Kondisi Terkini di Ukraina: Rusia Rebut Mariupol, Milisi Kiev Nyerah

Jalur diplomasi Rusia-Ukraina mulai stagnan

Jakarta, IDN Times - Ratusan pejuang dari resimen Azov dan pasukan Ukraina yang bertahan di kompleks industri Azovstal dikabarkan telah menyerah. Rusia mulai menghentikan pengepungan dan serangan di kompleks tersebut.

Kompleks industri Azovstal adalah benteng terakhir Ukraina mempertahankan kota Mariupol. Kota tersebut telah dikepung Rusia sejak awal invasi dan sebagian besar bangunan telah rusak atau hancur.

Dengan jatuhnya Azovstal, kemungkinan besar Rusia dapat menguasai Mariupol dan memiliki koridor darat untuk pasukan yang menghubungkan Donbass ke Krimea.

Di beberapa arena pertempuran lain, Rusia terus melakukan serangan tapi hanya mendapatkan sedikit kemajuan seperti di Izyum. Ukraina juga disebut meluncurkan serangan lintas batas ke Kursk, tapi tidak ada laporan korban jiwa.

1. Kontradiksi Rusia-Ukraina dalam peristiwa jatuhnya Azovstal

https://www.youtube.com/embed/_3jtLRcp6EI

Rusia telah merebut sebagian besar kota Mariupol sejak 21 April lalu. Tapi, penaklukkan itu terganjal tentara Ukraina yang bertahan di benteng terakhirnya di kompleks industri metalurgi Azovstal.

Rusia melancarkan pengepungan, bombardir, dan ultimatum agar pasukan Ukraina menyerah. Tapi selama beberapa minggu, pasukan Kiev mengabaikan ultimatum tersebut.

Setelah serangkaian upaya evakuasi penduduk sipil dari Azovstal dan Rusia melanjutkan serangan, pada Senin (16/5/22), ratusan pejuang Ukraina keluar dari kompleks persembunyiannya. Beberapa dari mereka terluka parah.

Dilansir Associated Press, Rusia menyebut bahwa pasukan Ukraina menyerah sedangkan Ukraina menghindari istilah tersebut. Kiev menganggap bahwa misi pasukannya telah selesai dan mereka akan mendapatkan perintah baru.

"Untuk menyelamatkan hidup mereka. Ukraina membutuhkan mereka. Ini adalah hal utama," kata Menteri Pertahanan Ukraina, Oleksiy Reznikov.

Belum diketahui berapa jumlah pasti pejuang Ukraina di Azovstal. Tapi Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan, perwira militer dan intelijen negara masih bekerja untuk mengeluarkan pasukan yang tersisa dari pabrik baja yang luas itu. 

Baca Juga: Uni Eropa Akan Sita Aset Rusia dan Dijual untuk Pembangunan Ukraina

2. Ukraina berharap tentaranya bisa diselamatkan dengan pertukaran tawanan perang

Tidak ada jumlah rinci dan pasti berapa banyak pasukan Ukraina yang bertahan di kompleks Azovstal. Tapi dengan lebih dari 260 orang yang keluar pada Senin, mereka dibawa dengan tujuh bus dan tiba di bekas koloni penjara di kota Olenivka, sekitar 88 kilometer utara Mariupol.

Wakil Menteri Pertahanan Ukraina, Hanna Malyar, mengharapkan bahwa pejuangnya yang keluar dari Azovstal itu bisa diselamatkan dengan cara pertukaran tawanan, kutip RFE/RL.

Dalam sebuah pidato larut malam pada 16 Mei, Presiden Zelenskyy mengatakan, "Ukraina membutuhkan pahlawannya hidup-hidup."

Tapi, parlemen Rusia, Duma, menilai para pejuang Ukraina di Azovstal adalah penjahat dan mendesak Kremlin agar mereka dihukum, bukan ditukar dengan tawanan perang Rusia.

Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, mengatakan pejuang Ukraina yang menyerah akan diperlakukan sesuai dengan standar internasional.

3. Rusia serang Chernihiv, Ukraina serang Kursk

Kondisi Terkini di Ukraina: Rusia Rebut Mariupol, Milisi Kiev Nyerahilustrasi kendaraan peluncur rudal Rusia (Facebook.com/Минобороны России)

Di tengah kemelut kabar pasukan Ukraina di Azovstal yang menyerah, pertempuran terus berkecamuk di beberapa lokasi. Di Chernihiv, Rusia disebut melancarkan serangan rudal ke sebuah desa bernama Desna.

"Pagi-pagi sekali, musuh meluncurkan serangan rudal ke desa Desna. Tim penyelamat dan lembaga penegak hukum sedang bekerja di sana. Sebelumnya, kami memiliki banyak orang tewas dan terluka" kata Viacheslav Chaus, Kepala Administrasi Militer Oblast Chernihiv dikutip Ukrayinska Pravda.

The Guardian menyebutkan korban tewas akibat serangan rudal Rusia itu adalah delapan orang dan 12 lainnya terluka.

Sedangkan di Kursk, wilayah Rusia, pejabat setempat mengabarkan Ukraina telah melakukan serangan ke desa Alekseyevka.

"Kerusakan terjadi pada tiga rumah milik pribadi dan sebuah mobil yang diparkir di dekat mereka, serta sebuah gedung sekolah di dekatnya," kata Gubernur Wilayah Kursk Roman Starovoit, dilansir Tass

Baca Juga: Dituduh Neo-Nazi, Milisi Ukraina di Azovstal Tak Akan Dilepas Rusia

4. Serangan Rusia tidak mendapat kemajuan signifikan di Donbass

Di Kharkiv Selatan, Luhansk, dan Donetsk, pasukan Rusia terus berupaya menguasai beberapa wilayah dan meningkatkan posisi taktis mereka khususnya di selatan kota Izyum.

Tapi, Staf Umum Ukraina mengatakan, Rusia tidak berhasil meningkatkan posisi. Moskow disebut berhasil menguasai distrik Lyman tapi dengan teritorial yang terbatas.

Menurut Institute for The Study of War, pasukan Rusia saat ini mungkin berusaha keras memenangkan Pertempuran Severodonetsk untuk mencegah kritik dari domestik.

Wakil Duma Negara Rusia (parlemen), Viktor Sobolev, mengungkapkan keterkejutannya atas kurangnya kemenangan signifikan di Donbass dibandingkan dengan sejumlah operasi yang berhasil pada tahun 2014.

Di sebelah barat Donetsk, Rusia disebut melakukan serangkaian serangan darat, tapi Ukraina mengklaim serangan itu gagal. Rusia tidak berhasil merebut jalan raya ke kota Slovyansk dan juga tidak mendapatkan keuntungan teritorial di timur Avdiivka.

5. Rusia tuduh Ukraina keluar dari pembicaraan damai

Kondisi Terkini di Ukraina: Rusia Rebut Mariupol, Milisi Kiev NyerahMenlu Rusia, Lavrov, mengatakan Azerbaijan dan Armenia sepakat gencatan senjata demi alasan kemanusiaan. (Twitter.com/Reuters)

Di luar pertempuran utama, jalur diplomasi terus diupayakan dalam pembicaraan damai untuk menghentikan peperangan di Ukraina. Tapi Kremlin menilai bahwa Kiev telah meninggalkan pembicaraan damai tersebut.

"Pembicaraan tidak berlanjut. Ukraina sebenarnya telah keluar dari proses negosiasi," kata Wakil Menteri Luar Negeri Rusia, Andrey Rudenko.

Rusia menuduh Ukraina dengan dukungan Barat mengeraskan pendiriannya. Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov, mengatakan Washington, London, dan Brussel ingin menggunakan Ukraina demi keuntungan strategis mereka, kutip Reuters.

Tapi, Ukraina menganggap pembicaraan damai ditunda karena Moskow tidak mau menerima tawaran Kiev. Penasihat kepresidenan Ukraina Mykhailo Podolyak mengatakan, "Rusia tidak menunjukkan pemahaman kunci dari proses hari ini di dunia, dan perannya sangat negatif."

Baca Juga: Rusia-Ukraina Tak Kunjung Damai, PM Estonia: Putin Jangan Ditemenin!

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya