Korea Utara Putus Hubungan Diplomatik dengan Malaysia

Malaysia kecam keputusan sepihak Pyongyang

Kuala Lumpur, IDN Times - Pada hari Jumat (19/3) Korea Utara mengatakan akan memutuskan hubungan diplomatiknya dengan Malaysia. Hal itu dipicu oleh tindakan pengadilan Malaysia yang menolak banding warga Korea Utara dan mengizinkan ekstradisi orang tersebut ke Amerika Serikat.

Warga Korea Utara yang diekstradisi ke Amerika Serikat disinyalir adalah seorang pengusaha bernama Mun Chol Myong. Dia diduga terlibat skandal kasus pencucian uang. Pyongyang juga memperingatkan Washington akan "membayar harga"  atas perilakunya.

1. Korea Utara menilai ekstradisi warganya oleh Malaysia adalah tindakan jahat

Korea Utara Putus Hubungan Diplomatik dengan MalaysiaIlustrasi Korea Utara. (Unsplash.com/Micha Brandli)

Mun Chol Myong sudah tinggal di Malaysia selama satu dekade. Dia ditangkap pada tahun 2019 setelah Amerika Serikat bermitra dengan Malaysia untuk meminta esktradisinya. Mun Chol Myong dituduh terlibat memasok barang mewah dari Singapura ke Korea Utara yang itu berarti melanggar sanksi PBB.

Dalam aksinya tersebut, Mun Chol Myong dituduh telah melakukan tindak pidana pencucian uang. Melansir dari laman Bernama, pada 9 Maret lalu, Mun Chol Myong meminta banding ke pengadilan Malaysia. Tapi pengadilan menolak banding tersebut yang memutuskan untuk tetap mengizinkan ekstradisinya ke Amerika Serikat.

Atas peristiwa itu, Korea Utara pada 19 Maret mengumumkan mengakhiri hubungan diplomatiknya dengan Malaysia. Pyongyang menuduh bahwa tindakan Malaysia yang mengizinkan ekstradisi warganya ke AS adalah tindakan keji dan kejahatan yang tidak dapat diampuni.

Melansir dari laman Al Jazeera, Pyongyang juga menilai bahwa tindakan yang telah dilakukan Malaysia telah menghancurkan "seluruh fondasi hubungan bilateral yang didasarkan pada penghormatan terhadap kedaulatan."

2. Malaysia kecam keputusan Pyongyang yang dinilai tidak konstruktif

Baca Juga: Parlemen Korea Selatan Setujui UU Anti Korea Utara

Atas langkah yang dilakukan oleh Pyongyang, Malaysia menyebut negara yang dipimpin oleh Kim Jong Un tersebut bertindak "tidak bersahabat dan tidak konstruktif." Melansir dari laman The Straits Times,  pemerintah Malaysia menjelaskan bahwa “dalam hal ini, keputusan sepihak DPRK jelas tidak beralasan, tidak proporsional dan tentunya mengganggu promosi perdamaian, stabilitas dan kemakmuran wilayah kita.”

Relasi bilateral antara Malaysia dan Korea Utara mulai memburuk sejak 2017. Saat itu, saudara laki-laki Kim Jong Un yang bernama Kim Jong Nam meninggal dibunuh di bandara Kuala Lumpur dengan agen syaraf VX yang diusapkan ke wajahnya. Agen syaraf tersebut oleh PBB disebut sebagai salah satu senjata kimiawi pemusnah massal.

Peristiwa pembunuhan Kim Jong Nam itu membuat Pyongyang menahan sembilan warga Malaysia yang ada di Korea Utara. Mereka "menyandera" warga tersebut dengan imbalan untuk ditukarkan dengan jenazah Kim Jong Nam.

Pada tahun 2018 lalu, PM Mahathir Muhammad menyatakan akan memperbaiki dan mencairkan hubungan antara Malaysia dan Korea Utara yang telah memburuk.

Kementrian Luar Negeri Malaysia menyebutkan bahwa "Malaysia telah gigih melakukan upaya konkret untuk memperkuat hubungan kami dengan DPRK bahkan setelah pembunuhan Kim Jong Nam yang menyedihkan pada tahun 2017." 

3. Malaysia perintahkan seluruh diplomat Korut untuk tinggalkan negaranya dalam 48 jam

Langkah Pyongyang yang memutuskan hubungan diplomatik secara sepihak telah membuat pemerintah Malaysia marah. Malaysia, menurut Associated Press, kemudian meminta semua diplomat Korea Utara yang berada di negaranya untuk segera meninggalkan Malaysia dalam waktu 48 jam pada hari Jumat.

“Ya, kami akan tutup. Kami sekarang mendiskusikan rencana tersebut dengan staf kami di sini dan dengan pemerintah kami,” kata Kim Yu Song, kepala Kedutaan Besar Korea Utara di Malaysia. Kedubes Korea Utara memiliki anggota penanggung jawab, dewan dan enam staf beserta pimpinannya.

Sebenarnya, Malaysia adalah salah satu negara di Asia Tenggara yang menguntungkan bagi Korea Utara. Pyongyang telah lama menggunakan Malaysia sebagai pusat ekonomi penting di mana ia menangani perdagangan, ekspor tenaga kerja, dan beberapa bisnis ilegal di Asia Tenggara. Para ahli mengatakan Korea Utara mengambil sikap keras atas ekstradisi karena melihatnya sebagai taktik tekanan terhadap Korea Utara dari persahabatan Malaysia-Amerika Serikat.

Hong Min, seorang analis senior di Institut Korea untuk Unifikasi Nasional di Seoul menilai tindakan Pyongyang yang memutuskan hubungan dengan Malaysia adalah salah satu pilihan terkuat Korut untuk mengungkapkan kemarahannya kepada pemerintahan Biden tanpa membahayakan kembalinya negosiasi nuklir dengan Washington.

Baca Juga: Korea Utara Kecam Korea Selatan karena Diragukan Bebas COVID-19

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya