Lonjakan COVID Terjadi, Optimisme Vaksinasi Israel Anjlok

Parlemen perpanjang jadwal lockdown

Tel Aviv, IDN Times – Israel digadang-gadang sebagai salah satu negara yang akan dengan cepat terbebas dari virus corona. Hal ini didasarkan pada fakta bahwa negeri tersebut telah melakukan program vaksinasi secara agresif dan masif terhadap penduduknya.

Sejak pertengahan Desember tahun lalu, Israel telah memulai program vaksinasinya. Diperkirakan sekitar 27 persen penduduk telah mendapatkan vaksin. Hingga kini, lebih dari dua juta penduduk Israel telah mendapatkan suntikan pertama vaksin dari Pfizer-BioNTech. Lalu, ada sekitar 400.000 penduduk yang telah mendapatkan suntikan kedua.

Langkah agresif program vaksinasi Israel telah dianggap oleh banyak negara sebagai salah satu langkah kesuksesan. Bahkan Israel juga telah membuat kesepakatan dengan Pfizer untuk membagikan data medis terkait program kebut vaksinasi sebagai imbalan karena telah dengan cepat dikirimi vaksin.

1. Satu dosis vaksin Pfizer-BioNTech kurang efektif

Lonjakan COVID Terjadi, Optimisme Vaksinasi Israel AnjlokIlustrasi vaksin. (Pexels.com/Nataliya Vaitkevich)

Israel memang telah melakukan sebuah langkah cepat dalam program vaksinasinya. Keputusan itu dibuat dengan harapan bahwa virus corona yang menghantam negara yang dipimpin oleh Benjamin Netanyahu tersebut dapat segera dimusnahkan.

Sambil melakukan kebut program vaksinasi, Israel juga telah menyampaikan beberapa fakta terkait efektifitas vaksin Pfizer. Nachman Ash, salah satu kepala pengendalian virus corona Israel menemukan bahwa satu dosis suntikan vaksin Pfizer kurang efektif untuk meningkatkan kekebalan tubuh seseorang.

Ketika suntikan kedua telah diberikan, sistem kekebalan antibodi meningkat sebanyak enam hingga 12 kali lipat. Hal itu disampaikan dalam rapat dengan pejabat Kementrian Kesehatan dan parlemen dan pemimpin Israel.

Melansir dari laman Times of Israel, dalam rapat itu Ash menyebutkan bahwa suntikan pertama dosis Pfizer butuh beberapa minggu untuk meningkatkan respon antibodi yang efektif. Ketika suntikan vaksin kedua dilakukan, baru memicu respon yang berbeda. Peningkatan perlindungan dan antibodi terjadi secara cepat setelah suntikan dosis kedua (19/1).

Meskipun program kebut vaksinasi Israel telah membuat banyak negara memuji, namun faktanya, sejak awal tahun 2021, infeksi virus corona masih terus meningkat. Melansir data dari Johns Hopkins University, sejak tanggal 1 Januari, kasus infeksi baru ada lebih dari 5.000 kasus dan jumlah itu terus meningkat hingga kini.

Pada 19 Januari, kasus baru infeksi virus corona Israel mencapai angka 7.380 dengan rata-rata satu minggu adalah 7.938 kasus.

Baca Juga: 23 Warga Norwegia Meninggal, Pemerintah akan Evaluasi Vaksin Pfizer 

2. Anjloknya optimisme program vaksinasi

Lonjakan COVID Terjadi, Optimisme Vaksinasi Israel AnjlokBenjamin Netanyahu (kiri) Perdana Menteri Israel. (instagram.com/b.netanyahu)

Pertemuan antara Nachman Ash juga mengungkapkan fakta lain. Dia memperingatkan bahwa dosis pertama vaksin Pfizer memiliki kemungkinan tidak melindungi seseorang dari serangan virus corona varian baru. Ash juga memperingatkan bahwa dampak varian baru virus corona akan mewarnai infeksi COVID-19 di Israel dari sekitar 30 persen hingga 40 persen penduduk.

Saat ini, Israel sedang dalam penguncian nasional untuk yang ketiga kalinya. Pada hari Senin (18/1), Kementrian Kesehatan Israel merilis data yang menunjukkan tingkat infeksi positif berada diatas angka 10 persen. Angka tersebut adalah rekor baru dalam lebih dari tiga bulan terakhir.

Melansir dari laman The Guardian, tingkat laju infeksi di Israel telah mengurangi optimisme program vaksinasi cepat. Perdana Menteri Benjamin Netanyahu yang ikut rapat dan mendengarkan presentasi Nachman Ash mengatakan “Kami telah berada dalam persaingan ketat antara kampanye vaksinasi dan tingkat infeksi yang tinggi di dunia karena mutasi” (19/1). Netanyahu mendesak dan menyerukan upaya terakhir untuk melawan virus.

3. Israel perpanjang lockdown

Lonjakan COVID Terjadi, Optimisme Vaksinasi Israel AnjlokIlustrasi lockdown (IDN Times/Arief Rahmat)

Dari presentasi dan laporan yang diberikan oleh Nachman Ash, serta peringatan akan varian baru virus corona, khususnya varian Inggris, maka keputusan cepat harus segera dilakukan oleh pemerintah Israel. Data terbaru yang disampaikan adalah satu orang yang kembali dari Inggris dapat menginfeksi 20 hingga 30 orang lainnya.

Kementrian Kesehatan Israel akhirnya menyarankan kepada parlemen untuk memperpanjang penguncian nasional di negara tersebut. Melansir dari laman Jerusalem Post, penguncian nasional di Israel diperpanjang hingga akhir Januari 2021. Semua sistem pendidikan akan ditutup total kecuali mahasiswa yang tidak memiliki perlengkapan belajar jarak jauh (20/1).

Awalnya, Kementrian Kesehatan menuntut perpanjangan penguncian nasional dilakukan selama dua minggu. Namun akhirnya perpanjangan tersebut diputuskan hanya akan sampai pada 31 Januari 2021.

Program vaksinasi cepat yang diharapkan akan menghalau sebaran virus corona di Israel rupanya tidak selaras dengan harapan. Justru ketika program vaksinasi cepat itu dilakukan, lojakan infeksi terus terjadi dan meningkat.

Kelompok Yahudi Ultra-Ortodoks sering dituduh sebagai salah satu kelompok penyebab melonjaknya infeksi virus corona di Israel. Beberapa sekolah kelompok Yahudi Ultra-Ortodoks masih dibiarkan buka dan bahkan kelompok tersebut ada yang menggelar pernikahan dengan mengundang ratusan tamu. Pengawasan yang longgar terhadap mereka, membuat publik melancarkan kritik keras terhadap pemerintah Israel.

Baca Juga: Israel Berencana Beri Vaksin COVID-19 kepada Korban Holocaust

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya