Situasi Memanas, 200 Diplomat Rusia Diusir dari Eropa dalam 2 Hari

Rusia nilai pengusiran diplomat itu adalah langkah picik

Jakarta, IDN Times - Sebuah langkah terkoordinasi dilakukan oleh negara-negara Uni Eropa (UE) menanggapi agresi Rusia di Ukraina. Dalam dua hari terakhir, negara-negara UE telah mengusir hampir 200 diplomat Rusia, sebagai bentuk protes atas invasi yang dilancarkan Rusia. 

Hubungan diplomatik Rusia dengan UE diprediksi akan mencapai titik terendahnya dalam 30 tahun terakhir. Serangan Rusia ke Ukraina sejak 24 Februari, serta kekejaman terbaru di Bucha yang diduga dilakukan angkatan bersenjata Moskow, telah memicu kemarahan blok tersebut. 

Kremlin menanggapi pengusiran diplomatnya dengan komentar yang keras. Juru bicara Dmitry Peskov menilai langkah negara-negara UE itu adalah langkah yang picik. Langkah UE dianggap menutup peluang untuk komunikasi diplomatik.

1. Langkah terkoordinasi negara-negara blok UE

Situasi Memanas, 200 Diplomat Rusia Diusir dari Eropa dalam 2 HariMenteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock (Twitter.com/GermanForeignOffice)

Baru-baru ini, Jerman dan Prancis telah mengusir 75 diplomat Rusia. Mereka yang diusir diperintahkan meninggalkan negara akredibitas dalam seminggu atau dua minggu. 

Mengikuti keputusan yang dilakukan Jerman dan Prancis, negara-negara blok UE lainnya melakukan langkah terkoordinasi dan membuat keputusan serupa. Mereka melakukan itu imbas perang Rusia yang diluncurkan ke Ukraina.

Dikutip dari The Moscow Times, Italia, Spanyol, dan Slovenia segera mengusir diplomat Rusia dari negaranya dalam 48 jam terakhir. Swedia, Denmark dan Estonia juga mengikuti langkah tersebut pada Selasa (5/4/22).

Sementara, UE sendiri telah menyatakan status persona non-grata atau orang yang tidak diinginkan kepada sekelompok pejabat Rusia yang bekerja dengan lembaga-lembaga Uni Eropa.

Baca Juga: Imbas Perang Ukraina, 75 Diplomat Rusia Diusir dari Jerman dan Prancis

2. Lebih dari 325 diplomat Rusia telah diusir UE

UE menilai invasi Rusia adalah ilegal dan telah menimbulkan ancaman keamanan serta krisis demokrasi di wilayahnya.

Alasan Presiden Rusia Vladimir Putin menginvasi Ukraina, yang ia sebut operasi militer khusus, adalah demiliterisasi dan denazifikasi. Alasan itu disebut tidak masuk akal oleh UE.

Sejak invasi Rusia pada 24 Februari sampai saat ini, lebih dari 4 juta penduduk Ukraina mengungsi ke luar negeri dan lebih banyak lagi yang menjadi pengungsi internal. Ribuan orang tewas, termasuk tentara dari kedua belah pihak dan masyarakat sipil Ukraina.

Negara-negara UE telah melampiaskan kemarahan dan kekecewaan atas invasi itu dengan pengusiran diplomat Rusia dari negaranya.

Dilansir The Guardian, sudah lebih dari 325 diplomat Rusia yang diusir dari blok tersebut. Jumlah itu kemungkinan akan bertambah.

Pengusiran diplomat Rusia meningkat secara drastis setelah dokumentasi pembunuhan ratusan warga sipil kota Bucha, yang diduga dilakukan dengan kejam oleh tentara Moskow.

Jerman menilai pembunuhan warga sipil di Bucha sebagai kejahatan perang. Pengusiran yang dilakukan Jerman juga disebut karena keberadaan para diplomat itu 'menimbulkan ancaman nyata' bagi aktivis dan sekitar 307 ribu pengungsi Ukraina yang ada di negaranya.

Italia menyebut pengusiran diplomat Rusia sebagai alasan keamanan nasional.

Sedangkan, Paris menyebut langkahnya diputuskan karena diplomat Moskow melawan kepentingan keamanan Prancis. 

3. Rusia menilai pengusiran diplomatnya adalah langkah picik

Situasi Memanas, 200 Diplomat Rusia Diusir dari Eropa dalam 2 HariDemitry Medvedev, mantan Presiden Rusia (Twitter.com/Dmitry Medvedev)

Rusia kemungkinan akan memberikan tanggapan serupa seperti apa yang telah mereka dapatkan. Jika itu terjadi, maka hubungan bilateral Rusia dengan beberapa negara blok UE akan sangat terganggu.

Dikutip dari Tass, juru bicara Kremlin mengomentari pengusiran diplomatnya sebagai, "langkah picik untuk mempersempit kemungkinan komunikasi diplomatik, kerja diplomatik dalam kondisi sulit, dan krisis yang belum pernah terjadi sebelumnya."

Kementerian Luar Negeri Rusia telah memperingatkan bahwa Moskow akan segera menanggapi tindakan tersebut. Alexander Grushko, wakil Menteri Luar Negeri Rusia, menyebut pengusiran para diplomatnya adalah keputusan kontraproduktif dan memiliki efek jangka panjang.

Dmitry Medvedev, mantan Presiden Rusia dan wakil kepala dewan keamanan Rusia, mengatakan pengusiran itu akan, "merusak hubungan bilateral. Siapa yang telah mereka hukum? Pertama dan terutama, diri mereka sendiri."

Keputusan pengusiran diplomat, menurut Medvedev, pada akhirnya akan membuat negara-negara saling berhadapan, dan tidak menutup kemungkinan terlibat langsung dalam perang. 

Meski begitu, pengusiran diplomat itu tentu saja menghemat Rusia dalam mengeluarkan gaji dan biaya hidup pejabatnya.

Baca Juga: Perang Tak Kunjung Henti, Zelenskyy: PBB Gabut, Lebih Baik Bubarkan!

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya