Korea Utara Kembali Luncurkan Rudal ke Laut, Berkekuatan Nuklir!

Uji peluncuran rudal ketiga dalam satu bulan

Jakarta, IDN Times - Korea Utara (Korut) mengklaim bahwa mereka berhasil menguji rudal hipersonik baru yang disebut Hwasong-8 pada Selasa (28/9/2021).

Media pemerintah KCNA, melaporkan rudal baru itu adalah salah satu dari lima yang paling penting dalam sistem senjata baru Korut. Hal itu yang ditetapkan dalam rencana pengembangan militer lima tahun mereka.

Mereka menyebut rudal baru itu sebagai "senjata strategis", yang biasanya berarti memiliki kemampuan nuklir. Peluncuran tersebut indikasi lain dari teknologi senjata Pyongyang yang berkembang di tengah sanksi yang ketat.

"Pengembangan sistem senjata ini ... [telah meningkatkan] kemampuan negara untuk membela diri dalam segala hal," kata kantor berita KCNA, yang dilansir BBC, Rabu (29/9/2021).

1. Peluncuran ketiga

Korea Utara Kembali Luncurkan Rudal ke Laut, Berkekuatan Nuklir!Sejumlah rudal baru yang dipamerkan Korea Utara dalam parade militer. Foto: KCNA

Sebelumnya kabar peluncuran rudal ke laut itu telah disampaikan oleh kepala Joint Chiefs of Staff (JCS) Seoul. Ini adalah peluncuran ketiga kalinya negara yang dipimpin oleh Kim Jong Un itu melakukan uji coba rudal pada bulan ini. Awal bulan lalu, mereka juga telah menguji jenis rudal balistik baru ke laut dan selanjutnya menguji rudal yang diluncurkan dari kereta api.

Peluncuran rudal yang terbaru disebut "proyektil tak dikenal" oleh Korsel. Jepang juga memberikan laporan informasi yang sama. Akan tetapi tidak ada rincian lebih lanjut tentang proyektil itu.

1. Peluncuran 'proyektil tak dikenal' dari pedalaman Korut

Tokyo dan Seoul telah melaporkan bahwa Pyongyang telah meluncurkan rudal yang dicurigai ke laut. Itu adalah tindakan rangkaian uji coba rudal ketiga kalinya yang telah dilakukan oleh Korut dalam satu bulan terakhir ini.

Informasi tersebut dilaporkan oleh kantor berita Yonhap. Namun tidak ada rincian tentang rudal baru yang diuji coba.

Menurut Associated Press, kepala JCS Seoul mengatakan "proyektil tak dikenal" itu ditembakkan dari pedalaman Korut dan terbang menuju laut timur negara itu. Otoritas intelijen Korsel dan AS sedang bekerja untuk menganalisis rincian peluncuran.

Awal bulan ini, Korsel juga dikabarkan sukses melakukan uji rudal balistik berbasis kapal selam. Kesuksesan tersebut, menjadikan negara yang dipimpin Presiden Moon Jae In menjadi salah satu dari sedikit negara yang memiliki teknologi tersebut.

2. Korea Utara punya hak untuk menguji senjatanya

Sebelum peluncuran rudal "tak dikenal" yang dilakukan oleh Pyongyang, Duta Besar Korut untuk PBB telah memberikan komentar pada sidang tahunan Majelis Umum PBB di New York.

Duta Besar Korut untuk PBB yang bernama Kim Song, meminta Amerika Serikat (AS) untuk tidak melanjutkan "kebijakan permusuhan" kepada Pyongyang. Dia juga mengatakan bahwa negaranya berhak untuk melakukan uji senjata dan membela diri.

Dilansir dari Reuters, Kim mengatakan "tidak ada yang bisa menyangkal hak yang benar untuk membela diri bagi DPRK untuk mengembangkan, menguji, memproduksi, dan memiliki sistem senjata, setara dengan yang dimiliki atau dikembangkan oleh mereka," ujarnya merujuk AS dan Korsel.

Kim juga menegaskan bahwa "kami hanya membangun pertahanan nasional kami untuk membela diri dan menjaga keamanan dan perdamaian negara secara andal."

Produksi dan menguji senjata bagi Pyongyang dipahami sebagai alat untuk mecegah perang di Semenanjung Korea. Pencegahan perang bukan karena berdasarkan atas "belas kasihan AS," ujar Kim.

3. Korut terbuka untuk melanjutkan pembicaraan rekonsiliasi dan mengakhiri Perang Korea

Saudara perempuan Kim Jong Un yang bernama Kim Yo Jong pada hari Jumat dan Sabtu telah mengatakan bahwa pihaknya terbuka jika melanjutkan pembicaraan rekonsiliasi dua negara dan mengakhiri Perang Korea ketika kondisinya terpenuhi.

Perang Korea berakhir pada tahun 1953 dan berakhir dengan gencatan senjata. Tapi perang itu sampai saat ini belum berakhir karena tidak ada perjanjian damai. Hubungan dua negara tetap tegang sampai saat ini.

Kim Yo Jong yang menanggapi seruan Presiden Moon Jae In dari Korsel tentang mengakhiri Perang Korea, juga mengatakan telah meminta Korsel untuk meninggalkan "kebijakan bermusuhan" terhadap tetangganya di utara dan juga meninggalkan "standar kesepakatan ganda."

Dilansir dari BBC, saudara perempuan Kim Jong Un itu menyatakan "yang perlu dihilangkan adalah sikap berbelit-belit, prasangka tidak logis, kebiasaan buruk, dan sikap bermusuhan yang membenarkan tindakan mereka sendiri sambil menyalahkan pelaksanaan hak membela diri kami yang adil.

"Hanya ketika prasyarat seperti itu terpenuhi, mungkin untuk duduk berhadap-hadapan dan menyatakan penghentian perang yang signifikan."

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya