Puluhan Mayat Mengambang di Sungai Perbatasan Ethiopia-Sudan

Beberapa mayat adalah etnis Tigrayan 

Khartoum, IDN Times - Di sungai Setit, atau yang dikenal di Ethiopia sebagai sungai Tekeze, pada hari Senin (2/8), puluhan mayat ditemukan mengambang. Sungai tersebut adalah sungai yang membatasi wilayah Tigray-Amhara, juga sungai yang jadi perbatasan negara Sudan-Ethiopia.

Seorang pejabat sudan di provinsi Kassala, mengatakan bahwa penduduk telah menemukan sekitar 50 mayat. Mereka tampaknya adalah orang-orang yang melarikan diri dari pertempuran yang terjadi di wilayah Tigray, Ethiopia.

Dalam seminggu terakhir, mayat-mayat itu ditemukan. Ada yang dapat diambil lalu dikuburkan, ada yang tidak dapat diambil karena arus yang cukup deras. Beberapa yang ditemukan, memiliki luka tembak, luka sabetan kapak atau tangan mereka terikat dengan tubuh yang membengkak. Beberapa mayat itu diidentifikasi sebagai penduduk etnis Tigrayan.

1. Puluhan mayat mengambang di sungai yang mengalir di Sudan

Perang yang meletus di regional Tigray antara militer federal Ethiopia dengan Tigrayan People's Liberation Front (TPLF) telah berlangsung sekitar sembilan bulan sejak dimulai pada November 2020. Dalam beberapa pekan terakhir, tingkat eskalasi semakin meninggi dan front pertempuran baru mulai terbuka di wilayah tetangga seperti regional Afar dan Amhara.

Dalam kecamuk perang tersebut, ada ribuan korban jiwa dan jutaan orang yang mengungsi. Lebih dari 50 ribu penduduk Tigray menyeberang ke Sudan untuk mengungsi di provinsi Kassala, di kamp Hamdayet.

Sekitar 42 kilometer dari kamp pengungsi, sebuah desa bernama Wad Alhilew, dekat bendungan Setit, pejabat lokal dan penduduk Sudan menemukan mayat dan telah mengambil sekitar 20 mayat.

Melansir laman Reuters, mereka mengambil enam mayat dari sungai pada Sabtu (31/7), sembilan mayat pada hari Minggu (1/8) dan lima mayat pada hari Senin (2/8). Beberapa mayat telah ditembak, yang lain tangan mereka terikat tanpa ada tanda yang terluka.

Pada bagian lain sungai, seorang dokter bedah dari Humera, kota di Ethiopia yang berbatasan dengan Sudan, bernama Tewodros Tefera, mengatakan telah mengubur 10 mayat selama enam hari terakhir di Sudan. Tefera adalah penduduk Tigray yang mengungsi ke Sudan dan dia diberitahu oleh nelayan dan pengungsi setempat bahwa 28 lainnya telah ditemukan, termasuk tujuh pada hari Senin.

"Mereka ditembak di dada, perut, kaki dan juga tangan mereka diikat," katanya. Dengan bantuan para pengungsi, tiga dari mayat tersebut diidentifikasi adalah etnis Tigrayan dari Humera.

2. Beberapa mayat adalah etnis Tigrayan setelah diidentifikasi dengan bantuan para pengungsi

Baca Juga: Prancis Serukan Akhiri Konflik Ethiopia

Sungai Setit atau Tekeze mengalir melewati beberapa daerah paling genting di mana TPLF menuduh pasukan federal Ethiopia dan sekutunya melakukan kekejaman dalam memerangi Tigrayan.

Penemuan mayat-mayat yang mengambang di sungai Setit itu, oleh pejabat Sudan yang berbicara dengan syarat anonim, mengatakan bahwa penyelidikan forensik diperlukan untuk menentukan penyebab kematian.

Melansir laman Associated Press, dokter Tewodros mengatakan mayat-mayat itu ditemukan di hilir dari Humera, sebuah kota yang terhitung paling awal terjadinya pertempuran antara militer federal Ethiopia dengan sekutu melawan TPLF.

“Kami sebenarnya merawat jenazah yang ditemukan nelayan,” kata Tewodros. "Saya menduga ada lebih banyak mayat di sungai."

Selain Tewodros, dokter lain yang bekerja di Hamdayet dan memeriksa mayat-mayat tersebut juga memberikan kesaksian. Kepada Associated Press, dia berbicara dengan syarat anonim bahwa beberapa mayat memiliki tanda wajah yang menunjukkan bahwa mereka adalah Tigrayan.

“Saya melihat banyak hal yang biadab. Beberapa telah disabet (dengan) kapak," katanya.

3. Front pertempuran baru di Amhara membuat lebih dari 200 ribu penduduk mengungsi

Puluhan Mayat Mengambang di Sungai Perbatasan Ethiopia-SudanBantuan makanan untuk penduduk Tigray yang terancam kelaparan dan malnutrisi. (Twitter.com/WFP_Ethiopia)

Selama delapan bulan sejak pertempuran meletus pada November 2020, konflik berkutat di regional Tigray. Pasukan militer federal Ethiopia yang dibantu pasukan regional lain seperti Amhara, telah dengan cepat mampu menguasai beberapa kota dan termasuk benteng terakhir TPLF, yakni ibukota Mekelle.

Namun, berbulan-bulan setelahnya, gerilya TPLF terus berlangsung dan akhirnya Mekelle mampu kembali diambil alih oleh TPLF. Memasuki bulan ke-9 ini, pertempuran semakin meluas ke regional tetangga.

Kini, TPLF kemudian bangkit dan bertekad untuk mengambil alih kota-kota lain di wilayah regionalnya. Bahkan TPLF telah menyeberang ke regional Afar di timur dan ke regional Amhara di barat. Dua regional yang berbatasan dengan Tigray itu kini menjadi front pertempuran terbaru dalam konflik Ethiopia yang mematikan.

Melansir laman VOA News, Martin Griffiths, kepala bantuan PBB yang telah berkunjung ke Ethiopia, mengatakan bahwa sebanyak 54.000 penduduk Afar saat ini telah mengungsi akibat meletusnya pertempuan. Sedangkan di Amhara, sebanyak 200.000 orang saat ini juga menjadi pengungsi karena pertempuran yang terus berkecamuk.

Di Tigray sendiri, ratusan ribu pengungsi terancam kelaparan. Ibu hamil dan anak-anak mengalami kurang gizi akut. Jutaan warga Tigray menggantungkan hidup dari bantuan luar.

Di sisi lain, truk-truk bantuan PBB tidak bisa memasuki wilayah Tigray dalam beberapa pekan terakhir karena jalur utama diblokade. Ancaman juga terjadi kepada para pekerja kemanusiaan karena pertempuran yang kian mengganas.

Griffiths mengatakan "kami membutuhkan 100 truk setiap hari menuju Tigray untuk memenuhi kebutuhan kemanusiaan.” katanya. Itu adalah jumlah yang sudah diperhitungkan dan "bukan dibesar-besarkan," jelasnya kepada para wartawan saat berada di ibukota Addis Ababa. Dalam beberapa hari terakhir, Griffiths mengatakan bahwa 122 truk berhasil masuk ke Tigray.

Baca Juga: Front Baru Perang Tigray-Ethiopia Terbuka di Wilayah Afar

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya