Ribuan Demonstran Tuntut Perdana Menteri Armenia Mundur 

Perdana Menteri dituduh pengkhianat 

Yerevan, IDN Times – Tiga kali gencatan senjata gagal dilakukan dalam perang Azerbaijan-Armenia. Akan tetapi, kali ini gencatan senjata berhasil disepakati oleh kedua belah pihak secara serius. Mediator utama kesepakatan kali ini adalah Moskow.

Namun, kesepakatan gencatan senjata tersebut justru telah memicu kemarahan rakyat Armenia. Ribuan warga Armenia turun ke jalan melakukan demonstrasi besar. Mereka kecewa dan marah. Mereka menuntut Perdana Menteri Nikol Pasinyan mundur dari jabatannya.

Laman berita Associated Press melaporkan bahwa sekitar 10.000 orang mengikuti rapat umum membahas persoalan kesepakatan gencatan senjata tersebut. Anggota Federasi Revolusi Armenia, Ishkhan Saghatelyan yang ikut dalam rapat umum memberikan pernyataan bahwa “Kita perlu menyelamatkan Armenia dan Artsakh dari Pashinyan” katanya (11/11).

1. Rusia “memaksa” Azerbaijan-Armenia untuk lakukan gencatan senjata

Ribuan Demonstran Tuntut Perdana Menteri Armenia Mundur Ribuan warga Armenia melakukan demonstrasi besar, mendesak politisi untuk memperdebatkan perjanjian gencatan senjata yang disepakati Pashinyan-Aliyev. (twitter.com/Yunus Paksoy)

Perang antara Azerbaijan dan Armenia telah berlangsung selama enam minggu. Ribuan korban jiwa tercatat dari kedua belah pihak, baik itu dari militer maupun sipil. Lebih dari 100.000 orang menjadi pengungsi dalam perang yang dimulai pada September tersebut.

Tiga kali kesepakatan gencatan senjata telah dibuat tapi gagal. Kedua belah pihak saling menuduh melakukan tembakan dan tak ada yang mau disalahkan atas tiga kegagalan gencatan senjata. Namun, Moskow kemudian “memaksa” Azerbaijan dan Armenia untuk duduk, mencari solusi dan menyepakati gencatan senjata baru. Mereka akhirnya setuju dengan kesepakatan tersebut.

Dalam perjanjian yang dilangsungkan, The Guardian menyampaikan bahwa Rusia dan Turki semakin menegaskan pengaruh mereka di kawasan tersebut (10/11). Namun dalam penilaian Olga Oliker yang berasal dari International Crisis Group, “Kesepakatan tersebut memang mengakhiri pertempuran sengit yang sudah berlangsung selama enam minggu, tetapi bukan perjanjian damai yang komprehensif”. Masih banyak rincian kesepakatan yang tidak jelas.

2. Isi kesepakatan gencatan senjata

Ribuan Demonstran Tuntut Perdana Menteri Armenia Mundur Bentrokan terjadi antara polisi dan demonstran di Armenia. (twitter.com/Yunus Paksoy)

Perdana Menteri Nikol Pasinyan mengatakan bahwa kesepakatannya dengan Ilham Aliyev, Presiden Azerbaijan, melalui mediasi yang dilakukan oleh Moskow terbilang “sangat menyakitkan bagi saya secara pribadi dan untuk rakyat kami”. Usai pengumuman kesepakatan gencatan senjata, ribuan orang datang ke alun-alun Armenia melakukan protes. Banyak diantaranya yang merangsek ke gedung utama pemerintah untuk mencari Perdana Menteri, tapi Nikol Pasinyan sudah pergi.

Dalam kesepakatan yang sudah dibuat, pasukan Armenia harus menyerahkan kendali atas beberapa daerah yang dikuasainya di luar perbatasan Nagorno-Karabakh. Menurut Associated Press, ada juga di distrik timur Agdam yang wajib diserahkan ke Azerbaijan karena kota tersebut dianggap memiliki bobot simbolis yang kuat. Kota tersebut sudah dijarah habis-habis dan yang tersisa hanya sebuah masjid (10/11).

Perjanjian tersebut juga menyerukan agar jaringan transportasi dibangun melalui Armenia. Jalur yang ingin dibuka menghubungkan wilayah Nakhcivan di sebelah barat, wilayah yang terpisah dari teritori Azerbaijan tapi dikelilingi oleh Armenia, Turki dan Iran. Sekitar 2.000 pasukan perdamaian Rusia ditugaskan untuk mengamankan kesepakatan perjanjian yang sudah disetujui kedua belah pihak dan akan menjaga perbatasan.

Pasukan perdamaian Rusia yang diturunkan di konflik Azerbaijan –Armenia, disebut-sebut telah memiliki cukup banyak pengalaman. Hal itu karena, hampir semua personel yang diturunkan pernah berada di Suriah sebelumnya, untuk menjalankan misi kemanusiaan.

Baca Juga: Sepakat Damai, Demonstran Armenia Serbu Gedung Pemerintahan di Yerevan

3. Rakyat Armenia kecewa dengan kesepakatan perjanjian yang dibuat

Ribuan Demonstran Tuntut Perdana Menteri Armenia Mundur PM Nikol Pashinyan menjelaskan bahwa keputusan yang dia lakukan adalah keputusan menyakitkan. Ilustrasi (twitter.com/Bruno Finel)

20 pesawat, 400 personel militer dan serta kendaraan lapis baja milik militer Rusia sudah sampai di bandara Erebuni di Armenia, dimana pangkalan militer Rusia berdiri. Pasukan selanjutnya akan menyusul. Mereka bertugas menjadi “pasukan perdamaian” untuk mengamankan perjanjian yang sudah dibuat.

Menurut laporan Al Jazeera, masyarakat Armenia kecewa dengan keputusan tersebut. Mereka secara beramai-ramai menuju Republic Square untuk mendesak para politisi melakukan sidang di parlemen untuk membahas dan memperdebatkan kesepakatan “damai” yang telah disetujui Pashinyan (11/11). Dalam perjalanan mereka ke Republic Square, mereka menghampiri orang-orang di kafe, juga mengajak para polisi untuk ikut bergabung dalam barisan “sakit hati” yang ditunjukkan dengan protes.

Dalam beberapa pantauan yang dilakukan oleh Al Jazeera di Armenia, banyak demonstran yang meneriakkan “Nikol pengkhianat!” Ketegangan terjadi di ibukota Yerevan, Armenia. Bentrok antara demonstran dan polisi juga tak terhindarkan. Banyak demonstran yang ditangkap. 

Alasan paling mendasar yang diberikan PM Nikol Pashinyan mengapa mau menandatangani kesepakatan tersebut adalah kekhawatiran kota Stepanakert akan jatuh kedalam penguasaan tentara Azeri. Susha, kota terbesar ke dua di Nagorno-Karabakh telah jatuh ke tangan Azeri. “Jika pertempuran berlanjut, kemungkinan besar Stepanakert, Martuni, dan Askeran akan jatuh. Ribuan tentara kita akan dikepung dan keruntuhan akan terjadi. Kami harus menandatangani itu,” kata Perdana Menteri Nikol Pashinyan memberikan penjelasan. Namun, publik sudah terlanjur kecewa dan demonstrasi belum bisa dikondisikan sampai saat ini.

Baca Juga: Azerbaijan-Armenia: Suara Rindu Kedamaian dari Moskow

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya