Langka! Ini 5 Fakta Protes di China yang Desak Xi Jinping Mundur

Protes bermula dari insiden kebakaran yang tewaskan 10 orang

Jakarta, IDN Times - Kebijakan nol COVID-19 di China, yang sampai saat ini masih diterapkan, merupakan cara utama negara tersebut mengendalikan penyebaran virus. 

Kini, banyak warga China yang akhirnya frustrasi dan semakin marah, karena langkah tersebut dinilai sangat mengekang kebebasan mereka. 

Ribuan masyarakat dari berbagai elemen di Beijing, Shanghai, Chengdu, Wuhan dan Nanjing melakukan demonstrasi pada Minggu (27/11/2022). Mereka menuntut penguncian ketat dalam kebijakan nol COVID-19 segera diakhiri. Bahkan, di antara mereka ada yang mendesak Presiden Xi Jinping untuk mundur dari jabatannya.

1. Protes terjadi di delapan kota besar di China

https://www.youtube.com/embed/g81jCioHJOA

Sejak COVID-19 menyebar di China, negara itu membuat kebijakan keras untuk mengendalikannya. Lockdown satu kota dengan penduduk jutaan orang dilakukan agar virus tidak menyebar ke kota lainnya.

Ketika banyak negara telah melonggarkan aturan COVID-19, China masih tetap menegakkan aturan kerasnya. Hal tersebut memicu protes dari warga yang tidak puas dengan kebijakan tersebut.

Melansir Associated Press, demonstrasi tak biasa terjadi di China, menentang aturan keras nol COVID-19 oleh pemerintah Beijing. Demonstrasi tersebar setidaknya di delapan kota besar.

Polisi dikabarkan menggunakan semprotan merica untuk membubarkan massa di Shanghai. Massa sempat bubar namun kembali ke tempat yang sama untuk berunjuk rasa lagi.

Baca Juga: Kebakaran Xinjiang Picu Aksi Protes Besar-besaran di China

2. Peristiwa langka yang terjadi di China

Langka! Ini 5 Fakta Protes di China yang Desak Xi Jinping MundurIlustrasi lockdown (IDN Times/Arief Rahmat)

Dalam beberapa dekade, pemerintahan Partai Komunis China (PKC) jarang menghadapi aksi demonstrasi dari warga. Tapi saat ini, demonstrasi yang dimulai sejak Jumat telah menyebar dan meluas ke kota-kota lain, termasuk ibu kota Beijing.

Protes di salah satu universitas elit di Beijing pada Minggu dimulai sekitar pukul 11:30 waktu setempat. Melansir Al Jazeera, awalnya beberapa mahasiswa membawa plakat protes di pintu masuk kantin, kemudian banyak lainnya yang ikut bergabung.

"Sekarang ada 200 sampai 300 orang. Kami menyanyikan lagu kebangsaan dan Internationale, dan meneriakkan 'kebebasan akan menang'," kata salah satu mahasiswa Universitas Tsinghua.

Di Wuhan, kota yang disinyalir sebagai awalnya COVID-19 menyebar pada 2019, juga dilanda protes. Sebuah jalanan di pusat kota tersebut pada malam hari dipenuhi oleh banyak orang yang bersorak menuntut diakhirinya lockdown.

3. Seruan agar Presiden Xi Jinping mundur

Xi Jinping merupakan salah satu pemimpin China yang paling kuat, setidaknya sejak 1980-an. Belum lama ini, dia bahkan mengamankan periode ketiganya memimpin Negeri Tirai Bambu. Protes menentang kepemimpinannya sangat jarang terjadi.

Namun dalam protes kebijakan nol COVID-19 saat ini, beberapa dari mahasiswa ada yang menyerukan agar Xi Jinping mundur dari jabatannya. BBC menyebut demonstrasi bahkan menyebar ke wilayah yang jauh seperti Xinjiang dan Tibet.

Banyak orang yang marah dan frustrasi dengan kebijakan nol COVID-19 Beijing. Demonstrasi tersebut dinilai sebagai hal tidak biasa di China, baik dalam jumlah peserta maupun keterusterangan mereka terhadap pemerintahan Xi Jinping.

4. Protes bermula dari insiden kebakaran

Langka! Ini 5 Fakta Protes di China yang Desak Xi Jinping Mundurilustrasi (Unsplash.com/Benjamin Kerensa)

Kebijakan China melawan corona telah membuat negara itu memiliki catatan infeksi yang lebih rendah dibanding negara besar lain, seperti Amerika Serikat atau Brasil. Beberapa kota besar dengan jutaan penduduk terkadang menjalani tes rutin setiap hari agar penyebaran virus dapat dikendalikan.

Namun hal itu telah membuat banyak orang mengalami tertekan karena kehidupannya merasa terpenjara. Ledakan protes kali ini terjadi usai insiden kebakaran di wilayah Urumqi.

Di wilayah itu, banyak penduduk yang telah mengalami penguncian selama empat bulan karena kebijakan nol COVID-19. Kebakaran yang memakan 10 korban jiwa itu memicu kemarahan.

Penduduk turun ke jalan, membawa bunga dan lilin sebagai tanda penghormatan bagi para korban. Kelompok penduduk lain menggaungkan slogan protes lebih keras untuk menentang Xi Jinping.

5. Protes berlanjut sampai Senin pagi

https://www.youtube.com/embed/ygHl09oRgnQ

Protes yang dimulai dari Urumqi menyebar ke kota besar seperti Shanghai, Beijng, Chengdu, Guangzhou dan Wuhan. 

"Kami tidak ingin penguasa seumur hidup. Kami tidak menginginkan kaisar!" teriak para demonstran di Chengdu, dikutip dari CNN.

Di Guangzhou, ratusan orang ikut demonstrasi setelah kota itu dikunci selama berminggu-minggu. Mereka berteriak agar lockdown diakhiri dan menuntut diberikan kebebasan. Mereka mendesak kebebasan sipil yang lebih luas.

Di beberapa tempat, protes tidak hanya berhenti sampai Minggu malam. Protes masih tetap berlanjut sampai Senin pagi. Isu yang dibawa para demonstran pun meluas ke berbagai urusan politik di dalam negeri.

Baca Juga: Jokowi Pamer Gaya Salaman dengan Presiden AS dan China Saat KTT G20

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya