PM Boris Johnson Siapkan Rencana Lockdown untuk Inggris

Persatuan internasional diperlukan untuk melawan COVID-19

London, IDN Times – Gelombang kedua COVID-19 yang menghantam Eropa, tak terkecuali juga menyerang Inggris membuat otoritas setempat membuat berbagai strategi penanganan dan pencegahan. Perdena Menteri Inggris Boris Johnson, sedang bersiap membuat rencana untuk melakukan penguncian di daerah Inggris Utara.

Melansir dari kantor berita Reuters, ibukota London juga memiliki kemungkinan akan diterapkan kebijakan penguncian wilayah. Kebijakan tersebut akan membuat semua pub, restoran dan bar harus tutup selama dua minggu (28/9).

Sekolah dan toko akan tetap buka. Kantor dan pabrik tetap buka untuk karyawan yang tidak bisa melakukan kerja dari rumah. Penguncian yang direncanakan kemungkinan akan mengancam pekerjaan, mata pencaharian dan kontak sosial.

Gelombang kedua COVID-19 di Inggris menurut data BBC, hingga Sabtu 26 September 2020, infeksi baru virus corona sudah mencapai 6.024 orang dalam sehari-semalam. Infeksi baru sebanyak 6.000 orang tersebut sudah terjadi di Inggris selama empat hari berturut-turut (27/9).

1. Protes anti lockdown, anti masker dan anti vaksinasi

PM Boris Johnson Siapkan Rencana Lockdown untuk InggrisProtes anti-lockdown di London sebabkan belasan pendemo ditangkap dan polisi luka-luka (twitter.com/Bread crumb info)

Sebelumnya, ribuan warga Inggris, khususnya London, melakukan demonstrasi untuk melakukan protes anti lockdown dan penggunaan masker serta vaksinasi. 

Lebih dari 10 ribu orang pada Sabtu, 26 September 2020 pada siang hari, melakukan demonstrasi kebijakan pemerintah. Konsentrasi massa terjadi di Trafalgar Square dan salah satu kelompok yang mengorganisasi adalah Save Our Rights UK. Melansir dari laman berita The Guardian, pembicara pertama dalam demonstrasi tersebut menyampaikan bahwa itu adalah aksi damai (26/9).

Namun aksi demo damai tersebut akhirnya ricuh saat kerumunan tak terkontrol lagi. 16 peserta demo dilaporkan ditangkap dan sekitar 10 orang petugas keamanan terluka. Beberapa bahkan harus dilarikan ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan.

Inggris sedang mengalami guncangan akibat gelombang kedua COVID-19 yang tak tertolak. Namun, warga Inggris khususnya London masih banyak yang tidak sepakat dengan cara-cara pencegahan yang dilakukan oleh pemerintah. Meski begitu, PM Inggris harus memutuskan untuk melakukan penguncian untuk mengendalikan pandemik.

2.Ahli memperkirakan bahwa Inggris akan menderita 100 kematian per hari

PM Boris Johnson Siapkan Rencana Lockdown untuk InggrisIlustrasi corona (IDN Times/Arief Rahmat)

Infeksi virus corona gelombang kedua yang menyerang Inggris telah meningkat begitu drastis. 10.000 infeksi terjadi setiap hari. 100 kematian per hari diperkirakan akan terjadi selama tiga atau empat minggu.

Melansir dari laman Daily Mail, ilmuwan dari SAGE (Scientific Advisory Group of Emergencies) Profesor Graham Medley mengatakan bahwa jumlah “tiga digit angka” itu tak terhindarkan (26/9). Menurutnya, meskipun tingkat kematian hanya 0.8 persen dan baginya itu adalah sebuah prestasi, namun presentase tersebut menunjukkan terjadi peningkatan kematian dengan berpatokan pada meningkatnya infeksi yang terjadi.

Baca Juga: Inggris: Ribuan Demo Anti-Lockdown Ricuh, Belasan Orang Ditangkap 

3. PM Johnson serukan persatuan internasional

PM Boris Johnson Siapkan Rencana Lockdown untuk InggrisPM Inggris Boris Johnson menyeru agar dunia bersatu melawan virus corona. Ilustrasi (twitter.com/Boris Johnson)

Dalam pidatonya di Majelis Umum PBB pada hari Sabtu, 26 September 2020, PM Boris Johnson menyerukan kepada dunia internasional untuk bersatu melawan pandemi. Menurutnya, viris corona telah membuat ikatan antara dunia menjadi compang-camping tidak karuan. Boris mendesak agar para pemimpin dunia bersatu.

Melansir dari laman Times, Boris menjelaskan bahwa 193 negara telah melakukan kampanye secara terpisah-pisah. Sudah saatnya hal itu tidak terjadi karena musuhnya cuma satu yakni virus corona (26/9). Boris Johnson juga membuat sebuah rencana global untuk mencegah pandemi lainnya dengan cara menghubungkan jaringan laboratorium zoonosis dan berbagi data agar bisa melakukan identifikasi lebih awal.

Inggris melalui PM Boris Johnson telah melakukan itikad untuk membantu negara-negara miskin dengan menyediakan 500 juta poundsterling. Dana sebanyak itu akan diberikan kepada COVAXX, lembaga penyedia vaksin WHO, agar negara-negara miskin bisa mendapatkan vaksin segera setelah ditemukan vaksin tersebut. Dia juga mengatakan akan meningkatkan pendanaan sebanyak 30 persen kepada WHO untuk empat tahun ke depan.

Baca Juga: Studi: Mayorits Warga Inggris Enggan Ikuti Aturan Karantina Mandiri

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya