Profil Estonia: Negara Paling Melek Teknologi yang Sering Dijajah

Pernah dijajah Uni Soviet hingga Swedia

Jakarta, IDN Times - Estonia adalah salah satu negara di Eropa yang masyarakatnya telah terdigitalisasi. Sebagian besar layanan publik negara itu dilakukan secara daring dan dilayani dalam 24 jam.

Untuk mendapatkan pencapaian seperti itu, Estonia membutuhkan perjuangan panjang. Di masa lalu, negara ini pernah dikuasai oleh kekuatan asing selama 700 tahun. Pertempuran berdarah kerap terjadi untuk meraih kemerdekaan sebagai bangsa yang mandiri.

Berikut ini adalah profil Estonia, salah satu negara yang masyarakatnya disebut paling melek teknologi di muka bumi.

1. Sistem politik Estonia

Profil Estonia: Negara Paling Melek Teknologi yang Sering DijajahKaja Kallas, Perdana Menteri Estonia (Twitter.com/Kaja Kallas)

Estonia adalah salah satu negara di Eropa, tepatnya di pesisir Laut Baltik. Estonia kerap dimasukkan dalam daftar negara-negara Baltik.

Dalam konstitusinya, Estonia adalah sebuah negara dengan sistem pemerintahan parlementer. Negara tersebut dipimpin oleh Perdana Menteri (PM) yang menjadi kepala esksekutif.

Saat ini, PM Estonia adalah Kaja Kallas, politikus perempuan yang diambil sumpahnya pada Januari 2021 lalu. 

Selain PM, Estonia juga memiliki presiden yang tugasnya sebagian besar seremonial. Presiden Estonia saat ini adalah Alar Karis, ahli biologi yang menduduki jabatan itu pada Oktober 2021.

Dalam bidang legislatif, Estonia menggunakan sistem satu kamar. Parlemen Estonia disebut Riigikogu yang anggotanya dipilih oleh rakyat selama empat tahun. Total anggota Riigikogu, seperti dilansir dalam situs resminya, adalah 101 orang.

2. Luas Estonia lebih kecil dibanding Sulawesi Selatan

Profil Estonia: Negara Paling Melek Teknologi yang Sering Dijajahbendera Estonia (Unsplash.com/Chirs Robert)

Estonia memiliki luas wilayah 45.338 kilometer persegi. Wilayah tersebut sedikit lebih kecil jika dibandingkan dengan provinsi Sulawesi Selatan yang memiliki luas 46.717 kilometer persegi.

Dari jumlah penduduk, Estonia juga jauh lebih sedikit karena hanya memiliki sekitar 1,3 juta jiwa, sedangkan Sulawesi Selatan memiliki penduduk sekitar 8,8 juta jiwa.

Estonia berbatasan dengan Rusia di sebelah timur, Latvia di sebelah selatan, dan Laut Baltik di sebelah barat dan utara.

Negara tersebut merdeka pada 24 Februari 1918 ketika Kekaisaran Rusia runtuh setelah Perang Dunia I. Meski Estonia sempat dikuasai Uni Soviet, Estonia kembali merdeka pada tahun 1991, tapi negara itu merayakan kemerdekaannya tetap setiap tanggal 24 Februari.

Estonia memiliki bendera nasional dengan garis horizontal berwarna biru, hitam dan putih. Menurut Lonely Planet, bendera itu diadopsi pada 1990.

Makna bendera itu sendiri adalah biru melambangkan laut, danau, dan langit. Hitam berarti tanah dan kemampuan melewati masa-masa sulit, sedangkan putih melambangkan kemurnian dan perjuangan negara demi kebebasan.

Dilansir Country Studies, Estonia dibagi menjadi lima belas wilayah administrasi (maakonnad). Maakonnad ini juga dibagi lagi menjadi 255 unit administrasi lokal, dengan 42 adalah kota dan 213 adalah kotapraja.

Baca Juga: Rusia-Ukraina Tak Kunjung Damai, PM Estonia: Putin Jangan Ditemenin!

3. Perang Salib Utara

Profil Estonia: Negara Paling Melek Teknologi yang Sering Dijajahbangunan gereja di sebuah kota di Estonia (Pixabay.com/PuhkusEestis)

Sebelum 1200 Masehi, Estonia adalah sebuah wilayah yang telah dibagi dalam maakonnad. Setiap wilayah ini terdiri dari para petani bebas yang diorganisasikan secara longgar. Mereka juga saling terhubung satu sama lain meski belum dalam bentuk negara atau kerajaan.

Menurut Visit Estonia, orang-orang Viking Estonia pernah melancarkan serangan ke Norwegia dan bahkan menculik Ratu Astrid. Mereka juga berhasil menjarah kota-kota di Norwegia, sebelah utara Laut Baltik.

Nama Estonia sendiri diperkirakan muncul sejak abad ke-1 Masehi yang berasal dari kata Aestii, yang berarti orang Estonia.

Orang-orang Estonia tersebut, pada awal 1200-an, diserang oleh para tentara salib Jerman yang berusaha memaksakan agama Kristen kepada mereka. Kurangnya organisasi politik dan kalah dalam persenjataan membuat Estonia berhasil ditaklukkan.

Perang ini disebut juga Perang Salib Livonian atau Perang Salib Utara. Menurut World History, ini terbilang sebagai Perang Salib episode terakhir di Baltik untuk membuat orang-orang pagan menerima Kristen.

4. Estonia diperebutkan Denmark, Swedia, Rusia dan Polandia-Lithuania

Profil Estonia: Negara Paling Melek Teknologi yang Sering DijajahEstonia pada musim dingin (Unsplash.com/Dmitry Sumin)

Dalam serangan para Ksatria Salib dari Jerman, pasukan ini menyerbu dari arah selatan. Sedangkan Denmark juga menyerang Estonia dari arah utara. Denmark kemudian menguasai beberapa bagian Estonia sekitar tahun 1248, kutip Visit Estonia.

Kota-kota seperti Tallinn, Tartu, Parnu dan Viljandi termasuk yang dikuasai oleh Kerajaan Denmark. Kota-kota ini juga menjadi anggota resmi dari Liga Hanseatic yang makmur yang dipimpin oleh para bangsawan Jerman dan Denmark.

Orang-orang Estonia banyak yang menjadi pedagang dan mendominasi perdagangan maritim Baltik di sepanjang Eropa Utara. Estonia di Abad Pertengahan berkembang secara pesat, yang akhirnya menarik kerajaan lain untuk melirik wilayah ini.

Kekaisaran Rusia kemudian mengklaim bahwa tanah Estonia adalah tanah nenek moyangnya. Dilansir Estonica, tentara Rusia mulai melancarkan serangan pada tahun 1558 dari timur dan maju dengan cepat ke arah barat.

Denmark, Swedia, dan Polandia memandang kemajuan pasukan Rusia itu dengan negatif. Denmark kemudian bergerak menguasai pulau-pulau Estonia Barat sekitar tahun 1559. Swedia, yang mencoba menjaga hubungan dengan Rusia, terdorong untuk ambil tindakan setelah Denmark melangkah.

Beberapa wilayah Estonia Utara secara sukarela menerima kekuasaan Swedia sekitar tahun 1561, dan berharap mendapatkan dukungan dalam kepentingan komersial. Beberapa wilayah tersebut dikuasai Swedia sampai 150 tahun setelahnya.

Sebelah selatan Estonia, Polandia-Lithuania memberikan tekanan dan menguasai wilayah tersebut, memasukkannya ke dalam teritori mereka. Akibat dari perebutan ini, Estonia terpecah menjadi beberapa bagian.

Baca Juga: 5 Destinasi Pantai di Estonia, Pesonanya Bikin Tak Berkedip!

5. Estonia jadi Svenska Estland

Profil Estonia: Negara Paling Melek Teknologi yang Sering Dijajahkota di Estonia (Pixabay.com/Angelo_Giordano)

Rusia, Swedia, Polandia-Lithuania dan Denmark terus bertempur memperebutkan Estonia hingga tahun 1660-an. Denmark mula-mula kehilangan beberapa kendali Estonia Barat dan jatuh ke tangan Swedia. Rusia terdorong oleh Swedia dan menerima perjanjian damai sekitar tahun 1595.

Sekitar tahun 1600-an, menurut Estonica, konflik terbuka terjadi antara Swedia dengan Polandia. Pasukan Swedia yang berhasil menghajar tentara Polandia membuat wilayah Estonia Selatan dikuasai. Di tahun 1643-1645, Denmark yang kembali perang dengan Swedia, kalah dan menyingkir dari Estonia.

Dengan segala kemenangan Swedia, secara otomatis sebagian besar wilayah Estonia dikuasai dan disebut sebagai Svenska Estland atau Estonia Swedia. Selama dikuasai Swedia, bahasa yang digunakan di Estonia adalah Estonia sendiri, Jerman, dan Swedia.

Dijelaskan dalam Country Studies, di bawah kekuasaan Swedia, Estonia mulai memiliki sistem pendidikan dan hukum yang maju. Pada 1632, Swedia mendirikan Universitas Tartu. Pada tahun 1980-an, Swedia juga mendirikan sekolah paroki pertama di Estonia.

6. Rusia menguasai Estonia

Profil Estonia: Negara Paling Melek Teknologi yang Sering DijajahTallinn, ibu kota Estonia (Unsplash.com/Jacques Bopp)

Memasuki tahun 1700-an, Rusia yang dulu disingkirkan Swedia kembali lagi mencoba menguasai Estonia. Dalam sebuah perang besar yang terus dilakukan, Swedia berhasil dipukul mundur. 

Keturunan para bangsawa Jerman lokal, yang telah berada di Estonia selama ratusan tahun, diakui oleh Rusia dan memiliki hak istimewa, meski hanya sebagian kecil dari populasi. Memasuki tahun 1800-an, para petani Estonia yang merasa tertindas mulai melancarkan pemberontakan, kutip Country Studies.

Memasuki tahun 1850-an, budaya Estonia juga bangkit dan melawan Russifikasi dari Tsar Rusia di tanah mereka. Bahkan pemberontakan besar terjadi pada tahun 1905 di mana Estonia menuntut otonomi.

Terjadinya Perang Dunia I yang mempertandingkan kekuatan Rusia-Jerman juga membuat Estonia terdampak. Ketika perang memicu runtuhnya Kekaisaran Rusia, Estonia yang berhasil dikuasai Jerman akhirnya mendeklarasikan kemerdekaan pada 24 Februari 1918.

Sampai Perang Dunia II, Estonia adalah negara yang merdeka. Tapi pada 6 Agustus 1940, Soviet melancarkan serangan yang membuat negara itu diduduki. Namun ketika Jerman menginvasi Soviet, secara bertahap Estonia berhasil dikuasai pasukan Nazi.

Kekalahan Nazi Jerman membuat Estonia kembali lagi dikuasai Soviet dan terus bertahan sampai keruntuhannya di tahun 1991. Selama era Soviet, menurut University of Central Arkansas, beberapa pemberontakan terjadi yang menyebabkan puluhan ribu orang Estonia tewas.

Estonia mendeklarasikan kemerdekaan dari Soviet pada 20 Agustus 1991. Islandia, Masyarakat Eropa, dan Amerika Serikat kemudian memberikan bantuan diplomatik. Pada 6 September 1991, Soviet menerima kemerdekaan Estonia.

7. Estonia negeri digital

Profil Estonia: Negara Paling Melek Teknologi yang Sering Dijajahilustrasi (Unsplash.com/Jason Goodman)

Sejak berpisah dari Soviet pada 1991, ekonomi Estonia terguncang hebat. Transisi ekonomi kemudian dilakukan dari sistem komunisme ke sistem pasar bebas. Satu hal yang sangat penting adalah kekuatan transformasi sektor teknologi.

Untuk memberi kesadaran pada melek teknologi, Estonia menekankan pada sektor pendidikannya. Pada tahun 1998, dilansir dari MIC, Estonia memiliki program setiap ruang kelas ada komputer dengan akses internet.

Pada tahun 2000, setiap ruang kelas di Estonia telah memiliki komputer dan terhubung ke internet. Pemerintah juga memberi tawaran pelatihan komputer gratis kepada 10 persen orang dewasa.

Transformasi teknologi itu melahirkan inovasi. Dikutip CNBC, Estonia pada 2002 meluncurkan sistem identitas teknologi tinggi dengan tanda tangan digital. Kartu tersebut digunakan untuk bayar pajak, memilih dalam pemilu, transaksi perbankan, dan mengakses catatan perawatan kesehatan.

Digitalisasi dan pendidikan pemrograman komputer terus menjadi andalan, sehingga Estonia menjadi negara raja start-up. Skype, sebuah layanan obrolan video, diluncurkan di Estonia pada 2003.

Kesuksesan Skype itu juga memicu anak muda Estonia mengembangkan inovasi. Sampai tahun 2016, diperkirakan ada 350 start-up dan terus berkembang. Perkembangan itu memicu gelontoran modal asing yang mengucur ke Estonia.

Saat ini, sebagian besar warga Estonia adalah pengguna internet, 99 persen layanan publik dilakukan secara daring dan hampir sepertiga warga ikut pemilu lewat internet. Warga Estonia saat ini disebut sebagai warga paling melek teknologi digital di muka bumi.

Baca Juga: 5 Taman Nasional Terbaik di Estonia, Pesonanya Bikin Tak Berkedip!

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya