PBB: 9 Ribu Orang Terusir Akibat Konflik Baru di Sudan Selatan
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (UNOCHA), pada Rabu (7/12/2022), melaporkan bahwa sekitar 9 ribu orang di kawasan Upper Nile atau Hulu Sungai Nil di Sudan Selatan melarikan diri karena konflik terbaru.
Perselisihan lokal seperti perebutan daerah penggembalaan, sumber air, lahan pertanian dan sumber daya lainnya menjadi sebab konflik tersebut. Politik dalam negeri yang terus bergejolak juga memperparah skala konflik.
1. Penyebab utama konflik
Konflik mematikan di Sudan Selatan telah membuat ribuan orang menderita. Pertempuran mematikan dimulai pada Agustus dan menyebar ke daerah lain, serta telah menimbulkan korban jiwa yang tidak diketahui jumlahnya.
Dilansir Swiss Info, UNOCHA menjelaskan bahwa episode konflik terbaru di Fashoda itu setidaknya telah memaksa sekitar 9.100 orang melarikan diri dan mencari perlindungan di tempat lain. Banyak di antaranya bersembunyi di daerah rawa-rawa.
Penyebab utama konflik mematikan di Hulu Sungai Nil di Sudan Selatan adalah perselisihan lokal mengenai perebutan daerah penggembalaan, perebutan sumber air, lahan pertanian dan sumber daya lainnya.
Baca Juga: Sudan: Keadaan Darurat di Darfur Akibat Bentrokan Antarsuku
2. Sebagian besar pengungsi adalah perempuan dan anak-anak
Editor’s picks
Sudan Selatan merdeka dari Sudan pada 2011. Namun dua tahun setelahnya, sampai saat ini, perselisihan politik dalam negeri terus terjadi dan membuat negara itu tidak stabil.
Perselisihan lokal yang berujung konflik mematikan sulit diselesaikan. Politik dalam negeri yang kerap bergesekan semakin mengipasi konflik tersebut. Dari ribuan orang yang mengungsi akibat masalah kekerasan di Hulu Sungai Nil, sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak.
"Menurut responden lokal setidaknya 75 persen pengungsi baru adalah perempuan dan anak-anak, dengan banyak anak terpisah dari orang tua mereka," kata laporan PBB dikutip Al Jazeera.
"Komunitas kemanusiaan di Sudan Selatan terkejut dengan kekerasan terus-menerus yang berdampak buruk pada kehidupan dan mata pencaharian pria, wanita, dan anak-anak," kata Peter Van der Auweraert, koordinator kemanusiaan OCHA.
3. Sebanyak 20 ribu warga mengungsi sejak konflik meletus pada Agustus
Sejak konflik meletus pada Agustus, total sekitar 20 ribu orang telah mengungsi. Bahkan ada yang terpaksa mengungsi hingga empat kali karena konflik terus berkecamuk. Sekitar 3 ribu orang melarikan diri ke negara tetangga Sudan.
Dalam laporan Komisariat Tinggi Urusan Pengungsi PBB (UNHCR), dijelaskan bahwa konflik bersenjata awalnya meletus di desa Tonga, Hulu Sungai Nil, pada 15 Agustus. Sejak itu, konflik telah menyebar secara luas sampai Fashoda.
Kekerasan mematikan itu membuat Sudan Selatan menderita. Negara itu telah dilanda banjir yang dramatis, kerawanan pangan yang buruk, destabilisasi ekonomi, serta konflik bersenjata berlatar gesekan politik. Secara total, sebanyak 6,8 juta orang Sudan Selatan, membutuhkan bantuan darurat.
Baca Juga: Kekurangan Dana, WFP Tangguhkan Bantuannya di Sudan Selatan
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.