Profil Olaf Scholz, Kanselir Jerman Pengganti Angela Merkel

Pernah dijuluki seperti robot karena tidak bisa berekspresi

Jakarta, IDN Times - Wakil dari Partai Sosial Demokrat Jerman (SPD), Olaf Scholz, terpilih sebagai Kanselir Jerman menggantikan Angela Merkel. Scholz terpilih setelah tiga partai SPD, Partai Hijau, dan FPD membentuk koalisi dan mengantongi suara mayoritas di Budestag atau parlemen Jerman.

Schols telah digadang-gadang menggantikan Merkel sejak memenangkan pemilu Jerman. SPD berhasil mendapatkan suara 25,7 persen, unggul tipis dari Persatuan Demokratik Kristen (CDU) yang dipimpin oleh Angela Merkel dengan 24,1 persen suara. 

Berikut IDN Times sajikan profil Kanselir Jerman yang baru, Olaf Scholz. 

1. Aktivis politik sejak usia muda

Profil Olaf Scholz, Kanselir Jerman Pengganti Angela MerkelOlaf Scholz ketika masih muda dan bergabung dengan Jusos (Wikipedia.org/Gladstone~dewiki)

Lahir pada 14 Juni 1958, Olaf Scholz adalah aktivis setia SPD (Social Democratic Party of Germany). Dia mulai bergabung sebagai aktivis politik di Jusos, kelompok kerja milik SPD untuk anak-anak muda.

Scholz bergabung pada 1975, yang saat itu dia masih berusia 17 tahun. Dirinya pernah menjabat sebagai wakil pemimpin Jusos. Saat ini, organisasi pemuda milik SPD tersebut telah memiliki anggota sebanyak 70 ribu orang.

Jeremy Cliffe menulis di New Statesman bahwa orang tua Scholz adalah pekerja tekstil. Masa muda Scholz dihabiskan tenggelam dalam partai politik sayap kiri. Dia mengkritik sistem kapitalisme dan memiliki kemarahan yang mencerca NATO sebagai "imperialis-agresif."

Para pemuda 'pembangkang' milik SPD masih sangat aktif dan organisasi ini turut menggerakkan mesin partai di Brandenburg dan Mecklenburg-Vorpommern. Dilansir The Guardian, di dua wilayah timur laut Jerman yang menempel dengan ibu kota Berlin itu, SPD dengan telak 'menghancurkan' mesin politik CDU.

Wilayah timur laut itu, pada pemilu 2021 didominasi warna merah, warna khas partai SPD, salah satu partai tertua di Jerman yang dibentuk pada 1863 silam.

Sampai saat ini, Scholz masih setia dengan partai dan jadi tokoh yang diunggulkan untuk menggantikan posisi Angela Merkel sebagai Kanselir Jerman.

Scholz lahir di kota Osnabruck, akan tetapi dia dibesarkan di Hamburg. Karirnya diawali sebagai seorang pengacara yang spesialis mengurusi hukum perburuhan dan ketenagakerjaan. Setelah itu, ia malang-melintang mengabdikan diri sebagai politikus.

Baca Juga: 6 Fakta Angela Merkel, Kanselir Jerman yang Segera Pensiun

2. Disebut seperti robot

Profil Olaf Scholz, Kanselir Jerman Pengganti Angela MerkelOlaf Scholz (kanan) (Twitter.com/Olaf Scholz)

Sebagai calon potensial Kanselir Jerman, Olaf Scholz pernah disebut oleh media lokal Jerman seperti robot. Itu terjadi ketika dia menjabat sebagai Sekjen SPD.

'Scholzomat' julukan yang diberikan kepadanya, adalah dua gabungan kata dari nama Scholz dan Automat. Pasalnya, lelaki berusia 63 tahun itu memiliki kebiasaan membela reformasi pasar tenaga kerja dalam formula pidato teknokratis yang berulang, tulis Deutsche Welle.

Meski mendapatkan julukan tersebut selama bertahun-tahun, dia membela diri. Dia mengatakan, "saya adalah penjual pesan itu. Saya harus menunjukkan kegigihan tertentu."

Secara personal, Scholz dinilai sebagai seorang politikus yang tidak memiliki karisma. Dia adalah seorang introvert, tidak memiliki kesukaan untuk menempatkan diri dalam sorotan, dan dia adalah orang yang terlihat dingin serta tidak kenal basa-basi.

Scholz dinilai tidak tahu bagaimana mengekspresikan diri atau menunjukkan emosi. Bahkan di saat kegembiraan sekalipun, dia menunjukkan wajah tetap dingin seperti biasa. 

Di dalam tubuh partai SPD, Olaf Scholz yang memiliki istri bernama Britta Ernst, dikenal sebagai sosok yang fleksibel. Meski ketika SPD menjadi lebih condong ke kiri (Marxis), Scholz secara luwes bisa menempatkan diri.

Dia dinilai sebagai seorang sentrisme, yang mirip dengan Angela Merkel di CDU. Dilansir dari CNN, gaya politiknya juga tidak berbeda dengan merkel. Corinnna Hoerst dari German Marshall Fund of United States (GMF) mengatakan "dia tampil tenang, terukur, mantap."

3. Jatuh dari politik nasional dan aktif di politik lokal, lalu kembali ke puncak

Profil Olaf Scholz, Kanselir Jerman Pengganti Angela MerkelSalah satu pemandangan kota Hamburg (Unsplash.com/Norbert Hentges)

Ketika SPD berkoalisi dengan CDU pada 2007, Olaf Scholz diangkat sebagai menteri tenaga kerja. Tetapi, ketika koalisi itu pecah pada 2009, Scholz akhirnya tersingkir dari gelanggang politik nasional.

Kemudian, dirinya lebih memilih kembali ke Hamburg dan berjuang untuk jabatan wali kota. Dia mengundurkan diri dari anggota Bundestag dan bertarung untuk jabatan puncak di Hamburg.

Partai SPD tingkat lokal itu memiliki citra yang suram, kemudian diambil alih kepemimpinannya oleh Scholz. Jeremy Cliffe menjelaskan, berbagai manuver politik telah membuat SPD Hamburg memenangkan hati masyarakat dan dia terpilih sebagai wali kota pada 2011.

Setelah mengurusi Hamburg, terbukti berhasil menyelesaikan permasalahan di kota tersebut, pada pemilu 2015 dia terpilih kembali untuk periode keduanya hingga 2018. 

Pada 2017, kekacauan terjadi di Hamburg ketika menjalankan KTT G20. Scholz dikritik karena meremehkan demonstrasi yang kemudian bentrok dan membuat beberapa polisi terluka.

Setelah jabatan ini, Olaf Scholz kembali dipercaya di posisi politik nasional dengan menjabat sebagai Menteri Keuangan Federal Jerman, saat SPD kembali berkoalisi dengan CDU.

Sudha David-Wilp dari GMF menjelaskan, jabatan Menteri Keuangan di era akhir Angela Merkel telah banyak membantu sang Kanselir. 

"Dia telah menjadi tangan kanan (Merkel) dalam hal memimpin negara selama empat tahun terakhir, dia (memainkan) biola kedua setelah Merkel, tetapi dia memiliki kekuatan luar biasa di dalam pemerintahan Jerman, dan juga di Eropa (di mana dia) mewakili Jerman dalam hal kebijakan Euro," jelas Wilp.

Baca Juga: Partai Angela Merkel Kalah Tipis dalam Pemilu Jerman

4. Partai SPD berterima kasih kepada Olaf Scholz

Profil Olaf Scholz, Kanselir Jerman Pengganti Angela MerkelOlaf Scholz ketika kampanye untuk SPD (Twitter.com/Olaf Scholz)

Meskipun saat ini disebut sebagai calon potensial sebagai Kanselir Jerman, Olaf Scholz adalah orang yang dinilai tidak populer di dalam partainya sendiri. Lelaki yang telah menghabiskan usianya untuk menjadi anggota SPD itu sering terjungkal, bahkan di dalam internal partai.

Pada 2019, dia mencalonkan diri sebagai ketua partai, tapi kalah dari Saskia Esken dan Norbert Walter-Borjan. Dua orang itu berjanji akan membawa SPD semakin ke kiri, ketika Scholz lebih terkenal sebagai sorang yang sentrisme.

Tapi, selama menjadi Menteri Keuangan Angela Merkel, menurut BBC, publik Jerman menerima pesan Olaf Scholz dalam skema pembiayaan yang baik hati, untuk mereka yang terdampak virus corona, khususnya para pekerja dan pebisnis.

Ketangguhan Jerman dalam menghadapi pandemik, tak terlepas dari kebijakan handal Olaf Scholz yang duduk sebagai Menteri Keuangan.

Pencapaian itu ternyata menarik suara konstituen untuk mendukung SPD dalam pemilihan parlemen. Kemenangan tipis SPD atas CDU membuat partai berterima kasih atas peran Olaf Scholz.

Tak bisa dipungkiri, SPD yang mendapatkan hasil buruk dalam satu dekade, telah mencapai hasil gemilang hanya dalam beberapa bulan kampanye dan sosok utama yang membangkitkan elektabilitas itu adalah Olaf Schoz.

Secara mengejutkan, pimpinan partai SPD memilih Olaf Scholz untuk diajukan sebagai Kanselir Jerman, menggantikan Angela Merkel.

Tapi, SPD perlu berjuang untuk merangkul partai Hijau dan FDP untuk berkoalisi mendominasi parlemen. CDU, partai penguasa Jerman yang saat ini kalah, juga terlihat berusaha mendekati Scholz untuk membangun koalisi.

5. Hubungan Jerman dengan negara lain ketika dipimpin oleh Olaf Scholz

Profil Olaf Scholz, Kanselir Jerman Pengganti Angela MerkelOlaf Scholz dan Emmanuel Macron (Twitter.com/Olaf Scholz)

Olaf Scholz bisa disebut radikal sejak muda ketika bergabung dengan Sosialis Demokrat. Namun, perjalanan karir politiknya, terlebih ketika memimpin Hamburg, menjadi pelajaran berharga untuk bisa luwes dalam menerapkan kebijakan.

Di dalam SPD, dia tidak terlalu ke kiri. Ini mirip dengan Angela Merkel. Dia tidak terlalu ke kanan dalam tubuh partai CDU yang konservatif. Gaya memimpin Merkel bahkan dinilai lebih cenderung sosialis-demokrat meski dari partai sayap kanan.

Ada perkiraan bahwa jika nanti Scholz benar-benar menjadi Kanselir, maka berbagai kebijakannya tidak akan jauh berbeda dengan Angela Merkel.

Dilansir dari Politico, meski masa lalu Scholz adalah sosok yang mengkritik keras sistem kapitalisme dan mencela NATO, tapi kemungkinan dia akan meninggalkan gaya 'lakukan sendiri' versi Angela Merkel.

Scholz kemungkinan akan berkoordinasi lebih dahulu dengan Uni Eropa (UE), khususnya ketika berhubungan dengan raksasa China.

Meski dinilai kurang pengalaman dalam diplomasi dengan dunia luar, Scholz telah mengatakan akan bekerja untuk "Eropa yang kuat dan berdaulat, serta satu suara." Jika tidak demikian, menurutnya, maka Jerman akan kehilangan peran.

Scholz juga akan melihat kerja sama dengan Amerika Serikat dan NATO sebagai prinsip mendasar, meluweskan diri untuk tidak seradikal seperti ketika masih muda.

Baca Juga: Jerman Izinkan Masjid Kumandangkan Azan Jumat

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya