Menlu Saudi: Normalisasi dengan Israel Bawa Keuntungan

Normalisasi Saudi-Israel bergantung perdamaian Palestina

Riyadh, IDN Times - Normalisasi antara Israel dan beberapa negara Arab telah memberikan kejutan baru di masa akhir kepemimpinan Donald Trump. Namun beberapa negara Arab yang menjalin normalisasi dengan Israel, telah dituduh berkhianat oleh Palestina.

Meski begitu menurut Faisal bin Farhan Al Saud, Menteri Luar Negeri Arab Saudi, normalisasi antara Israel dengan negaranya dianggap sangat menguntungkan. Dalam wawancaranya yang terbaru, Menteri Luar Negeri Arab Saudi juga menjelaskan bahwa salah satu visi masa depan Saudi dalam normalisasi dengan Israel, prioritasnya adalah kesepakatan damai yang mewujudkan Palestina menjadi negara yang bermartabat.

1. Keuntungan apa yang didapat dalam normalisasi Saudi-Israel?

Negara Arab yang memiliki relasi diplomatik dengan Israel adalah Mesir dan Yordania. Namun pada akhir tahun 2020 lalu, beberapa negara Arab lainnya menjalin normalisasi dengan Israel dan hal itu telah menimbulkan keterkejutan dari beberapa pihak. Amerika Serikat dianggap berperan penting dibalik normalisasi tersebut.

Arab Saudi, mitra utama Amerika Serikat di Tmur Tengah yang selama beberapa dekade bermusuhan dengan Israel, termasuk negara yang melakukan normalisasi dengan Israel. Dalam wawancara terbarunya, Faisal bin Farhan Al Saud yang menjabat sebagai Menteri Luar Negeri Arab Saudi mengatakan normalisasi tersebut menguntungkan.

Melansir dari laman Al Jazeera, keuntungan yang di dapat normalisasi itu adalah "(normalisasi) ini akan sangat membantu secara ekonomi, sosial dan dari perspektif keamanan." Selain itu, ia juga menilai bahwa normalisasi dengan Israel membawa manfaat yang luar biasa bagi kawasan secara keseluruhan.

Desember tahun lalu, Pangeran Faisal tersebut juga menjelaskan keinginannya bagi perdamaian di Palestina. Ia menuturkan bahwa "apa yang kami butuhkan untuk mewujudkannya adalah kesepakatan damai yang mewujudkan negara Palestina dengan bermartabat dan dengan kedaulatan yang bisa diterapkan dan dapat diterima Palestina."

2. Saudi ingin proses perdamaian lebih dahulu dilakukan di Palestina

Menlu Saudi: Normalisasi dengan Israel Bawa KeuntunganFaisal bin Farhan Al Saud. (Twitter.com/Alekhbariy en Français)

Salah satu usul yang kuat untuk mendamaikan konflik Palestina-Israel adalah berdirinya dua negara bertetangga dan berdaulat. Usulan tersebut telah lama diajukan agar perdamaian terjadi di wilayah yang selama puluhan tersebut selalu mengalami konflik dan menyebabkan banyak korban nyawa.

Dalam kesepakatan normalisasi Saudi dan Israel, beberapa perkembangan untuk menjalin hubungan baik di antara kedua negara telah berusaha untuk dibangun. Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dalam salah satu kampanyenya, mengklaim pada Maret lalu akan segera membuka penerbangan langsung dari Tel Aviv ke Mekkah.

Melansir dari laman Middle East Eye, klaim Netanyahu tersebut dibantah oleh Pangeran Faisal. Menteri Luar Negeri Saudi Pangeran Faisal bin Farhan mengatakan “kami belum menyetujuinya, tetapi seperti yang saya katakan, jika kami memiliki kemajuan dalam masalah Israel-Palestina, maka kami akan menyambut, semoga, semua warga Israel dari semua agama, bukan hanya Muslim. Tapi mari kita maju dengan proses perdamaian dulu,” jelas pangeran Faisal. Selain dari alasan tersebut, Mekkah juga tidak memiliki bandara.

Saudi berkeinginan masalah Palestina diselesaikan terlebih dahulu agar perdamaian tercipta dan normalisasi bisa berjalan seperti yang diharapkan. Tapi sebelum semuanya berjalan dengan baik, hal utama yang lebih dahulu dikedepankan adalah perdamaian di Palestina.

Baca Juga: 5 Fakta Pemilu Israel 2021: Akankah Dominasi Netanyahu Runtuh? 

3. Menghadapi "musuh" bersama

Selama beberapa dekade sejak perang Arab-Israel pada tahun 1967, Saudi tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel. Tidak pernah ada upaya untuk membangun hubungan formal dari Arab Saudi kepada Israel. Begitu juga dengan negara Arab lainnya.

Tapi di sisi yang lain, Arab Saudi dan Israel adalah salah satu sekutu utama Amerika Serikat di Timur Tengah. Karena itu, dapat dibaca bagaimana sebenarnya "musuh" Amerika Serikat dan para sekutunya di Timur Tengah tersebut adalah kekuatan Iran di kawasan. Mereka memiliki "musuh" bersama yang harus di hadapi.

Melansir dari laman Times of Israel, kekhawatiran bersama atas Iran adalah salah satu poin utama yang secara bertahap membawa Israel dan negara-negara Teluk menjadi lebih dekat. Riyadh bahkan secara diam-diam telah membangun hubungan dengan negara Yahudi itu selama beberapa tahun sebelum normalisasi dilakukan.

Saudi dan Israel dikabarkan pernah melakukan pertemuan tingkat tinggi di kota Neom, dekat Laut Merah. Pangeran MBS dari Saudi bertemu dengan PM Netanyahu yang didampingi oleh kepala intelijen Mossad Yossi Cohen. Pertemuan itu dikabarkan oleh media Israel namun dibantah oleh pemerintah Saudi.

Baca Juga: Kosovo Buka Kedutaan Besar untuk Israel di Yerusalem

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya