Militer Australia Terlibat Pembunuhan Warga Sipil Afghanistan

Para pejabat penting Australia meminta maaf 

Canberra, IDN Times – Sebuah penyelidikan yang dipimpin oleh Mayjen Paul Brereton tentang kejahatan perang tentara Australia menemukan fakta mencengangkan. Pasukan Australia diketahui telah melakukan pembunuhan terhadap 39 warga sipil non-kombatan. Penyelidikan itu dilakukan atas beberapa insiden yang terjadi sejak tahun 2005 sampai tahun 2016.

Personel militer Australia yang terlibat dalam pembunuhan tersebut, beberapa diantaranya masih aktif bertugas. Beberapa yang lainnya sudah tidak lagi bekerja di lembaga militer. Mereka semua sudah diketahui identitasnya dan memiliki potensi untuk dituntut secara pidana dalam kasus kejahatan perang.

Pembunuhan di luar hukum terhadap warga sipil yang tak bersenjata memiliki konsekuensi besar. Pejabat-pejabat Australia, dari mulai Perdana Menteri, Menteri Luar Negeri dan pejabat strategis lainnya telah meminta maaf secara resmi kepada Presiden dan rakyat Afghanistan. Penyelidikan lebih lanjut masih terus dilakukan.

1. Pembunuhan warga sipil Afghanistan dilakukan oleh personel militer pasukan khusus

Militer Australia Terlibat Pembunuhan Warga Sipil Afghanistan39 warga sipil Afghanistan meninggal oleh 25 pasukan khusus Australia dalam 23 insiden. Ilustrasi (pexels.com/Pixabay)

Penyelidikan tentang kejahatan perang yang dilakukan oleh personel militer Australia, yang mengarah ke para pelaku yakni pasukan khusus Angkatan Udara atau Special Air Service (SAS), dipicu oleh penelitian seorang sosiolog militer yang bernama Dr. Samantha Crompvoets. Awalnya, Crompvoets hanya ditugaskan untuk memeriksa “budaya pejuang” para prajurit tersebut.

Namun dalam perjalanan kerja membantu memeriksa “budaya pejuang” para prajurit, Crompvoets mendengar beberapa tuduhan tentang kejahatan perang yang dilakukan oleh pasukan khusus atau pasukan elit Australia. Melansir dari laman berita The Guardian, Crompvoets mendengar satu insiden dimana pasukan SAS menggorok leher dua pemuda Afghanistan berumur 14 tahun yang mungkin hanya simpatisan Thaliban (19/11).

Kepada The Guardian, Crompvoets berharap bahwa temuan dari laporan Brereton akan memaksa pemikiran ulang tentang “budaya pejuang” pasukan khusus, memperbaikinya serta berharap agar kejadian seperti ini tidak akan terulang lagi di masa depan. Pengakuan mengejutkan lain disampaikan oleh marinis AS yang pernah bekerja dengan SAS bahwa pasukan Australia pernah membunuh warga sipil hanya karena tidak ada ruang untuknya di helikopter.

2. Semua korban adalah warga sipil termasuk tahanan dan petani

Militer Australia Terlibat Pembunuhan Warga Sipil AfghanistanSalah satu perkampungan Afghanistan di lereng gunung (pixabay.com/12019)

Penyelidikan kejahatan perang yang dilakukan Brereton sebenarnya adalah sebuah laporan yang banyak ditunggu oleh orang-orang. Sebab, penyelidikan akan menunjukkan perilaku pasukan Australia, termasuk pasukan khusus, saat ikut misi mengirimkan pasukan ke Afghanistan karena koalisinya dengan Amerika Serikat.

Penyelidikan yang memberi informasi terpercaya tersebut, akhirnya mengungkap bahwa setidaknya 25 personel Pasukan Khusus Australia terlibat dalam 23 insiden yang membuat 39 tahanan, petani dan penduduk lokal menjadi korban pembunuhan. Mereka yang bukan kombatan dilindungi dibawah hukum internasional.

Jendral Angus John Campbell, Kepala Australian Defence Force (ADF), mengatakan bahwa “penemuan ini menuduh pelanggaran paling serius atas tingkah laku militer dan nilai-nilai profesional” ujarnya kepada wartawan di Canberra, seperti dikutip dari kantor berita Reuters (19/11).

Campbell juga menyatakan bahwa pembunuhan di luar hukum terhadap warga sipil dan tahanan tidak dapat diterima. Penyelidik khusus akan segera ditunjuk untuk menentukan cukup bukti guna melakukan penuntutan.

Baca Juga: Australia dan Jepang Sepakati Pakta Pertahanan Militer

3. Respon pejabat-pejabat Australia

Militer Australia Terlibat Pembunuhan Warga Sipil AfghanistanPM Australia, Scott Morrison telah meminta maaf kepada Presiden Afghanistan, Ashraf Ghani. Ilustrasi (instagram.com/scottmorrisonmp)

Penyelidikan panjang yang dilakukan oleh Brereton, meneliti 20.000 dokumen, 25.000 gambar, dan mewawancarai 423 saksi di bawah sumpah. Penelitian panjang itu akhirnya mengungkapkan fakta menyedihkan kekejaman pasukan khusus Australia. Mantan Perdana Menteri Australia, Kevin Rudd mengatakan bahwa dia “sangat muak” dan menyeru agar pelakunya “dibawa ke pengadilan”.

Melansir dari laman berita BBC, Scott Morrison, Perdana Menteri Australia, telah meminta maaf dan menyatakan kesedihannya yang mendalam atas kesalahan yang dilakukan oleh beberapa pasukan khususnya di Afghanistan dan memastikan Presiden Afghanistan Ashraf Ghani, bahwa penyelidikan akan terus berlanjut untuk memastikan keadilan (19/11).

Elaine Pearson dari Human Rights Watch mengatakan kepada BBC “ini adalah pengakuan bahwa kejahatan terjadi”. Selain itu, pejabat Australia lainnya seperti Marise Payne, Menteri Luar Negeri Australia, menyatakan meminta maaf. Kepala ADF pada masa itu, David Hurley, menyampaikan bela sungkawa kepada keluarga korban Afghanistan dan dia merasa kecewa karena penyelidikan ADF dan proses investigasi saat itu tidak mengungkapkan adanya pelanggaran korban sipil karena sebagian besar disembunyikan sebagai korban pertempuran.

Hingga saat ini, Australia masih memiliki sekitar 1.500 personel militer di Afghanistan.

Baca Juga: Jokowi Yakin Integerasi Ekonomi ASEAN-Australia Mempercepat Pemulihan

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya