Mahmoud Abbas Umumkan Pemilu Palestina Setelah 15 Tahun

Kelompok Hamas menyambut baik

Ramallah, IDN Times – Lebih dari 15 tahun tidak ada pemilu yang dilangsungkan di Palestina. Kini, Presiden Mahmoud Abbas dari kelompok Fatah memutuskan untuk melaksanakan pemilu pada tahun ini. Pemilu rencananya akan dilangsungkan antara Mei hingga Agustus 2021.

Dalam pemilu yang akan direncanakan tersebut, para pemilih akan melakukan tiga tahap pemilihan. Tahap pertama, akan dilaksanakan pemilihan parlemen pada bulan Mei. Lalu pada tahap kedua akan dilaksanakan pemilihan presiden pada bulan Juli.

Sementara tahap terakhir pada Agustus, pemilih akan memilih anggota Dewan Nasional perwakilan Organisasi Pembebasan Palestina yang akan mewakili negara tersebut di dunia internasional. Kelompok Hamas menyambut baik rencana tersebut.

1. Seluruh kota di Palestina akan terlibat

Mahmoud Abbas Umumkan Pemilu Palestina Setelah 15 TahunMahmoud Abbas, Presiden Palestina saat ini. (Wikimedia.org/Gobierno de Chile)

Perang Enam Hari yang pernah terjadi di Palestina pada tahun 1967 antara Israel dan beberapa negara Arab telah membuat Yerusalem Timur jatuh. Wilayah tersebut menjadi wilayah pendudukan Israel. Hingga kini, upaya Israel meluaskan wilayahnya dan membangun tembok tinggi terus berlangsung.

Namun beberapa penduduk di Yerusalem Timur masih akan ikut berpartisipasi dalam pemilu yang direncanakan oleh Mahmoud Abbas.

Melansir dari laman Deutsche Welle, presiden mengumumkan bahwa “proses pemilihan demokratis akan berlangsung di semua kota tanah air”. Pernyataan tersebut mengacu kepada kota Gaza, Tepi Barat dan Yerusalem Timur.

Palestina terakhir kali melaksanakan pemilu pada tahun 2005 dan pemilihan parlemen dilakukan pada Januari 2006. Beberapa kali pemilu telah rencanakan setelahnya tapi tidak pernah ada keputusan yang ditanda tangani oleh presiden.

2. Politik Palestina terbelah

Mahmoud Abbas Umumkan Pemilu Palestina Setelah 15 TahunPemandangan kota Gaza. (Wikimedia.org/OneArmedMan)

Pemilihan parlemen pada tahun 2006 adalah proses yang membuat pemerintahan di Palestina terbelah menjadi dua kubu konfrontatif. Dua kelompok berseteru dengan pendapatnya masing-masing. Dua kubu tersebut adalah kubu Hamas dan kubu Fatah Mahmoud Abbas.

Hamas mencoba membangun pemerintahannya sendiri di Gaza dan mengerjakan pegawai sipil serta menyingkirkan orang-orang yang mendukung Abbas setelah memenangkan pemilu parlemen pada tahun 2006.

Selama ini, Hamas adalah kelompok yang menganggap bahwa Israel adalah musuh utama dan musuh bebuyutan. Negara-negara Barat, termasuk Israel, memasukkan Hamas kedalam kelompok teroris.

Di sisi lain, Mahmoud Abbas dari Fatah memiliki pemahaman solutif untuk masalah di Palestina. Abbas menawarkan solusi dua negara berdiri yakni Palestina dan Israel. Gagasan tersebut telah disambut baik oleh dunia internsional.

Melansir dari laman Al Jazeera, pada tahun 2007, Hamas dan Fatah terlibat bentrok selama hampir setahun lamanya. Gaza kemudian diblokade oleh Israel. Mesir juga termasuk yang memblokade wilayah tersebut.

Kini rencana pemilu dari Abbas membawa angin segar untuk mempersatukan Palestina setelah selama bertahun-tahun usul pelaksanaan pemilu selalu gagal dilaksanakan.

Baca Juga: Presiden Palestina Hargai Sikap RI Tolak Normalisasi dengan Israel 

3. Hamas menyambut baik rencana pemilu

Mahmoud Abbas Umumkan Pemilu Palestina Setelah 15 TahunBendera Hamas. (Wikimedia.org/Guilherme Paula)

Selama bertahun-tahun usul untuk melaksanakan pemilu selalu gagal disepakati oleh Hamas dan Fatah. Perseteruan antara dua kubu itu sebenarnya telah membuat warga Palestina kecewa. Upaya untuk berdamai, memajukan aspirasi Palestina dan pemenuhan kebutuhan dasar warga yang mereka kuasai, gagal dilaksanakan.

Rencana Abbas yang ingin melaksanakan pemilu, telah diserahkan kepada Hanna Nasir, ketua KPU pusat Palestina. Hamas menyerukan adanya dialog sebelum pemilu dilaksanakan.

Hamas, dalam sebuah pernyataan juga mengatakan “kami telah bekerja dalam beberapa bulan terakhir untuk mengatasi rintangan yang akan dicapai hari ini. Kami telah menunjukkan banyak fleksibilitas”, jelasnya seperti dikutip dari VOA.

Fatah menguasai Tepi Barat dan Hamas menguasai Gaza. Pertengkaran diantara dua kubu membuat Palestina terpisah secara politik dan geografis. Rencana pemilu Abbas yang disambut baik oleh Hamas membuat kemungkinan cerahnya nasib Palestina.

Profesor politik Mkhaimar Abusada dari Universitas Al-Azhar Gaza mengatakan keputusan itu “menunjukkan keseriusan Abbas tentang masalah pemilu, terlepas dari perselisihan yang belum diselesaikan (diantara keduanya)”.

Baca Juga: Terkait Israel, Palestina Ragu Kebijakan Biden Akan Berubah

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya