Sekjen NATO: Rusia Mungkin Gunakan Senjata Kimia di Ukraina

Rusia tuduh Ukraina kembangkan senjata kimia didukung AS

Jakarta, IDN Times - Sekretaris Jenderal (Sekjen) NATO Jens Stoltenberg, pada Minggu (13/3/2022), mengatakan kemungkinan Rusia bisa melancarkan serangan kimia ke Ukraina. Kecurigaan Stoltenberg itu berpijak pada klaim Rusia yang menurutnya tidak masuk akal, tentang tentara mereka laboratorium senjata kimia dan biologi di Ukraina.

Dalam sebuah wawancara dengan media Jerman, Stolenberg memperingatkan untuk waspada terhadap narasi palsu tersebut. Klaim itu, menurutnya, bisa menjadi pembenaran bagi pasukan Moskow atas apa yang akan mereka lakukan.

Sebelum Stoltenberg, Amerika Serikat (AS) dan Inggris sebelumnya juga telah mengungkapkan kekhawatiran mereka tentang kemungkinan Rusia menggunakan senjata kimia. Presiden AS Joe Biden telah memperingatkan Moskow akan membayar mahal jika menggunakan senjata tersebut.

Baca Juga: Ini Alasan Banyak Orang Indonesia Dukung Invasi Rusia ke Ukraina

1. Rusia mengklaim Ukraina kembangkan senjata kimia dan biologis dengan dukungan AS

Sekjen NATO: Rusia Mungkin Gunakan Senjata Kimia di UkrainaIlustrasi pasukan militer Rusia (Twitter.com/Минобороны России)

Sejak 24 Februari, Rusia telah melancarkan invasi ke Ukraina, menggempur kota-kota kecil dan besar untuk menaklukkannya. Tapi sampai lebih dari dua pekan, sebagian besar kota-kota Ukraina tetap dipertahankan dengan baik oleh tentara Kiev.

Dalam berbagai perkembangan invasi Rusia tersebut, pasukan Moskow mengklaim telah menemukan laboratorium senjata kimia dan biologis yang mengembangkan patogen infeksi berbahaya. Russia menuduh AS ikut mendukung pengembangan tersebut.

Dilansir ABC News, sejauh ini klaim Rusia tidak didasarkan atas bukti yang valid. Namun informasi itu telah menyebar pekan lalu. AS membantahnya dan mengatakan itu adalah omong kosong.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy juga membantah klaim Rusia bahwa negaranya memiliki senjata kimia dan biologis. Dia khawatir dengan tuduhan itu "karena kami telah berulang kali meyakinkan jika Anda ingin mengetahui rencanna Rusia, lihat apa yang Rusia tuduhkan kepada orang lain."

Thomas Greenfield, Duta Besar AS untuk PBB menjelaskan bahwa faktanya Rusia adalah negara yang mempertahankan program senjata biologis yang melanggar hukum internasional.

"Rusialah yang memiliki sejarah penggunaan senjata kimia yang terdokumentasi dengan baik," kata Greenfield merujuk pada kritikus Kremlin yang diracuni dan senjata kimia di Suriah oleh rezim Bashar al-Assad.

Baca Juga: AS Bantah Tuduhan Rusia soal Kembangkan Senjata Biologis di Ukraina

2. Klaim palsu sebagai dalih untuk membenarkan serangan

Tuduhan Rusia yang tidak dibarengi dengan data valid untuk membenarkan hal tersebut, tetap berkembang secara liar di jejaring informasi dunia maya. Masalah itu bahkan sempat dibahas dalam rapat darurat Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB).

Pada Minggu, Sekjen NATO Jens Stoltenberg turut memberikan komentar tentang berkembangnya kabar konspiratif bahwa Ukraina mengembangkan senjata kimia dan biologis dengan dukungan AS.

Dilansir Reuters, dalam wawancara dengan media Jerman, Stoltenberg mengatakan tuduhan Rusia adalah palsu dan tidak masuk akal. "Sekarang setelah klaim palsu ini dibuat, kita harus tetap waspada karena ada kemungkinan bahwa Rusia sendiri dapat merencanakan operasi senjata kimia di bawah kebohongan yang dibuat-buat ini. Itu akan menjadi kejahatan perang," kata Stoltenberg.

Baca Juga: 5 Fakta Kekaisaran Rusia, Penguasa Eropa Timur dan Laut Baltik

3. Operasi bendera palsu sebagai dalih

Sekjen NATO: Rusia Mungkin Gunakan Senjata Kimia di Ukrainailustrasi (Unsplash.com/Louis Reed)

Sebelum Rusia melakukan invasi ke Ukraina, intelijen AS telah memperingatkan bahwa Rusia bisa melancarkan operasi bendera palsu untuk melakukan penyerangan. Rusia bisa menciptakan skenario bahwa pasukan pemberontak Ukraina pro-Rusia di Donbas merasa diserang tentara Ukraina, sehingga Kremlin memiliki alasan untuk mengirim tentaranya dengan alasan membantu atau melindungi.

Kini, AS kembali memberi peringatan bahwa klaim Rusia tentang penemuan laboratorium senjata kimia dan biologis di Ukraina, juga bisa dijadikan sebagai operasi bendera palsu untuk membenarkan dalih mereka melakukan serangan.

Dilansir The Guardian, Sekretaris Pers Gedung Putih Jen Psaki mengatakan "sekarang Rusia telah membuat klaim palsu ini, dan China tampaknya telah mendukung propaganda ini, kita semua harus waspada terhadap Rusia yang mungkin menggunakan senjata kimia atau biologi di Ukraina, atau untuk membuat operasi bendera palsu menggunakan senjatanya."

Pengembangan, produksi dan penimbunan serta penggunaan senjata kimia telah dilarang oleh perjanjian internasional yang ditandatangani 193 negara. Tapi senjata kimia setidaknya digunakan 17 kali dalam perang Suriah.

Organisasi Pelarangan Senjata KImia (OPCW) menuduh rezim Bashar al-Assad yang mendapat dukungan RUsia, telah melancarkan serangan tersebut. Senjata itu diluncurkan lewat udara dan membuat OPCW menyimpulkan bahwa angkatan udara Suriah yang bertanggung jawab.

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya