Protes Krisis Air Iran: Satu Polisi Dikabarkan Tewas

Sorang demonstran juga dikabarkan tewas tertembak

Teheran, IDN Times - Iran menghadapi kekeringan terburuk dalam 50 tahun terakhir. Banyak sungai yang mengering dan pasokan aliran listrik yang mana turbinnya digerakkan oleh air juga mengalami penurunan drastis. Hal itu membuat pemerintah melakukan pemadaman listrik bergilir di beberapa kota Iran.

Tindakan pemadaman listrik bergilir itu telah membuat banyak warga Iran frustrasi dan marah. Kini ditambah dengan kekurangan pasokan air untuk rumah tangga, yang itu membuat kemarahan lain bertumpuk menjadi satu.

Salah satu provinsi Iran yang kaya minyak, yakni Khuzestan, sekitar 118 kilometer sebelah barat daya ibukota Teheran, penduduk tak lelah menggelar demonstrasi. Hingga Rabu pagi (21/7), mereka telah melakukan demonstrasi atas krisis air selama enam hari berturut-turut. Korban berjatuhan baik dari warga maupun dari pasukan kepolisian.

1. Polisi melepaskan tembakan di tengah demonstrasi damai

Kekeringan yang terus memburuk di Iran telah membuat banyak penduduk tersiksa, khususnya mereka yang berada di wilayah provinsi Khuzestan. Selama enam hari terakhir penduduk turun ke jalanan melakukan protes dan meneriakkan slogan-slogan anti-pemerintah.

Penduduk provinsi Khuzestan yang banyak menganut Sunni, merasa selalu mendapatkan diskriminasi dari dominasi Syiah yang memerintah Iran. Mereka menuduh ada mafia air yang membuat penduduk tidak mendapatkan pasokan. Peternakan dan pertanian juga hancur karena krisis air tersebut. Pemadaman listrik bergilir menambah frustrasi dan kemarahan.

Penduduk Khuzestan tak lelah berhari-hari menggelar demonstrasi dan menuntut pemerintah menyediakan air. Melansir laman CNN, tapi demonstrasi tersebut kini mulai berubah menjadi aksi kekerasan.

Banyak video beredar di media sosial tentang protes krisis air itu. Seorang perempuan yang ikut demonstrasi dalam sebuah video mengatakan kepada polisi yang bertugas "Pak! Pak! Demonstrasi itu damai. Mengapa Anda menembak? Tidak ada yang mengambil tanah dan air Anda."

Pekan lalu, tepatnya pada hari Jumat (16/7) demonstrasi krisis air tersebut memakan korban. Awalnya hanya ada laporan satu korban yang meninggal tapi kemudian ada laporan dua orang yang meninggal. Mereka adalah Ghasem Khozeiri, 18 tahun dan Mostafa Naimawi, 30 tahun.

Pengunjuk rasa menyebut pasukan keamanan yang telah membunuh mereka, padahal dua orang itu hanya warga biasa yang lewat dan tidak ikut melakukan demonstrasi. Sedangkan pihak pemerintah menuding ada "perusuh" yang mengacau dan menembak warga.

2. Slogan anti-pemerintah Iran bergaung di Teheran, polisi tewas di Mahshahr

Baca Juga: Iran Desak Biden Bawa AS Kembali ke Kesepakatan Nuklir Iran

Protes kekurangan air yang terjadi di provinsi Khuzestan dan sudah berlangsung selama enam hari, telah menarik banyak orang di provinsi dan kota lain. Bahkan di ibukota Teheran, orang-orang ikut mendukung protes di Khuzestan.

Melansir kantor berita Reuters, unjuk rasa digelar di Teheran dan slogan-slogan anti-pemerintah pada hari Rabu (21/7). Demonstrasi itu terekam dalam sebuah video yang beredar di media sosial, namun belum dapat dikonfirmasi secara independen oleh Reuters.

Di kota pelabuhan Mahshahr, bagian selatan provinsi Khuzestan, kekacauan juga timbul. Polisi yang mencoba mengendalikan unjuk rasa menembakkan gas air mata ke arah demonstran. Namun kabar lain juga menyebutkan seorang polisi tewas ditembak oleh para "perusuh" di kota tersebut.

Berbagai kelompok oposisi pemerintah dan aktivis menyerukan demonstrasi untuk memberikan dukungan kepada penduduk Khuzestan. Pada Rabu pagi di stasiun metro Teheran, seorang perempuan yang ikut unjuk rasa meneriakkan kalimat protes "turunkan (pemerintahan) Republik Islam (Iran)."

3. Seorang demonstran dikabarkan tewas di kota Izeh

Demonstrasi penduduk atas krisis air di provinsi Khuzestan, Iran, digelar di beberapa kota di antaranya adalah Mahshahr, Susangard, Behbahan, Abadan, Izeh, Ahvaz, Khorramshahr dan Shadegan. Menurut laman Al Jazeera, pemadaman atau perlambatan internet juga terjadi secara sporadis di seluruh provinsi.

Meski begitu, banyak video demonstrasi yang tetap bisa keluar dan beredar di media sosial. Dalam video tersebut, kerap kali terdengar suara tembakan dan gas air mata yang dilepaskan oleh pasukan keamanan pemerintah.

Sampai sejauh ini belum jelas berapa orang yang ditangkap, berapa orang yang meninggal atau terluka. Namun menurut sebuah organisasi hak asasi manusia Iran HRANA (Human Rights Activist News Agency), seorang yang ikut demonstrasi di kota Izeh, sebuah kota di ujung timur Khuzestan, tewas terkena tembakan.

Jadi total ada tiga penduduk Khuzestan yang tewas selama enam hari protes krisis air tersebut.

Pasukan militer ikut diturunkan di kota Izeh untuk mengamankan situasi dan dikabarkan, mereka juga melepaskan tambakan gas air mata ke arah demonstran. Pasukan pemerintah menanggapi para demonstran dengan aksi kekerasan.

Seorang pengacara bernama Fereshteh Tabanian yang berbasis di Ahvaz, sebuah kota di bagian tengah Khuzestan mengatakan "masalah Khuzestan berasal dari proyek transfer air ilegal dari sungai dan mencuri air dari sumber sungai oleh mafia air,” jelasnya. Pejabat dianggap melakukan kelalaian yang menyebabkan seringnya pemadaman air minum dan pengeringan Sungai Karun di Khuzestan.

Dua orang mantan Presiden Iran yang bernama Mohammad Khatami dan mantan Presiden Iran garis keras Mahmoud Ahmadinejad melontarkan kritik atas reaksi pihak berwenang dalam menghadapi demonstran.

Khatami mengatakan “tidak ada organisasi politik, keamanan, militer atau penegak hukum yang berhak menghadapi protes rakyat dengan kekerasan, senjata atau peluru dengan alasan untuk melawan kekacauan,” tegasnya.

Baca Juga: AS Kirim Serangan Udara ke Kelompok Milisi yang Didukung Iran

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya