PBB di Somalia: Ada Bayi yang Gak Bisa Nangis karena Terlalu Lapar

Anak-anak menjadi kelompok yang paling menderita 

Jakarta, IDN Times - Kepala Kantor Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA), Martin Griffiths, mengatakan bahwa kelaparan di Somalia telah di depan pintu. Ketika mengunjungi negara tersebut, dia mengaku melihat bayi kelaparan yang bahkan terlalu lemah untuk menangis.

Setidaknya 1 juta orang Somalia telah mengungsi karena kekeringan akibat perubahan iklim. Hal ini diperparah dengan lambatnya pasokan bantuan dan perang di Ukraina yang menganggu pasokan bahan makanan yang dibutuhkan.

1. Kelaparan di Somalia sudah di ambang pintu

Pada Senin (5/9/2022), Griffiths memberikan peringatan yang miris tentang ancaman kelaparan yang akan dihadapi oleh warga Somalia. Dalam konferensi pers di ibu kota Mogadishu, kawasan Tanduk Afrika disebut mengalami kekeringan terburuk dalam 40 tahun terakhir.

Melansir Reuters, beberapa bagian Somalia akan dilanda kelaparan antara Oktober dan Desember tahun ini. Penyebab utama adalah kekeringan yang kian memburuk dan harga pangan global yang terus naik.

"Kelaparan sudah di ambang pintu," kata Martin Griffiths.

Griffiths mengaku terkejut setelah melihat situasi Somalia dengan matanya sendiri. Dia melihat bayi kelaparan yang terlalu lemah untuk menangis. Lebih dari 850 ribu orang terdampak dengan puluhan ribu lainnya juga akan menyusul di bulan-bulan mendatang.

Baca Juga: Buntut Kekeringan, 1 Juta Warga Somalia Mengungsi untuk Cari Air 

2. Anak-anak menjadi kelompok yang paling menderita

Banyak warga Somalia yang telah meninggalkan rumah, melakukan perjalanan dengan putus asa untuk mencari bantuan makanan dan air. Di wilayah Baidoa, negara bagian barat daya Somalia, pemandangan yang sangat menyedihkan terlihat.

"Kami pergi ke rumah sakit di kota itu (Baidoa) dan kami melihat pemandangan paling mengerikan dari anak-anak yang kekurangan gizi parah dan akut," kata Griffiths dikutip dari Al Jazeera.

Selama 4 tahun terakhir, wilayah Tanduk Afrika telah mengalami kekeringan. Kini wilayah tersebut akan menghadapi gagal panen untuk yang kelima berturut-turut, kata Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) PBB.

Pada 2011, kelaparan telah melanda beberapa bagian Somalia. Peristiwa itu menyebabkan kematian 260 ribu orang dan lebih dari setengahnya adalah anak-anak di bawah usia 6 tahun.

3. Ancaman kelaparan tahun ini lebih buruk dari sebelumnya

PBB di Somalia: Ada Bayi yang Gak Bisa Nangis karena Terlalu Laparilustrasi (Unsplash.com/Siegfried Poepperl)

Kekeringan telah menjadi faktor utama gagal panen yang menyebabkan kelaparan. Faktor lainnya adalah melonjaknya harga pangan dan aksi kelompok pemberontak al-Shabaab. 

Somalia memperoleh setidaknya 90 persen gandumnya dari Rusia dan Ukraina sebelum perang. Invasi Rusia ke Ukraina saat ini telah menjadi sebab lain kelangkaan dan kenaikan harga pangan di negara tersebut.

Ancaman kelaparan saat ini di Somalia diprediksi akan lebih parah ketimbang bencana kelaparan 2011.

"Ini bukan pengulangan kelaparan 2011. Ini jauh lebih buruk," kata OCHA dikutip dari Associated Press.

Ada sekitar 730 anak telah meninggal di seluruh pusat nutrisi Somalia, dengan lebih dari 213 ribu berada dalam risiko dekat kematian.

"Anda merasa seperti sedang melihat wajah kematian," kata Tjada McKenna, CEO organisasi bantuan Mercy Corps.

Baca Juga: PBB: 213 Ribu Warga Somalia Terancam Kelaparan 

4. Bantuan kemanusiaan mengalami penurunan tajam

PBB di Somalia: Ada Bayi yang Gak Bisa Nangis karena Terlalu Laparilustrasi (Unsplash.com/Tucker Tangeman)

Ancaman kelaparan diperparah dengan berkurangnya bantuan kemanusiaan ke Somalia. Pekan lalu, menurut administrator USAID Samantha Power, bantuan telah berkurang lebih dari 60 persen sejak 2017.

Dengan kekeringan yang cenderung memburuk, situasi keamanan yang tidak stabil dan harga pangan yang tinggi, menyebabkan kelaparan di beberapa wilayah Somalia akan menjadi parah.

Melansir The Guardian, situasi akan menjadi bencana dengan tidak adanya bantuan kemanusiaan yang signifikan untuk menjangkau orang-orang yang paling membutuhkan.

"Kami mengubur bayi dan menyaksikan dengan sedih ketika ibu menangis karena mereka tidak tahu harus memberi makan anak-anak mereka, sekarang sekarat karena kelaparan dan kehausan, dan kekeringan merampas keluarga tanaman dan ternak, satu-satunya sumber pendapatan mereka," kata Daud Jiran, direktur Mercy Corps.

"Sangat menyebalkan bahwa kita sekali lagi mencapai ambang kelaparan ketika kita memiliki alat untuk memerangi kelaparan dan mencegah kelaparan," tambahnya.

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya