Perahu Terbalik, Puluhan Migran Tenggelam di Mediterania

Ikhtiar mencapai Eropa dari Libya

Tripoli, IDN Times - Insiden mematikan kembali terjadi terhadap perahu migran yang mencoba mencapai daratan Eropa. Para migran melakukan perjalanan dari Libya untuk menyeberangi laut Mediterania. Namun perahu mereka terbalik dan puluhan orang tenggelam.

Pada hari Rabu (24/2) PBB mengatakan bahwa puluhan migran tersebut melarikan diri dari Libya yang terus dilanda konflik. Mereka mencoba mencari penghidupan yang lebih baik dan nekat mengarungi laut Mediterania.

Mediterania sendiri adalah jalur favorit para migran ilegal dari Afrika. Namun di laut ini, puluhan ribu orang tewas karena tenggelam. Banyak dari mereka menyeberang dengan perahu yang tidak memadahi atau menjadi korban bagi perdagangan manusia. Pelampung juga hanya bisa dimiliki bagi mereka yang mampu membelinya.

1. Sebanyak 41 migran dilaporkan meninggal

Laut Mediterania memiliki tiga jalur utama yang sering dijadikan oleh para penyelundup untuk membawa migran dari Afrika Utara menuju Eropa. Tiga jalur tersebut adalah jalur timur, tengah dan barat.

Perahu yang terbalik terbaru berada di jalur Mediterania tengah. Melansir dari laman Associated Press, tragedi perahu terbalik itu membuat setidaknya 41 orang meninggal. Perahu diketahui meninggalkan pantai Libya pada tanggal 18 Februari lalu. Bangkai perahu yang terbalik ditemukan dua hari kemudian.

Menurut penuturan para saksi dari penyintas yang selamat kepada UNHCR, (lembaga PBB yang mengurusi pengungsi), tragedi dimulai 15 jam setelah mereka berlayar. Air mulai memasuki kapal dan membuat orang-orang panik.

Beberapa orang yang ada di dalam perahu jatuh dan tenggelam. Lalu air semakin banyak masuk ke perahu, dan penumpang lain melompat mencoba berenang ketika melihat perahu lain. Naas, mereka yang mencoba berenang justru tenggelam. 

2. Diselamatkan kapal dagang

Perahu Terbalik, Puluhan Migran Tenggelam di MediteraniaMigran yang perahunya terbalik diselamatkan oleh kapal dagang yang lewat. Ilustrasi (pexels.com/pixabay)

Sejak Libya dilanda perang pada tahun 2011, hingga kini kondisi negara tersebut tidak stabil. Perang saudara masih berjalan serta menjadi perang proksi bagi beberapa negara. Mereka yang putus asa karena peperangan yang tak henti, mencoba mencari penghidupan lebih baik dan salah satu tujuan utama adalah Eropa.

Dalam catatan resmi, sejak tahun 2014, sudah lebih dari 20.000 migran yang tewas tenggelam di laut Mediterania. Menurut PBB, lebih dari 17.000 di antaranya tenggelam di jalur Mediterania Tengah. Perjalanan para migran terbaru dengan kapal mereka yang terbalik, semakin menambah daftar panjang korban yang meninggal karena berusaha mencapai daratan Eropa dengan perahu yang penuh sesak muatan.

Melansir dari laman Australian Broadcasting Corporation, perahu tersebut berisi 120 penumpang. Ketika air mulai masuk ke perahu dan orang-orang panik dan beberapa tenggelam, beberapa jam kemudian ada sebuah kapal dagang bernama Vos Triton yang lewat dan berusaha menolong mereka.

"Setelah tiga jam, kapal Vos Triton mendekati perahu untuk melakukan penyelamatan tetapi dalam operasi yang sulit dan rumit banyak orang kehilangan jiwa," kata pernyataan bersama UNHCR dan IOM, organisasi migran internasional. Mereka yang selamat dibawa oleh Vos Triton ke pelabuhan Porto Empedocle di Sisilia, Italia.

Baca Juga: Kapal Tenggelam, 43 Migran Tewas di Lepas Pantai Libya

3. Puluhan yang meninggal, hanya satu mayat yang ditemukan

Tragedi terbaru perahu terbalik di Mediterania, meski dilaporkan ada 41 orang yang meninggal, tapi hanya ada satu mayat yang ditemukan. Melansir dari laman Al Jazeera,  mereka yang hilang di antaranya adalah tiga anak dan empat wanita. Salah satu wanita juga dilaporkan meninggalkan bayi yang baru dilahirkan. Bayi tersebut sekarang berada di pelabuhan Sisilia, Italia.

Menyeberangnya para migran dari Afrika Utara menuju daratan Eropa, telah menjadi salah satu keprihatinan tersendiri. Uni Eropa telah menggelontorkan dana sekitar 327,9 juta euro atau setara Rp5,6 triliun untuk mengatasi migran ilegal. Mereka mengeluarkan dana untuk mencegah para migran menyelundup dan memberi pelatihan kepada penjaga pantai untuk mencegat mereka.

Pada tahun 2021 ini, PBB mengatakan sudah ada 160 migran yang tewas tenggelam di Mediterania. Selain itu, lebih dari 3.000 migran berhasil dicegat dan dikembalikan ke Afrika Utara. Negara-negara Uni Eropa seperti Italia dan Malta sering menolak berlabuhnya kapal penyelamat kemanusiaan.

Tapi menurut PBB, penyelamatan orang di laut harus selalu dihormati. Hal itu tidak memandang status hukum atau kebangsaan orang yang diselamatkan, sesuai dengan hukum internasional.

Baca Juga: Kapal Tenggelam, 43 Migran Tewas di Lepas Pantai Libya

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya