Petani Belanda Blokir Supermarket dengan Traktor dan Jerami, Kenapa?

Nelayan juga ikut aksi dengan para petani

Jakarta, IDN Times - Rencana pemerintah Belanda untuk memangkas emisi karbon memicu kemarahan para petani. Mereka menggunakan traktor besar untuk melakukan blokade ke jalan masuk pusat distribusi supermarket, yang memicu kekhawatiran kekurangan makanan di toko-toko.

Masalah utama kemarahan petani adalah rencana Amsterdam memangkas emisi, seperti nitrogen oksida dan amonia hingga 50 persen pada 2030. Pemerintah provinsi diberi tenggat satu tahun untuk merumuskan rencana demi mencapai tujuan itu.

Blokade itu menjadi semakin mengkhawatirkan ketika para nelayan juga mendukung rekan petaninya. Mereka melakukan blokade pelabuhan, sehingga mencegah kapal-kapal komersial berlayar.

1. Petani merasa tidak adil karena dijadikan target pengurangan emisi

Nitrogen oksida dianggap memiliki peran penting dalam polusi udara yang berkontribusi lebih besar terhadap efek buruk karbondioksida. Sedangkan amonia adalah polusi yang dihasilkan dari pupuk yang berbahaya jika menuju perairan.

Dikutip dari Deutsche Welle, petani Belanda merasa mereka menjadi sasaran yang tidak adil. Pemerintah juga didesak untuk memperhatikan masa depan mereka dengan proposal kebijakan pengurangan emisi itu.

Menurut data pemerintah, rencana untuk mengurangi emisi nitrogen lebih dari 70 persen di daerah yang dekat kawasan konservasi, dapat menyebabkan penutupan sekitar 30 persen peternakan.

Di sisi lain, pertanian termasuk peternakan Belanda adalah sektor yang merangkul banyak tenaga kerja, dan menghasilkan pemasukan besar bagi negara tersebut.

Baca Juga: Akui Dulu Ekspor Setengah Juta Budak, Bank Sentral Belanda Minta Maaf

2. Petani, peternak, dan nelayan melakukan blokade

Petani Belanda Blokir Supermarket dengan Traktor dan Jerami, Kenapa?ilustrasi (Unsplash.com/Chris Robert)

Pada Senin (4/7/2022), traktor, jerami besar dan truk milik para petani Belanda menghadang pintu masuk pusat distribusi supermarket. Asosiasi pedagang makanan memperingatkan aksi itu dapat memicu kemacetan pasokan.

Traktor juga diparkir di jembatan di atas kanal, mengganggu kapal tongkang yang sedang parkir karena jembatan tidak bisa dibuka.

Menurut Al Jazeera, bandara internasional Belanda juga telah melakukan persiapan dengan kemungkinan blokade yang lebih luas. Pihak bandara Schiphol mendesak para pelancong untuk menggunakan transportasi umum di tengah kekhawatiran blokade.

Polisi mengancam akan bertindak jika para pengunjuk rasa memblokir akses utama ke bandara internasional dekat ibu kota Amsterdam tersebut.

Para nelayan Belanda juga memblokir pelabuhan sebagai solidaritas rekan petani-peternak. Blokade mencegah kapal feri berlayar ke hampir semua Kepulauan Wadden di lepas pantai utara Belanda.

3. Blokade pusat distribusi merugikan masyarakat Belanda

Pihak berwenang Belanda telah menunjuk seorang perantara untuk melakukan pembicaraan antara organisasi petani dan pejabat, guna menyusun langkah pengurangan polusi.

Tapi, Perdana Menteri Belanda Mark Rutte telah mengesampingkan negosiasi dengan petani, yang dinilai bertanggung jawab atas protes tersebut.

Protes dan blokade para petani Belanda telah memicu kekhawatiran lebih lanjut untuk pasokan makanan.

"Blokade pusat distribusi merugikan warga Belanda. Supermarket melakukan segala yang mereka bisa untuk menjaga stok toko, tetapi jika blokade berlanjut, itu dapat menyebabkan orang tidak dapat berbelanja sehari-hari," kata Biro Pusat Perdagangan Makanan, dilansir ABC News.

Salah satu organisasi petani Belanda, LTO, memiliki hampir 54 ribu bisnis pertanian. Total ekspor para petani itu mencapai 94,5 miliar euro atau sekitar Rp1.477 triliun pada 2019.

Baca Juga: Belanda Minta Maaf ke Penjaga Perdamaian di Srebrenica, Ini Sebabnya 

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya