Parlemen akan Dibubarkan, Puluhan Ribu Rakyat Nepal Protes

Konflik internal partai penguasa melumpuhkan pemerintahan 

Kathmandu, IDN Times – Puluhan ribu rakyat Nepal melakukan aksi unjuk rasa pada Selasa, 29 Desember 2020. Mereka melakukan aksi tersebut untuk memprotes upaya Perdana Menteri Khadga Prasad Sharma Oli yang berusaha membubarkan parlemen. Selain itu para peserta unjuk rasa juga menuntut untuk menunda keputusan pemilihan umum yang dimajukan.

Puluhan ribu orang berkumpul dan tersebar di beberapa bagian ibukota. Banyak juga diantaranya yang berada di dekat kantor Perdana Menteri. Mereka menentang pembatasan aturan virus corona yang melarang orang-orang melakukan pertemuan dalam jumlah banyak untuk melakukan protes.

1. Jumlah peserta aksi sekitar 10.000 orang

Parlemen akan Dibubarkan, Puluhan Ribu Rakyat Nepal ProtesPuluhan ribu rakyat Nepal memadati jalanan Kathmandu dalam aksi protes, mengganggu lalu lintas ibukota Khatmandu. (twitter.com/Barsha Shah)

Perdana Menteri Sharma Oli mengumumkan pembubaran parlemen pada tanggal 20 Desember 2020. Selain itu, dia juga menjadwalkan pemilihan umum pada tanggal 30 April dan 10 Mei tahun depan. Pemilihan umum yang dijadwalkan itu dua tahun lebih cepat dari jadwal semula. Keputusannya seketika membuat negara di lereng lereng Himalaya mengalami kekacauan politik.

Rakyat Nepal yang tidak sepakat dengan langkah Sharma Oli, mengorganisasi diri dan turun ke jalanan ibukota untuk menyampaikan protes atas keputusan tersebut. Melansir dari laman BBC, pejabat polisi yang mengamankan aksi tersebut mengatakan setidaknya 10.000 orang ikut serta dalam unjuk rasa. Demonstrasi juga sangat mengganggu arus lalu lintas karena jalanan dipenuhi oleh puluhan ribu peserta unjuk rasa.

Salah satu mahasiswa peserta aksi yang bernama Rajesh Thapa mengatakan “Perdana menteri tidak memiliki wewenang untuk membubarkan parlemen berdasarkan konstitusi. Karena itu, dia harus segera membatalkan keputusannya”.

Partai penguasa Nepal saat ini adalah NCP (Nepal Communist Party). Tiongkok yang memiliki hubungan erat dengan negara tersebut telah mengirimkan delegasi. Tiongkok mencoba untuk menengahi perpecahan yang ada di pemerintahan tersebut.

2. Penyebab keputusan pembubaran parlemen

Parlemen akan Dibubarkan, Puluhan Ribu Rakyat Nepal ProtesPM Nepal, Sharma Oli. (Wikimedia.org/Tulsirama)

Sharma Oli terpilih menjadi Perdana Menteri Nepal pada tahun 2018. Selain itu dia juga menjabat sebagai ketua umum NCP meski saat ini disengketakan. Namun konflik internal di dalam partai komunis tersebut membuat kepemerintahannya berjalan pincang.

Alasan utama mengapa Sharma Oli berusaha membubarkan parlemen adalah karena pertikaian internal partai. Melansir dari CNN, pertengkaran internal tersebut memicu kurangnya kerja sama dari para anggota partainya. Karena itu, banyak keputusan tidak bisa dilakukan dan membuat pemerintahannya menjadi terseok-seok dan lumpuh.

Sharma Oli kemudian mencoba untuk mencari jalan lain yang dianggapnya sebagai keputusan populer. Dia memutuskan membubarkan parlemen. Pengadilan tinggi di negara tersebut akan mendengarkan petisi pada bulan Januari 2021, yang diajukan terhadap langkah politik dan rencana Sharma Oli melanjutkan pemilihan umum tahun depan, dua tahun lebih awal dari jadwal pemilu yang sudah ditetapkan.

Baca Juga: Chhaupadi, Tradisi Pengasingan Perempuan Saat Menstruasi di Nepal

3. Intervensi Tiongkok

Parlemen akan Dibubarkan, Puluhan Ribu Rakyat Nepal ProtesPeserta aksi protes juga menolak intervensi Tiongkok. (twitter.com/Sibhant Sibal)

Nepal memiliki hubungan buruk dengan India. Sejak Sharma Ali menjabat, Nepal mendekat dan semakin akrab dengan Tiongkok. Dua partai komunis yang saat itu berdiri, akhirnya mampu bergabung menjadi satu dengan agenda nasionalis dan membuat Sharma Oli menjabat Perdana Menteri. Namun seiring perjalanan waktu, para pemimpin partai komunis itu pecah.

Mantan perdana menteri Prachanda, Madhav Nepal dan Jhalanath Khanal adalah pihak kubu yang melawan Sharma Oli. Selain itu, Sharma Oli juga mendapatkan tekanan dari pihak oposisi yakni dari Sher Bahadur Deuba. Dia adalah pemimpin partai oposisi terbesar penantang Sharma Oli.

Tiongkok melihat perpecahan internal partai komunis yang menguasai Nepal, segera mengirim empat delegasi untuk menengahi permasalahan. Namun menurut Hindustan Times, Sharma Oli tidak mau menarik keputusannya untuk membubarkan parlemen. Delegasi Tiongkok juga sempat menemui kubu yang berseberangan dengan Sharma Oli, serta menemui ketua partai oposisi.

Tiongkok dituduh telah melakukan intervensi atas persoalan dalam negeri Nepal namun Beijing membantah tuduhan tersebut. Juru bicara kementrian luar negeri Tiongkok menyatakan “sebagai teman dan tetangga dekat negara, kami berharap pihak-pihak terkait di Nepal dapat mempertimbangkan kepentingan nasional dan gambaran besarnya; mengelola perbedaan dengan baik dan berkomitmen pada stabiitas politik dan pembangunan nasional” katanya menjelaskan.

Baca Juga: Karena Virus Corona, Nepal Tutup Jalur Pendakian Gunung Everest

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya