Serangan 'Terakhir dan Penting' Bakal Dilakukan Ethiopia ke Tigray 

Krisis kemanusiaan skala penuh terjadi 

Addis Ababa, IDN Times – Konflik antara pemerintah federal Ethiopia melawan militer regional Tigrayan yang disebut TPLF (Tigrayan People’s Liberation Front) terus berlanjut. Konflik tersebut telah mengakibatkan ratusan orang tewas dan puluhan ribu penduduk Ethiopia mengungsi ke negara tetangga, Sudan.

Operasi militer dijalankan oleh Perdana Menteri Ethiopia Abiy Ahmed dengan tujuan untuk “menegakkan supremasi hukum”. Perdana Menteri Abiy Ahmed, masih menolak permohonan internasional yang memintanya untuk menurunkan eskalasi konflik. Perang terus berlanjut dan kekhawatiran akan terjadinya kejahatan kemanusiaan semakin meningkat.

Abiy Ahmed, Pemenang Hadiah Nobel Perdamaian tahun 2019 tersebut, dalam perkembangan terbaru justru menjanjikan akan melakukan serangan “terakhir dan penting” ke wilayah Tigrayan. Pada hari Selasa, 17 November 2020, Abiy Ahmed mengatakan bahwa tenggat waktu tiga hari untuk menyerah telah berakhir. Oleh karena itulah, Abiy Ahmed menjanjikan serangan pungkasan yang akan mendorong personel militer federal menuju ibukota Tigray, Mekelle.

1. Operasi militer yang singkat

Serangan 'Terakhir dan Penting' Bakal Dilakukan Ethiopia ke Tigray Pasukan militer federal akan melakukan serangan "terakhir dan penting" ke wilayah Tigrayan. Ilustrasi (unsplash.com/MA510)

Sejauh ini, operasi militer yang dilancarkan oleh pemerintah federal Ethiopia ke wilayah Tigrayan lebih didominasi oleh informasi sepihak, yakni dari pemerintah federal. Kelompok TPLF tidak memiliki cukup kekuatan untuk menyebarkan informasi tentang konflik yang terjadi.

Hal itu karena, sejak awal Abiy Ahmed telah memutus jaringan telekomunikasi dan internet di wilayah Tigrayan. Abiy Ahmed juga melakukan blokade jalan yang menuju ibukota Mekelle dan blokade itu membuat ikhtiar bantuan kemanusiaan menjadi terhambat.

 Melansir dari laman Associated Press, “Kami akan berbaris menuju Mekelle untuk menangkap unsur-unsur kriminal”, kata Zadig Abraha, menteri yang bertanggung jawab atas demokratisasi di Ethiopia. Dalam wawancaranya dengan Associated Press lewat telepon, Zadig Abraha juga mengatakan bahwa operasi militer ke Mekele adalah tahap akhir dan akan menjadi operasi yang sangat singkat.

2. Mekelle adalah hadiah yang dibutuhkan untuk mengalahkan TPLF

Serangan 'Terakhir dan Penting' Bakal Dilakukan Ethiopia ke Tigray Mekelle, ibukota Tigray. (wikimedia.org/A Savin)

Abiy Ahmed berada dibawah tekanan dunia internasional. Negara-negara di Afrika menyerukan agar Abiy Ahmed mengakhiri konflik berdarah yang sudah berjalan hampir dua minggu tersebut. Akan tetapi, Abiy Ahmed masih tak menghiraukan tekanan yang memintanya agar menurunkan eskalasi yang tengah terjadi.

UNHCR, badan PBB yang mengurusi pengungsi pada hari Selasa telah memberi peringatan akan bahaya akut yang terjadi di Ethiopia. Melansir dari laman berita The Guardian, UNHCR menyampaikan bahwa “krisis kemanusiaan skala penuh” sedang berlangsung dalam konflik yang terjadi di Ethiopia itu (17/11). Setiap hari, sekitar 4.000 penduduk Ethiopia membanjiri Sudan dan menjadi peristiwa pengungsian yang “sangat cepat” kata juru bicara UNHCR Babar Baloch.

Di sisi lain, pemerintah federal masih memiliki ambisi besar untuk menaklukkan Tigrayan dan menguasai ibukota Mekelle. Jurnalis Al Jazeera yang berada di Ethiopia bagian tengah, Mohammed Adow, melaporkan bahwa “Mekelle adalah hadiah yang dibutuhkan untuk mengalahkan TPLF. Dalam 48 jam ke depan, serangan dari berbagai tempat akan dilangsungkan ke ibukota Tigray” (17/11).

Kondisi Tigray sama sekali tidak aman. Perwakilan PBB dan staf badan bantuan yang membawa makanan agar penduduk sipil tidak kelaparan, terpaksa mundur karena kondisi konflik semakin memburuk. Pada hari Senin, 16 November 2020, sebuah konvoi yang membawa sekitar 200 penumpang yang sebagian besar pekerja organisasi internasional selamat mencapai Addis Ababa. Konvoi lain dengan 400 penumpang pekerja asing diperkirakan akan sampai pada hari Rabu.

Baca Juga: Ethiopia Diambang Perang Saudara, Saluran Internet di Tigray Diputus

3. Tidak ada campur tangan asing

Serangan 'Terakhir dan Penting' Bakal Dilakukan Ethiopia ke Tigray Pemerintah pusat Ethiopia telah mengirim militer ke wilayah oposisi, menimbulkan kekhawatiran perang saudara akan terjadi. Ilustrasi (unsplash.com/Mert Kahveci)

Konflik yang terjadi di Ethiopia jauh lebih tidak jelas jika dibandingkan dengan konflik yang baru saja meredup antara Azerbaijan dan Armenia. Konflik di Ethiopia sangat tertutup dan sulit sekali media melakukan verifikasi secara independen tentang informasi yang disampaikan. Sistem komunikasi yang terputus membuat semua informasi tersendat.

Ketika Zadig Abraha ditanya kapan komunikasi dapat dilanjutkan, dia menjawab dan menegaskan bahwa TPLF telah menghancurkan infrastruktur telekomunikasi di Tigray. TPLF, menurut pernyataan Zadig, mencoba membuat orang Tigray tetap tersandera dengan propaganda dan tidak bisa berkomunikasi.

Zadig juga membantah bahwa pemerintah federal bekerja sama dengan Eritrea seperti yang dituduhkan oleh TPLF. Melansir dari Associated Press, “tidak ada pemerintah asing, tidak ada tentara asing yang beroperasi di dalam Ethiopia. Juga tidak ada pemerintah asing yang memberikan dukungan militer dari luar” (17/11).

Di sisi yang lain, pemimpin TPLF Debretsion Gebremichael mengatakan tidak akan pernah mundur dari pertempuran yang sudah dimulai. “Selama tentara penjajah ada di tanah kami, pertarungan akan terus berlanjut. Mereka tidak bisa membuat kami diam”. Kata Gebremichael menegaskan.

Baca Juga: Ethiopia Diambang Perang Saudara, Saluran Internet di Tigray Diputus

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya