Menolak Berunding, Azerbaijan-Armenia Lanjut Perang

Seruan untuk berdamai belum bisa dilakukan 

Baku/Yerevan, IDN Times – Bentrok antara pasukan Azerbaijan dan Armenia yang bermula pada hari Minggu 27 September 2020 terus berlanjut. Wilayah bentrok antara dua negara tersebut di daerah Nagorno-Karabakh dan tujuh distrik disekitarnya. Wilayah tersebut didiami oleh sebagian besar etnis Armenia dan didukung oleh militer Armenia, namun masuk wilayah Azerbaijan.

Pada tahun 1990an, Nagorno-Karabakh telah memplokamirkan diri menjadi negara Artsakh. Akan tetapi, secara de jure tidak pernah diakui oleh komunitas internasional. Luas Nagorno-Karabakh yang tak lebih dari separuh provinsi Banten itu, sudah pernah berperang dengan Azerbaijan dan melakukan gencatan senjata tahun 1994. 30 ribu korban meninggal pada konflik tersebut.

Pada tahun 2016, bentrok terjadi dan mengakibatkan ratusan orang meninggal. Kini bentrok terjadi lagi. Suasananya yang memanas dan menjadi peperangan kali ini dikhawatirkan akan meluas dan menjadi peperangan besar. Laporan terakhir yang dilansir dari laman berita The Guardian, 84 korban meninggal dari pihak Nagorno-Karabakh. Sedangkan dari pihak Azerbaijan 11 orang telah kehilangan nyawa (30/9).

1. PBB dan Rusia menyerukan untuk menghentikan pertempuan

Menolak Berunding, Azerbaijan-Armenia Lanjut PerangRusia dan PBB telah menyerukan agar Azerbaijan-Armenia menghentikan perang dan berunding. Ilustrasi (twitter.com/The Abstract Group)

Bentrok yang memanas menjadi peperangan antara Azerbaijan dan Armenia telah membuat dunia internasional memiliki fokus baru ke wilayah tersebut. Sekretaris Jendral PBB Antonio Guterres, melansir dari laman berita BBC: “sangat prihatin” dan menyerukan kepada dua belah pihak untuk menghentikan pertempuran (28/9).

Peperangan antara Azerbaijan, jika tak bisa dikendalikan kemungkinan akan menjadi peperangan dalam skala besar. Apalagi jika sampai turut menyeret negara-negara lainnya. Turki secara langsung mengatakan lewat Presiden Erdogan bahwa mereka mendukung Azerbaijan. Di sisi lain, Armenia memiliki dukungan diplomasi dan militer dengan Rusia. Sedangkan Rusia juga memiliki kedekatan dengan Azerbaijan.

Melansir dari laman berita Aljazeera, Vladimir Putin telah melakukan hubungan telepon sebanyak dua kali dengan Perdana Menteri Armenia, Nikol Pashinyan, untuk mengurangi eskalasi. Selain itu, Moskow juga dikabarkan telah menghubungi Turki, Armenia dan Azerbaijan bahwa dukungan militer kepada pihak lawan hanya akan menambah bahan bakar ke dalam api (30/9).

2. Apa yang terjadi dengan Eropa jika perang berlanjut dalam skala besar?

Menolak Berunding, Azerbaijan-Armenia Lanjut PerangSalah satu foto proyek Trans Adriatic Pipeline di Yunani, yang jadi salah satu proyek besar jaringan pipa koridor selatan dari Baku, Azerbaijan (twitter.com/Greek Reporter)

Peperangan di wlayah Azerbaijan dan Armenia yang berada di sebelah pengunungan Kaukasus selatan akan memiliki dampak terhadap Eropa. Dampak tersebut khususnya akan berakibat pada berkurangnya stok minyak dan gas jika pipa-pipa di Azerbaijan terganggu.

Sebuah rencana besar telah ditandatangani untuk keamanan energi di Eropa dengan membangun pipa dari Azerbaijan. Azerbaijan sendiri adalah negara dengan limpahan minyak bumi. Jarak pipa yang tersambung di Azerbaijan sepanjang 4.000 kilometer lebih dan pipa yang difokuskan ke Eropa bernama jalur pipa koridor selatan sejauh 3.500 kilometer.

Jalur ini dimulai dari Azerbaijan ke Georgia, kemudian ke Turki lanjut ke Yunani dan Albania dan kemudian ke Italia lewat laut Adriatik. Pusat jaringan pipa minyak tersebut berada di Baku, ibukota Azerbaijan. Lembaga-lembaga Eropa yang mendukung proyek ini memandangnya sebagai “Proyek Kepentingan Bersama”.

3. Perundingan damai belum bisa terwujud

Menolak Berunding, Azerbaijan-Armenia Lanjut PerangPM Armenia Nikol Pashinyan mengatakan "sulit melakukan negosiasi (damai) ketika perang masih berlangsung". Ilustrasi (Twitter.com/Visioner)

Azerbaijan dan Armenia telah sama-sama menurunkan artileri beratnya ke medan pertempuran. Suasana perbatasan di Nagorno-Karabakh semakin memanas. Kanselir Jerman Angela Merkel, melalui juru bicaranya Steffen Seibert: “Kanselir, segera menyerukan gencatan senjata dan kembali ke meja perundingan,” katanya seperti dilansir dari laman berita Deutsche Welle, Selasa (29/9).

Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev mengatakan dalam siaran televisi Rusia, bahwa Baku telah bersiap untuk melakukan negosiasi. Namun Armenia selalu menghalangi dengan mengklaim Nagorno-Karabakh adalah wilayahnya, padahal wilayah itu masuk dalam negara Azerbaijan. Pada acara yang sama, melansir dari laman berita The Guardian, PM Pashinyan menyatakan bahwa “sangat sulit untuk melakukan negosiasi ketika operasi militer sedang berlangsung,” jelasnya (30/9).

Kedua pemimpin negara, baik dari Azerbaijan maupun dan Armenia tidak menemukan kesepakatan untuk melakukan perundingan diplomatik. Pihak Azerbaijan dengan tegas mengesampingkan kemungkinan perundingan sedangkan pihak Armenia mengatakan tidak ada negosiasi saat pertempuran sedang berlanjut.

Baca Juga: Azerbaijan dan Armenia Kembali Terlibat Perang Soal Nagorno-Karabakh

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya