Milisi di Libya Berebut Kekuasaan, Warga Tripoli: Ini Mengerikan!

Komedian yang kritis jadi korban kekerasan para milisi

Jakarta, IDN Times - Kekacauan di ibu kota Tripoli, Libya, kembali terjadi setelah 2 tahun negara itu cenderung mengalami masa damai. Bentrokan terjadi oleh dua kelompok milisi yang saling bertentangan di ibu kota, menewaskan sedikitnya 23 orang.

Rumah sakit dan rumah penduduk termasuk yang terdampak serangan bom. Dari mereka yang tewas, salah satunya adalah komedian Mustafa Baraka. Dia terkenal karena kerap melontarkan ejekan terhadap milisi dan korupsi yang mengakar.

1. Sedikitnya 23 orang tewas dan 140 orang terluka

Sejak pemerintahan Muammar Gaddafi digulingkan pada 2011, dua kelompok Libya terus bersaing untuk kekuasaan. Milisi dari dua kelompok tersebut terus bertempur.

Dalam 2 tahun terakhir, pertempuran itu mereda sehingga Libya sejenak menikmati suasana yang tenang. Tapi pada Sabtu (27/8/2022), pertempuran kembali pecah di ibu kota Tripoli.

Dikutip dari The Guardian, Kementerian Kesehatan menjelaskan bahwa ada 23 orang yang tewas dan lebih dari 140 terluka dalam pertempuran itu.

Sebanyak enam rumah sakit terkena serangan bom dan ambulans tidak dapat mencapai daerah bentrokan karena dilarang. Kementerian Kesehatan mengatakan pelarangan tersebut merupakan kejahatan perang.

Baca Juga: Demonstran Libya: Kami Gak Akan Berhenti Sampai Semua Pejabat Mundur

2. Komedian Mustafa Barakan tewas tertembak di dada

Pertempuran terbaru memicu kepanikan yang meluas di antara penduduk Tripoli. Rumah, fasilitas pemerintah, dan kendaraan terlihat rusak akibat bentrokan terbaru. Tembakan senjata berat juga terlihat di malam hari.

Malek Merset, juru bicara layanan darurat, mengatakan bahwa dari mereka yang tewas, salah satunya adalah komedian bernama Mustafa Baraka. Melansir ABC News, Baraka meninggal setelah ditembak di dada.

Baraka adalah komedian yang dikenal dengan unggahan videonya di media sosial. Dalam beberapa kontennya, dia mengejek kelompok milisi dan korupsi di Libya.

Misi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Libya mengatakan, pertempuran mematikan terbaru melibatkan penembakan sedang dan berat. Aksi penembakan juga tidak pandang bulu karena terjadi di lingkungan yang berpenduduk sipil.

3. Penduduk sipil ketakutan

Sejak pemerintahan Gaddafi digulingkan, Libya terbagi menjadi dua pemerintahan timur dan barat yang saling berebut kekuasaan. Pemerintah Persatuan Nasional (GNU) telah dibentuk sebagai pemerintahan transisi untuk menyelenggarakan pemilihan presiden pada Desember nanti.

Dalam pertempuran terbaru, juru bicara ambulans dan layanan darurat Tripoli, Osama Ali, meminta semua pihak yang terlibat bentrokan untuk menghentikan serangan. Ini karena pertempuran terjadi di lingkungan penduduk sipil.

"Kami tidak bisa tinggal lebih lama lagi dan bertahan hidup," kata Ali, seorang mahasiswa dikutip dari Al Jazeera. Dia menyelamatkan diri bersama keluarga dari apartemennya usai peluru menghantam bangunan tersebut.

"Ini mengerikan. Saya dan keluarga saya tidak bisa tidur karena bentrokan. Suaranya terlalu keras dan terlalu menakutkan," kata Abdulmenam Salem, seorang warga Tripoli tengah.

Sementara ini, pertempuran telah mereda tetapi suasana di ibu kota Tripoli masih tegang. Dewan kota Tripoli menyalahkan kelas politik yang berkuasa atas situasi yang memburuk di ibu kota, dan mendesak masyarakat internasional untuk melindungi warga sipil di Libya.

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya