Ledakan di Afghanistan Tewaskan Belasan Anak

Konflik panjang masih mengancam Afghanistan 

Kabul, IDN Times – Gema bom di Afghanistan masih sering terdengar. Bahkan dalam beberapa bulan terakhir, gema itu semakin sering. Meskipun perwakilan Taliban dan Afghanistan sedang melakukan pembicaraan damai di Doha, Qatar, namun aksi kekerasan di dalam negeri terus berlangsung.

Pada hari Jum’at, usai dhuhur sekitar pukul dua, sebuah ledakan kembali terjadi di Ghazni bagian tengah. Ghazni adalah wilayah yang paling bergejolak di Afghanistan. Hampir sebagian wilayah tersebut dikuasai Taliban dan wilayah yang tersisa masih menjadi perebutan antara milisi Taliban dan pasukan keamanan pemerintah.

Ketika ledakan terjadi di Ghazni, sebuah masjid didekatnya sedang melaksanakan pembacaan al-Qur’an. Ledakan yang terbaru menyebabkan belasan korban meninggal. Mereka menambah daftar panjang korban konflik yang telah belangsung sejak beberapa dekoade lalu, yang hingga saat ini belum selesai.

1. Belasan anak-anak menjadi korban

Ledakan di Afghanistan Tewaskan Belasan Anak15 anak-anak dikabarkan meninggal akibat ledakan di Ghazni. Ilustrasi (unsplash.com/Sohaib Ghyasi)

Informasi peristiwa ledakan yang terjadi di provinsi Ghazni pada hari Jum’at saling bertentangan antara versi pemerintah dan versi Taliban. Dalam versi pemerintah, ledakan itu terjadi saat sebuah bajaj yang membawa barang-barang jualan memasuki sebuah desa, lalu anak-anak datang mengerumuni bajaj tersebut. Ledakan kemudian terjadi dan menyebabkan setidaknya 15 anak-anak meninggal dunia.

Sedangkan dalam versi Taliban, juru bicara Zabihullah Mujahid mengatakan, sekelompok anak-anak itu datang mendekati bajai untuk menjual amunisi. Melansir dari laman Al Jazeera,Tariq Arian yang menjadi juru bicara pemerintah dalam negeri mengatakan kemungkinan peledak dipasang di bajaj dan ketika anak-anak mendekat, peledak tersebut meledak (18/12).

Selain ledakan menyebabkan 15 anak meninggal, terdapat setidaknya 20 lainnya yang terluka. Pemerintah mengatakan jumlah korban meninggal kemungkinan masih akan bertambah. Wahidullah Jumazada, juru bicara gubernur provinsi Ghazni menyatakan penyelidikan masih terus berlangsung.

2. Ledakan dalam versi Taliban

Ledakan di Afghanistan Tewaskan Belasan AnakIlustrasi Detonator Bom (IDN Times/Mardya Shakti)

Peristiwa mengerikan pada hari Jum’at siang itu, belum ada pihak yang mengaku bertanggung jawab. Karena itu, belum diketahui apakah ledakan adalah bagian dari serangan kelompok tertentu atau murni sebuah kecelakaan.

Keterangan dari Zabihullah Mujahid, juru bicara Taliban memiliki perbedaan dan agak bertentangan dengan keterangan versi pemerintah. Melansir dari laman The Guardian, dalam penjelasan Mujahid, bukan bajaj yang terpasang peledak, tetapi anak-anak itulah yang membawanya. Anak-anak tersebut membawa munisi yang gagal meledak dalam konflik untuk dijual kepada pedagang yang membawa bajaj, kemudian munisi itu meledak (18/12). Mujahid juga memberikan informasi bahwa korban yang meninggal bukan 15 tetapi hanya 12 anak-anak.

Keterangan yang didapat dari versi pemerintah dan Taliban tidak bisa segera dilakukan konfirmasi secara independen. Hal itu karena, wilayah dimana ledakan terjadi masuk dalam kekuasaan Taliban. Penguasa Taliban setempat tidak memperbolehkan jurnalis memasuki wilayahnya. Informasi yang diperoleh dari juru bicara Taliban, Zabihullah Mujahid itu, karena sang jubir mengirimkan pesannya ke media untuk memberikan penjelasan.

Baca Juga: Serangan Bom di Afghanistan Tewaskan Wakil Gubernur Kabul 

3. Ancaman tersembunyi dalam konflik berkepanjangan

Ledakan di Afghanistan Tewaskan Belasan AnakIlustrasi teroris (IDN Times/Mardya Shakti)

Afghanistan masih tetap menjadi negara yang rawan. Apalagi ditambah keputusan Donald Trump menarik pasukannya pada pertengahan Januari 2021 nanti, kekerasan disinyalir akan semakin bertambah. Militer Afghanistan diyakini akan kewalahan ketika menghadapi milisi Taliban dan sisa-sisa pasukan ISIS.

Banyak kelompok minoritas, seperti kelompok Syiah, semakin merasa terancam dengan serangan-serangan dari milisi Sunni radikal. Mereka sudah meminta kepada pemerintah untuk tambahan pasukan keamanan di masjid-masjid yang digunakan untuk beribadah, tapi pemerintah tidak mampu menyediakan pasukan yang cukup.

Salah satu wilayah yang menjadi tempat tinggal kelompok minoritas adalah Dasht-e-Barchi. Ada sekitar 100 masjid di wilayah tersebut. Namun pemerintah Afghanistan, menurut NPR, hanya mampu mendanai pria bersenjata lokal dan pejuang bayaran sejumlah 16 orang saja (18/12). Untuk mengantisipasi serangan, kelompok minoritas tersebut juga sudah membentuk pasukannya sendiri.

Jumlah milisi dari kelompok minoritas di Dasht-e-Barchi sudah lebih dari 1.000 orang. Banyak diantara mereka yang ditugaskan untuk berpatroli ketika kelompok Syiah melakukan upacara keagamaan. Milisi keamanan dari kalangan sendiri itu juga mempersenjatai diri. Salah satu pemimpinnya yang bernama Nikzad mengatakan, anggotanya mendapatkan senjata api dari pasar gelap.

Baca Juga: Puluhan Tentara Meninggal Karena Serangan Bom Mobil di Afghanistan 

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya