Krisis Ukraina, Prancis Ingin Eropa Dialog Sendiri dengan Rusia

Keamanan Eropa tidak bergantung pada Washington

Jakarta, IDN Times - Presiden Prancis Emmanuel Macron menanggapi krisis Ukraina dalam pidatonya di Starsbourg pada Rabu (19/1/2022). Dia mengatakan, Uni Eropa (UE) telah dikesampingkan dalam krisis tersebut dan ingin agar Eropa memiliki dialog sendiri dengan Rusia.

Rusia telah menumpuk sekitar 100 ribu pasukan di perbatasan timur Ukraina. Aktivitas itu telah meningkatkan ketegangan di Eropa Timur dan mengancam keamanan Eropa. Jika terjadi perang, Eropa akan terguncang.

Dalam acara Parlemen Eropa yang menempatkan Prancis saat ini sebagai pemimpinnya, Macron mengatakan bahwa AS dan NATO saja tidak cukup dalam bernegosiasi dengan Kremlin. Macron ingin pembicaraan empat arah antara Rusia, Jerman, Prancis dan Ukraina, yang dikenal sebagai format Normandia.

Baca Juga: Ukraina Masih Tegang, Rusia-Belarus Gelar Latihan Militer

1. UE telah dikesampingkan dalam pembicaraan krisis Ukraina

Krisis Ukraina, Prancis Ingin Eropa Dialog Sendiri dengan RusiaEmmanuel Macron (kiri). (Twitter.com/Emmanuel Macron)

AS dan sekutu Barat menuding bahwa Rusia merencanakan invasi ke Ukraina. Penumpukan pasukan di dekat perbatasan timur Kiev telah menimbulkan kekhawatiran nyata akan ancaman perang besar.

Rusia di sisi lain terus menolak tuduhan itu. Mereka menegaskan tidak punya niat menyerang Ukraina. Mereka hanya menuntut jaminan keamanan jangka panjang berdasarkan hukum kepada NATO.

Demi meredakan ketegangan itu, tiga tahap diplomasi telah dilakukan. Acara itu melibatkan Rusia-AS, Rusia-NATO dan Rusia-OSCE (Organization for Security and Co-operation in Europe).

Dilansir The Guardian, Macron menilai bahwa UE telah dikesampingkan dalam pembicaraan tersebut. Dia menginginkan semua proses dari pendekatan terpadu untuk membahas ancaman keamanan Eropa.

"Saya pikir itu baik ada koordinasi antara Eropa dan AS, tetapi sangat penting bahwa Eropa memiliki dialog sendiri dengan Rusia," kata Macron.

Emmanuel Macron menekankan bahwa UE harus memiliki dialognya sendiri dengan Rusia dari pada bergantung dengan Washington. Dia juga menjelaskan bahwa UE harus melakukan pendekatan terkoordinasi dalam pembicaraan masa depan dengan Rusia serta untuk mengatasi kerentanan hubungan dengan Kremlin, termasuk masalah pasokan energi.

Baca Juga: AS Percaya Rusia Bisa Serang Ukraina dari Titik Mana Saja

2. Kerangka keamanan kolektif untuk UE

Hal yang diinginkan oleh Presiden Prancis Emmanuel Macron, bahwa Eropa perlu membangun pakta keamanan kolektif untuk mereka sendiri. Selain itu, dia juga ingin Eropa mempersenjatai diri mereka sendiri usai Rusia memicu kekhawatiran invasi terhadap Ukraina.

Dilansir France24, Macron mengatakan "keamanan di benua kita membutuhkan persenjataan strategis." Dia juga menambahkan bahwa pembicaraan "terus terang (jujur) dan menuntut" dengan Rusia juga diperlukan.

UE secara khusus tidak terlibat dalam pembicaraan yang berlangsung antara Washington dan Moskow pekan lalu. Itu karena pertahanan Eropa terutama dijamin oleh aliansi militer NATO pimpinan AS. Sebagian besar anggota NATO adalah anggota UE.

Tapi sebagai seorang pemimpin negara berpengaruh di Eropa, Macron adalah seorang pendukung kuat UE. Dia ingin UE memiliki otonomi strategis sendiri dalam pertahanan dan menempatkan UE pada posisi untuk dapat dihormati, termasuk tidak bergantung energi dari pasokan Rusia.

Baca Juga: Biden-Macron Diskusi untuk Perkuat Pertahanan Eropa

3. Macron ingin pembicaraan dengan Rusia dalam format Normandia

Pidato Macron yang berjalan selama setengah jam di Starsbourg, Prancis timur yang berdekatan dengan Jerman, adalah upaya terbaru membawa Prancis dan Eropa dalam permainan diplomasi global. Secara historis, diplomasi global didominasi oleh AS dan Rusia.

Macorn menegaskan bahwa negara-negara anggota UE perlu memberikan diri mereka sarana untuk menegakkan persyaratan keamanan. Dilansir Politico, itu akan membuat suara UE didengar khususnya tentang persenjataan strategis, kontrol senjata konvensional dan penghormatan terhadap kedaulatan negara-negara UE.

Untuk melakukan dialog dengan Rusia saat krisis Ukraina meningkat, Macron berharap dapat melakukannya secara empat arah antara Rusia, Jerman, Prancis dan Ukraina. Format ini adalah format Normandia, warisan dari pertemuan para pemimpin Jerman, Prancis, Ukraina, dan Rusia pada 2014.

Namun dalam beberapa bulan terakhir, Presiden Putin menolak upaya Macron mendapatkan tempat di meja perundingan. Secara efektif, Putin dapat dibilang menyingkirkan Prancis dan Jerman mengenai pembicaraan krisis di Ukraina.

Sergey Lavrov, Menteri Luar Negeri Rusia pada November tahun lalu juga menolak untuk berpartisipasi dalam pertemuan Paris dalam format Normandia. Dia lebih memilih dialog bilateral dengan AS.

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya