PBB: Serangan Udara Prancis di Mali Tewaskan 19 Warga Sipil 

Prancis membantah tuduhan penyelidikan PBB

Bamako, IDN Times - PBB memberikan laporan terbaru tentang serangan udara yang dilakukan oleh Prancis di Mali pada hari Selasa (30/3). Menurut PBB, serangan tersebut telah membuat 19 warga meninggal dunia. Mereka yang menjadi korban adalah warga yang tak bersenjata.

Rilis yang dikeluarkan oleh PBB tersebut adalah hasil penyelidikan yang telah dilakukan dari mulai Januari lalu. Menurut PBB serangan itu menghantam sebuah acara pernikahan yang dihadiri sekitar 100 orang. Pihak Prancis sebelumnya menyatakan bahwa serangan mereka telah menewaskan para ekstrimis yang memiliki afiliasi dengan jaringan al-Qaeda.

Prancis melancarkan operasi militer di daerah Mali sejak tahun 2014 lalu. Prancis menjadi pemimpin dari koalisi yang melawan pasukan pemberontak di wilayah Sahel, di negara-negara bekas jajahan Prancis dahulu yakni Chad, Mali, Niger, Burkina Faso dan Mauritania. Saat ini pasukan Prancis yang terlibat dalam operasi militer tersebut sekitar 5.000 personel.

1. Penyelidikan atas serangan udara pasukan Prancis

PBB: Serangan Udara Prancis di Mali Tewaskan 19 Warga Sipil Personel militer Prancis dalam operasi Barkhane di Sahel. (twitter.com/Roland Hansen France soldier Légion Étrangère)

Pada bulan Januari lalu, tepatnya pada hari Minggu (3/1), pasukan Prancis melakukan serangan udara di wilayah terpencil Mali, di desa Bounti. Sebuah jet tempur melepaskan tembakan ke arah kerumunan penduduk yang sedang merayakan pesta pernikahan.

Prancis mengklaim mereka menyerang para ekstrimis yang berafiliasi dengan al-Qaeda. Korban tewas yang dilaporkan saat itu sekitar 30 personel kelompok ekstrimis.

Namun penyelidikan kemudian dilakukan sehari setelahnya terhadap serangan pasukan Prancis tersebut. Melansir dari kantor berita Reuters, MINUSMA, divisi hak asasi manusia PBB yang ada di Mali menyebutkan bahwa serangan itu telah membunuh warga sipil tak bersenjata.

Menurut laporan MINUSMA, mereka mengkonfirmasi bahwa serangan tersebut mengenai orang-orang dalam perayaan pernikahan. Korban tewas sebanyak 19 orang, termasuk di antaranya 16 warga sipil dan tiga pria bersenjata yang menghadiri acara pernikahan tersebut. Jadi total korban tewas semuanya adalah 22 orang.

MINUSMA melakukan penyelidikan dengan menggunakan citra satelit dan wawancara kepada lebih dari 400 orang. Lebih dari 100 orang di antaranya wawancara dilakukan dengan tatap muka. Dalam hasil wawancara tersebut, MINUSMA juga menyebutkan bahwa ada lima orang anggota Katiba Serma, sebuah kelompok ekstrimis yang memiliki afiliasi dengan jaringan al-Qaeda.

2. Kritik langka keberadaan pasukan Prancis di Mali

Baca Juga: Komisi Sejarah: Prancis Tidak Terlibat Genosida Rwanda

Penyelidikan yang dilakukan terhadap serangan udara Prancis di Mali kali ini adalah salah satu penyelidikan yang mengungkapkan sisi lain pasukan tersebut. Sebelumnya, jarang dilakukan penyelidikan serangan dari pasukan Prancis.

Menurut laman Al Jazeera, apa yang dilakukan oleh MINUSMA adalah sebuah penyelidikan dan sekaligus kritik langka terhadap keberadaan pasukan Prancis di Mali. Menurut MINUSMA, "kelompok yang terkena dampak serangan sebagian besar terdiri dari warga sipil."

Acara pernikahan itu telah direncanakan satu bulan sebelumnya. Banyak warga sekitar dan penduduk dari kota yang menghadiri acara tersebut. Pemisahan gender juga dilakukan, menurut pengakuan warga, di mana tempat laki-laki dan perempuan dibatasi. Selain itu, banyak juga anak-anak di acara tersebut.

Salah seorang korban yang selamat dari serangan memberikan pengakuan. Dia menjelaskan “saya mendengar ledakan yang kuat, ledakan (lagi), dan kemudian ledakan lainnya. Saya kehilangan kesadaran selama beberapa menit dan ketika saya bangun, kaki saya berdarah karena pecahan peluru, dan di sekitar saya (banyak) luka-luka dan mayat,” katanya.

3. Prancis membantah laporan investigasi tim PBB

PBB: Serangan Udara Prancis di Mali Tewaskan 19 Warga Sipil Prancis membantah tuduhan PBB. (pexels.com/Atypeek Dgn)

Tim penyelidik dari divisi hak asasi manusia PBB menerbitkan laporan serangan tersebut pada Selasa (30/3). Pada hari yang sama, Prancis menjawab laporan dan menolak tuduhan yang dialamatkan kepadanya.

Melansir dari laman BBC, Kementrian Pertahanan Prancis "meragukan metodologi yang digunakan oleh pihak PBB." Pihak Prancis juga menegaskan bahwa mereka yang menjadi target serangan udara adalah "kelompok teroris bersenjata."

Pihak Prancis saat setelah serangan itu menerbitkan laporan bahwa pasukannya menggunakan jet tempur Mirage 2000 dalam penyerangan dan menjatuhkan setidaknya tiga bom dengan target yang mereka klaim "kelompok bersenjata."

Namun penyelidikan yang telah dilakukan oleh tim penyelidik dari PBB, MINUSMA, sebagian besar mereka yang tewas adalah penduduk sipil dan bukan anggota dari kelompok bersenjata.

Melansir dari laman resmi PBB, MINUSMA merekomendasikan agar pihak berwenang Mali dan Prancis melakukan "penyelidikan yang independen, kredibel dan transparan" untuk menyelidiki keadaan serangan, pengaruhnya terhadap penduduk sipil Bounti, dan kemungkinan pelanggaran hukum humaniter dan hak asasi manusia internasional.

Baca Juga: Komisi Sejarah: Prancis Tidak Terlibat Genosida Rwanda

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya