Kota Prancis Boikot Siaran Piala Dunia Qatar di Ruang Publik, Kenapa?

Pelanggaran HAM di Qatar jadi sorotan

Jakarta, IDN Times - Ibu kota Paris dan kota-kota lain di Prancis memutuskan untuk memboikot siaran televisi Piala Dunia Qatar. Pemboikotan dilakukan untuk layar lebar publik yang biasa ditampilkan di tengah kota.

Keputusan itu dibuat dengan berbagai alasan. Beberapa di antaranya adalah karena Qatar dinilai memiliki catatan pelanggaran hak asasi manusia (HAM) serta masalah lingkungan. Selain itu, ada juga faktor musim dingin yang membuat acara penayangan itu tidak dilakukan.

1. Faktor dugaan pelanggaran HAM dan musim dingin

Kota Prancis Boikot Siaran Piala Dunia Qatar di Ruang Publik, Kenapa?ilustrasi (Unsplash.com/Martin Sanchez)

Ibu kota Paris tidak memboikot turnamen Piala Dunia Qatar, tetapi hanya memboikot siaran penayangan untuk publik dengan layar lebar. Langkah itu dilakukan sebagai protes atas pelanggaran HAM dan lingkungan yang terjadi di Qatar.

Penanggung jawab olahraga di Balai Kota Paris, Pierre Rabadan, mengatakan alasan lain tidak menyiarkan acara piala dunia untuk publik, yakni acara tersebut berlangsung di musim dingin, kutip BBC.

Kota Paris menyalahkan pelanggaran HAM yang terjadi kepada para pekerja migran yang bekerja di Qatar. Ada dugaan tingginya jumlah kematian para pekerja asing, serta dampak buruk lingkungan dari pembangunan stadion dan fasilitas lainnya.

Baca Juga: Piala Dunia 2022 Qatar Resmi Jadi yang Termahal Sepanjang Sejarah

2. Kota Marseille menilai Piala Dunia Qatar berubah jadi bencana kemanusiaan

Sebelum Paris, rupanya ada beberapa kota besar di Prancis yang telah memutuskan untuk tidak menyiarkan pertandingan Piala Dunia dengan layar lebar.

Kota-kota tersebut adalah Marseille, Lille, Bordeaux, Reims, Nancy, dan Rodez serta beberapa kota lainnya. Mereka telah memutuskan untuk tidak memasang layar televisi raksasa, seperti yang pernah dilakukan di masa lalu.

"Kompetisi (Piala Dunia Qatar) ini secara bertahap berubah menjadi bencana manusia dan lingkungan, tidak sesuai dengan nilai-nilai yang ingin kami sampaikan melalui olahraga dan terutama sepak bola," kata Benoit Payan, Wali Kota Marseille, dilansir The Guardian.

3. Tidak bisa menutup mata atas pelanggaran HAM yang terjadi

Qatar, yang bakal jadi tuan rumah perhelatan pertandingan sepak bola terbesar di dunia, telah dikritik ketika membangun fasilitas penunjang acara tersebut. Qatar banyak menggunakan pekerja asing yang dinilai eksplotatif.

Melansir Sky News, Wali Kota Strasbourg, Parlemen Eropa dan Pengadilan Hak Asasi Manusia Eropa, mengutip tuduhan pelanggaran HAM dan eksploitasi pekerja migran di Qatar, sebagai alasan utama.

"Tidak mungkin bagi kami untuk mengabaikan banyak peringatan pelecehan dan eksploitasi pekerja migran oleh organisasi non-pemerintah," kata Jeanne Barseghian, Wali kota Strasbourg.

"Kami tidak bisa memaafkan pelanggaran ini, kami tidak bisa menutup mata ketika hak asasi manusia dilanggar," tambahnya.

Baca Juga: Pekerja Migran di Qatar Dideportasi karena Protes Gaji Tidak Dibayar

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya