Rakyat Afghanistan Mulai Senjatai Diri ketika Pasukan Asing Pergi

 'Kami telah dikhianati oleh Amerika'

Kabul, IDN Times - Beberapa hari yang lalu, Jerman mengumumkan telah melakukan penarikan pasukan militer terakhirnya dari Afghanistan. Tindakan itu seperti kesepakatan yang telah dibuat oleh Amerika Serikat, bahwa pasukan NATO di Afghanistan akan segera pergi. Pasukan AS terakhir akan meninggalkan Afghanistan bulan September mendatang. AS akan mengakhiri perang terpanjang yang pernah mereka lakukan.

Namun dengan kepergian pasukan asing dari Afghanistan, ada kekhawatiran yang menyeruak bahwa Taliban akan kembali menguasai dan memaksakan aturan kepada rakyat. Konflik akan kembali timbul dan perang saudara yang memanas akan kembali terjadi. Rakyat sipil Afghanistan akhirnya memilih untuk mempersenjatai diri dan membentuk Pasukan Pemberontak Publik untuk membantu pasukan pemerintah dan melawan Taliban.

1. Risiko meningkatnya perang saudara di Afghanistan

Amerika Serikat menginvasi Afghanistan pada tahun 2001 silam, setelah gedung WTC New York ditabrak oleh pesawat American Airlines yang dibajak. Pelaku penyerangan itu disebut jaringan al-Qaida yang kemudian diklaim sebagai kelompok teroris. AS lantas mengumandangkan perang melawan terorisme, dan memburu pemimpin al-Qaida yang bernama Osama bin Laden.

Penyerangan ke Afghanistan dilakukan oleh AS karena pemerintahan Taliban yang berkuasa saat itu dituduh menyembunyikan pemimpin al-Qaida dan mereka juga dianggap bekerja sama dengan kelompok teoris. Oleh sebab itu, ketika pasukan AS datang ke Afghanistan, Taliban segera digulingkan dari pemerintahan hanya dalam waktu beberapa minggu saja.

Namun, perang tak cukup sampai di situ. Selama bertahun-tahun Osama bin Laden diburu, baru pada tahun 2011 ketika AS dipimpin oleh Obama, bin Laden baru bisa dibunuh oleh pasukan AS. Dan peperangan di Afghanistan terus berlangsung selama puluhan tahun.

Saat ini, ketika AS menganggap bahwa al-Qaida tak lagi jadi ancaman terorisme internasional, mereka berencana untuk pergi dari Afghanistan. Semua pasukan sekutu NATO yang membantu AS di Afghanistan juga sudah bergegas meninggalkan negara itu.

Tapi kepergian pasukan asing dari Afghanistan telah menimbulkan kekhawatiran baru. Itu karena, perang di Afghanistan telah menimbulkan masalah lain, yakni ketidakstabilan politik dan keamanan.

Melansir laman Reuters, beberapa analis politik memperingatkan meningkatnya risiko kembalinya perang saudara karena lebih banyak kelompok di Afghanistan yang mengangkat senjata.

Jenderal AS, Austin S. Miller meramalkan bahwa akan terjadi perang saudara di Afghanistan ketika pasukan asing mulai meninggalkan negara tersebut. "Perang saudara tentunya merupakan jalan yang dapat divisualisasikan jika ini terus berlanjut pada lintasan seperti sekarang ini, yang harus menjadi perhatian dunia," katanya seperti dikutip dari Time.

2. 'Kami telah dikhianati oleh Amerika. Kami siap untuk situasi menjadi jauh lebih buruk' kata penduduk Afghanistan

Baca Juga: Donald Rumsfeld, Arsitek Perang Afghanistan-Irak Meninggal Dunia

Menyusutnya kehadiran pasukan asing di Afghanistan telah meningkatkan aktivitas Taliban. Taliban yang telah digulingkan berusaha untuk berkuasa lagi. Meski pembicaraan damai antara Taliban dan pemerintah Afghanistan sudah dilakukan beberapa kali, tapi belum ada hasil signifikan tentang rencana pembagian kekuasaan.

Kini ketika pasukan AS dan Sekutu mulai meninggalkan Afghanistan, kelompok Taliban kembali meningkatkan serangan dan menguasai beberapa distrik dan banyak provinsi di negara tersebut. Utusan PBB untuk Afghanistan menyatakan bahwa minggu ini Taliban telah mengambil lebih dari 50 dari 370 distrik.

Karena meningkatnya aktivitas Taliban untuk menguasai wilayah, yang sering dibarengi dengan tindakan kekerasan, maka para penduduk yang sejak awal tidak pernah sepakat dengan ideologi Taliban saat ini berusaha melawan.

Melansir laman The Guardian, Haji Ghoulam Farouq Siawshani, seorang penduduk di Afghanistan utara mengatakan "kamanapun Taliban pergi, mereka membawa kehancuran, dan mereka berjarak satu kilometer dari desa saya. Kami memutuskan untuk merespons."

Para penduduk sipil akhirnya mulai mempersenjatai diri dan berusaha untuk melawan pasukan Taliban ketika pasukan AS dan sekutu pergi. Mereka menggunakan senapan serbu Kalashnikov yang sudah tua, pistol dan peluncur granat.

Salah satu penduduk yang bergabung dengan Siawshani yang bernama Jawad bahkan mengatakan "kami telah dikhianati oleh Amerika. Kami siap untuk situasi menjadi jauh lebih buruk."

Dost Mohammad Salangi, salah satu warga Afghanistan lain mengatakan "jika mereka (Taliban) memaksakan perang pada kami, menindas kami dan melanggar batas hak perempuan dan rakyat, bahkan anak-anak kami yang berusia tujuh tahun akan dipersenjatai dan akan melawan mereka," katanya seperti dikutip dari Reuters.

3. Warga sipil Afghanistan yang siap melawan akan diserap dalam struktur pasukan tentara teritorial

Dua puluh tahun pasukan AS dan sekutu NATO berperang di Afghanistan. Ratusan ribu personel militer telah dikirim menjalani tur di negara tersebut. Biaya yang dikeluarkan dalam perang itu tidaklah murah. Baik AS maupun negara-negara sekutunya, banyak mengeluarkan uang yang tak sedikit untuk membiayai perang di Afghanistan.

Tapi selama dua dekade perang, hingga kini tidak terlihat hasil yang nyata, pihak mana yang memenangkan pertempuran itu. AS dan negara sekutu mengklaim bahwa misi di Afghanistan telah tercapai, tapi ketika pasukan AS mulai pergi, Taliban mengklaim bahwa mereka telah memenangkan perang melawan Amerika.

Sejak Mei, ketika pasukan AS dan sekutu berangsur meninggalkan Afghanistan, Taliban bergerak meningkatkan serangan dan setidaknya 50 dari hampir 400 distrik Afghanistan telah jatuh ke tangan Taliban.

Melansir laman Trtworld, akhir para penduduk sipil yang dulu pernah menjadi pejuang membantu melawan Taliban, kembali mengangkat senjata. Mereka merasa terancam dengan meningkatnya aktivitas Taliban saat pasukan asing mulai pergi.

Farid Mohammed, seorang mahasiswa muda yang bergabung dengan pemimpin lokal anti-Taliban dari Parwan mengatakan "kami harus melindungi negara kami sekarang tidak ada pilihan karena pasukan asing meninggalkan kami."

Juru bicara pasukan pertahanan dan keamanan Afghanistan yang bernama Ajmal Omar Shinwari, mengatakan warga sipil Afghanistan yang ingin mengangkat senjata melawan sedang diserap ke dalam struktur pasukan tentara teritorial.

Baca Juga: Afghanistan: Konflik Berlanjut Meski ada Upaya Damai

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya