin dengan Scholz dan Macron
3. Macron telah menawari partai lain untuk bergabung koalisi tapi mendapat penolakan
Parlemen Prancis, Majelis Nasional, terdiri dari 577 anggota. Partai koalisi Emmanuel Macron hanya mampu meraih 245 kursi, kurang 44 kursi untuk bisa mendapatkan mayoritas.
Meski tetap menjadi partai kemenangan terbesar, tapi koalisi tersebut mengalami kemunduran drastis. Ini baru pertama kali sejak 1997, partai petahana tidak memiliki mayoritas absolut di parlemen Prancis.
Menurut France24, Presiden Macron telah berusaha merangkul partai lain untuk masuk dalam koalisi pemerintahan, tapi mendapatkan penolakan. Macron tidak merinci partai mana yang menolak tawarannya.
Kepada formasi kabinet yang baru, Macron mendesak para menterinya untuk bertahan, bersikap ambisius dan menunjukkan kesediaan kompromi sebab negara membutuhkan reformasi.
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.