Militer Myanmar Ancam Demonstran Pakai TikTok

TikTok didesak untuk menghapus konten ancaman kekerasan 

Naypyitaw, IDN Times - Gelombang demonstrasi di Myanmar masih belum surut. Sudah lebih dari satu bulan kudeta dilakukan oleh Tatmadaw (militer Myanmar), demonstrasi dari rakyat Myanmar masih terus dilakukan. Sejauh ini menurut PBB, korban meninggal akibat tindakan kekerasan aparat sebanyak 38 orang.

Dalam dunia digital, sepertinya Tatmadaw juga ingin terus hadir memberikan tekanan. Mereka menggunakan TikTok, sebuah aplikasi video pendek yang populer, dan mereka menyebarkan ancaman tindakan kekerasan. TikTok didesak oleh banyak pihak untuk menghapus video-video ancaman itu.

Media sosial sebelumnya yang jauh lebih populer, yakni Facebook, telah melakukan pemblokiran terhadap halaman militer. Pemblokiran juga merembet ke semua akun yang dikendalikan oleh pemerintahan junta, seperti akun-akun kementrian dan media yang dikelola oleh pemerintah. 

1. Ancaman tindakan kekerasan militer di TikTok

Militer Myanmar Ancam Demonstran Pakai TikTokPara demonstran Myanmar menggunakan tameng dan helm sebagai alat pelindung. (Twitter.com/Paing Takhon No.1 Fan)

Tidak diketahui apakah karena Facebook telah melakukan pemblokiran terhadap halaman militer Myanmar dan semua yang terkait dengan mereka adalah penyebab utama banjirnya TikTok yang berisi konten ancaman kekerasan dari militer Myanmar.

Namun faktanya, kelompok pembela hak digital Myanmar, Myanmar ICT for Development Organisation (MIDO), menemukan ratusan video yang berisi ancaman kekerasan dari personel militer Myanmar untuk para demonstran. Melansir dari kantor berita Reuters, kelompok tersebut menemukan lebih dari 800 video yang isinya adalah ancaman kekerasan.

Dalam penelusuran Reuters, mereka juga menemukan video yang menunjukkan seorang pria dengan senapan laras panjang berbicara "Saya akan berpatroli di seluruh kota malam ini dan saya akan menembak siapa pun yang saya lihat. Jika Anda ingin jadi martir, saya akan penuhi keinginan Anda."

Pihak Reuters telah mencoba menghubungi akun tersebut atau akun-akun lain yang menunjukkan orang-orang berseragam tentara memberikan ancaman, untuk keperluan verifikasi. Namun mereka tidak dapat dihubungi.

2. TikTok didesak untuk menghapus konten ancaman kekerasan

Militer Myanmar Ancam Demonstran Pakai TikTokIlustrasi TikTok. (Unsplash.com/Franck)

Di Myanmar, TikTok menjadi salah satu bintang media sosial yang baru. Aplikasi tersebut masuk dalam 20 besar aplikasi yang paling banyak di Myanmar. Lonjakan jumlah unduhan itu terjadi ketika pihak militer Myanmar melarang media sosial Facebook bulan lalu. Meski begitu, Facebook masih tetap lebih populer.

Namun, lonjakan unduhan aplikasi TikTok telah membuat media sosial berbagi video pendek itu jadi sarang baru bagi ujaran kebencian dan konten yang penuh ancaman tindakan kekerasan.

Melansir dari laman The Guardian, Pendiri Women’s Peace Network, Wai Wai Nu, mempertanyakan mengapa perusahaan aplikasi media sosial tersebut mengizinkan "militer dan penjahat untuk dapat memanipulasi agenda dan mengatur kegiatan untuk mengancam keselamatan dan keamanan publik?” katanya melontarkan kritikan.

Htaike Htaike Aung yang jadi direktur MIDO mengatakan telah membentuk tim khusus untuk memantau video-video militer dan akan meningkatkan pelaporannya kepada layanan TikTok jika mengandung pelanggaran ancaman kekerasan.

TikTok yang mendapatkan hujan kritik, segera melakukan tindakan. Perusahaan tersebut mengatakan telah menghapus video-video yang memicu kekerasan, menyebarkan informasi yang salah, dan "secara agresif memantau untuk menghapus konten yang melanggar pedoman kami," jelasnya.

Baca Juga: Situasi Kian Mencekam, Dubes RI Imbau WNI Tinggalkan Myanmar 

3. Petugas polisi Myanmar membelot

Militer Myanmar Ancam Demonstran Pakai TikTokPara polisi yang mengamankan demonstrasi Myanmar. (Twitter.com/maung zarni)

Sejak kudeta militer terjadi, penentangan kudeta dari pendukung demokrasi terus dilakukan oleh rakyat Myanmar. Para pegawai negeri sipil, dokter, dan para pegawai pemerintahan bahkan pernah ikut melakukan demonstrasi untuk melumpuhkan pemerintahan.

Selain itu, beberapa polisi juga ada yang berada di barisan demonstran untuk ikut serta menentang kudeta militer. Kini, dalam kabar terbaru, beberapa polisi juga secara jelas melakukan pembelotan dan melarikan diri ke negara tetangga, India, untuk mencari perlindungan.

India dan Myanmar berbagi perbatasan darat sepanjang 1.643 km.

Melansir dari laman Al Jazeera, ada tiga polisi yang melarikan diri. Ketiga pria itu melintasi perbatasan dekat kota Vanlaiphai Utara, negara bagian Mizoram, India, pada Rabu sore (3/3). Petugas berwenang melakukan pemeriksaan kesehatan terhadap polisi Myanmar yang membelot tersebut.

"Apa yang mereka katakan adalah mereka mendapat instruksi dari penguasa militer yang tidak dapat mereka patuhi, sehingga mereka melarikan diri," kata Inspektur Stephen Lalrinawma.

Baca Juga: Kronologi Lengkap Kudeta Myanmar yang Picu Demo Berdarah

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya