Perburuan Badak di Afsel Meningkat pada 2021

Para pemburu mengambil kesempatan saat lockdown dilonggarkan

Cape Town, IDN Times - Wabah virus corona telah mengubah banyak hal, termasuk kebiasaan para pemburu badak ilegal di Afrika Selatan. Selama virus corona melanda, para pemburu badak tersebut tidak dapat banyak melakukan aktivitas karena batasan penguncian (lockdown) yang diterapkan.

Namun, ketika kampanye vaksinasi mulai dilakukan secara cepat dan penguncian mulai dilonggarkan, perburuan badak ini kembali lagi terjadi dan meningkat. Para pemburu mengambil cula dengan cara menembak badak dengan obat bius dan meninggalkan badak sekarat kehabisan darah.

Salah satu pasar besar bagi cula badak adalah Asia, khususnya Vietnam dan Tiongkok. Cula badak dipercaya dapat mengobati beragam penyakit meski tak pernah terbukti secara ilmiah. Cula badak tersebut menjadi bagian dari pengobatan herbal yang diproses dengan cara dijadikan sebagai serbuk.

1. Pelonggaran penguncian membuat perburuan badak kembali meningkat

Perburuan Badak di Afsel Meningkat pada 2021Badak yang kehilangan cula miliknya (Twitter.com/PROTECT ALL WILDLIFE)

Afrika Selatan adalah negara yang terpukul karena serangan virus corona di benua Afrika. Tahun lalu, tepatnya pada bulan Maret, negara tersebut melakukan pembatasan perjalanan dan melakukan penguncian untuk mencegah sebaran infeksi virus.

Seiring dengan penerapan kebijakan tersebut, perburuan liar badak secara ilegal yang terjadi di wilayah Afrika Selatan, khususnya di Tanam Nasional Kruger, menurun. Menurut laporan, pada tahun 2020, ada 394 badak yang tewas karena dibunuh para pemburu. Jumlah itu 30 persen lebih sedikit jika dibandingkan tahun sebelumnya.

Namun pelonggaran kebijakan penguncian mulai dilakukan. Pelonggaran tersebut berakibat pada kembali meningkatnya perburuan badak.

Melansir dari kantor berita Reuters, Jo Shaw, Pemimpin Badak Afrika untuk Jaringan Internasional WWF mengatakan "sejak November, Desember tahun lalu dan hingga 2021, lanskap ini dan khususnya Taman Nasional Kruger telah mengalami sejumlah besar insiden perburuan badak."

Shaw juga menjelaskan bahwa "ada ancaman yang sangat nyata karena tekanan perburuan meningkat sejak lockdown, mungkin untuk memenuhi permintaan dari pasar internasional."

Baca Juga: Berniat Incar Badak Afrika, Pemburu Liar Tewas Diinjak Gajah

2. Wabah virus corona menurunkan aktivitas perburuan liar

Perburuan Badak di Afsel Meningkat pada 2021Jumlah badak Afrika yang diketahui dibunuh pada tahun 2006 sampai 2018. (Twitter.com/Students Against Poaching)

Afrika Selatan adalah salah satu habitat terbesar badak. Negara tersebut telah menjadi rumah bagi 80 persen badak dunia. Meski di beberapa negara Afrika bagian selatan juga ada badak, tapi populasi terbanyak ada di negara Afrika Selatan.

Pada tahun 2019, setidaknya ada 594 badak yang dibunuh. Pada tahun 2020 ketika virus corona menyerang global, termasuk menyerang Afrika Selatan, terjadi penurunan perburuan badak yang cukup signifikan.

Barbara Creecy, Menteri Lingkungan mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa "selama periode penguncian paksa COVID, kami mengalami penurunan signifikan dalam serangan pemburu ke Kruger."

Meski begitu, menurut Deutsche Welle, khusus di Afrika Selatan saja, sebanyak 245 badak di Taman Nasional Kruger tewas dibantai para pemburu. Pada tahun 2020 ada 1.573 aktivitas perburuan yang itu berarti menurun sebanyak 21,9 persen jika dibandingkan pada tahun 2019.

3. Upaya melawan para pemburu badak

Perburuan Badak di Afsel Meningkat pada 2021Proses dehorning untuk menghindarkan badak agar tidak dibunuh oleh pemburu. (Twitter.com/Good Things Guy)

Selama wabah virus corona, taman nasional telah berjuang dengan pemangkasan anggaran yang ketat. Tindakan ini terpaksa mengurangi patroli anti-perburuan. Selain itu, virus corona juga menyebabkan kunjungan wisatawan anjlok yang membuat pengelola taman nasional kesulitan mendapatkan dana tambahan.

Meskipun perburuan terbukti menurun selama wabah virus corona, tapi kecemasan meningkat ketika penguncian mulai dilonggarkan sedangkan di sisi lain taman nasional belum bisa mendapatkan penambahan anggaran pengelolaan.

Melansir dari laman BBC, Prof Keith Somerville dari Durrell Institute of Conservation and Ecology (DICE) University of Kent di Inggris berpendapat bahwa menurunnya jumlah perburuan itu "tidak mungkin dipertahankan ketika pembatasan saat ini berakhir di Afrika Selatan."

Ada berbagai upaya untuk melawan para pemburu badak yang biasanya dilakukan oleh para pemburu lokal yang bekerjasama dengan sindikat perdagangan satwa liar internasional. Salah satu upaya tersebut adalah melakukan patroli secara rutin dan dehorning, atau pemangkasan cula badak.

Metode ini diyakini akan dapat menghindarkan badak jadi sasaran oleh pemburu. Namun, metode tersebut masih banyak diperdebatkan.

Tingkat ancaman hukuman yang lebih tinggi terhadap pemburu dan upaya terkoordinasi yang melibatkan pemerintah negara tetangga Afrika juga telah membantu menurunkan tingkat perburuan. Namun upaya itu dianggap masih belum cukup untuk membantu mengurangi aktivitas perburuan.

Saat ini Afrika Selatan diperkirakan memiliki sekitar 16.000 badak. Namun tiap tahun perburuan terus terjadi dan badak sendiri semakin kesulitan hidup di habitatnya sebab bencana kekeringan yang meluas.

Baca Juga: Berniat Incar Badak Afrika, Pemburu Liar Tewas Diinjak Gajah

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya